Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Rahasia Thamrin Dahlan 10 Tahun Berkarya di Kompasiana

21 Agustus 2020   04:52 Diperbarui: 21 Agustus 2020   06:13 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Thamrin Dahlan sudah berkarya 10 tahun di Kompasiana. Ia menjadi contoh bagi kita, dalam hal mendisiplinkan diri. Mari kita adopsi rekam-jejak Kompasianer ini. Foto: isson khairul

Tak ada alasan bagi kita untuk meragukan reputasi Thamrin Dahlan. Banyak alasan bagi kita untuk mengadopsi rekam jejak Thamrin Dahlan. Bagaimana dengan Anda?  

Thamrin Dahlan adalah rekan kita. Ia bergabung dengan Kompasiana, sejak Kamis (19/08/2010). Esoknya, Jumat (20/08/2010), pukul 10.38 WIB, ia langsung memosting tulisan "Hari Jum'at Bapak-ku." Di postingan pertamanya itu, Thamrin Dahlan menulis tentang keseharian Bapaknya, yang di tiap waktu shalat, selalu pergi ke masjid, untuk shalat berjamaah.

Menanam Disiplin dalam Diri

Tiap hendak ke masjid, sang Bapak selalu mengenakan sarung berwarna putih, baju koko, dan kopiah hitam. Sang Bapak selalu ber-wudhu di kolam di bawah rumah, baru kemudian melangkah melintasi jalan setapak yang dipenuhi rerumputan, menuju masjid. Sang Bapak selalu sudah tiba di masjid, sebelum muazim mengumandangkan  azan.

Bagi saya, postingan pertama Thamrin Dahlan itu, sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan bahwa ia berasal dari lingkungan yang taat beragama, serta disiplin dalam mengelola waktu. Sang Bapak telah menjadi contoh kongkrit baginya, dalam menjalani hidup sehari-hari. Kedisiplinan itu tertanam dalam diri Thamrin Dahlan, sebagaimana yang ia tuliskan di postingan pada Jumat (20/08/2010), pukul 10.38 WIB tersebut.

Kenapa saya sebut "kedisiplinan itu tertanam" dalam diri Thamrin Dahlan? Pertama, Sang Bapak memperlakukan hari Jumat sebagai hari yang istimewa. Dan, Thamrin Dahlan menjadikan hari Jumat sebagai hari pertama untuk memosting tulisan pertamanya di Kompasiana. Artinya, Thamrin Dahlan dan Sang Bapak, sama-sama mengistimewakan hari Jumat.

Kedua, Thamrin Dahlan telah memilih institusi Kepolisian sebagai tempatnya berkarir. Kita tahu, di institusi Kepolisian tersebut, segala hal diatur dengan tata-tertib, dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi. Ketiga, bahkan setelah pensiun dari institusi Kepolisian, kedisiplinan dalam perilaku hidup Thamrin Dahlan, masih senantiasa terjaga.

Salah satu penandanya adalah dalam aktivitas menulis. Setelah postingan pertama pada Jumat (20/08/2010) itu, hingga memasuki tahun ke-10 di tahun 2020, Thamrin Dahlan menulis dengan disiplin. Pada (20/08/2020), yang menandai tahun ke-10 Thamrin Dahlan berkarya di Kompasiana, ia malah memosting dua tulisan: "[Tahun Baru Islam] Hijrah Menjadi Lebih Baik dan Bermanfaat" dan "Belajar Lagi Ilmu Ikhlas."

Dengan kata lain "kedisiplinan itu tertanam" dalam diri Thamrin Dahlan, sudah menjadi bukti nyata. Sudah kongkrit, sebagaimana bisa kita klarifikasi di laman Thamrin Dahlan di Kompasiana. Total, sudah 2.756 content yang diposting Thamrin Dahlan dalam 10 tahun.

Artinya, rata-rata 275 content per tahun, dengan rata-rata 22 content per bulan. Ini tentu bukan hal yang mudah. Ini tentu hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki disiplin hidup yang tinggi, seperti sosok Thamrin Dahlan. Masih ragu? Pada tahun 2012, setelah dua tahun menulis di Kompasiana, Thamrin Dahlan menerbitkan sejumlah tulisannya menjadi buku "Bukan Orang Terkenal" dan pada tahun 2020, ia menerbitkan bukunya yang ke-30 "PSBB Jakarta."   

Berkarya dengan Gembira

Masih ada keraguan? Oke, di postingan "Pengalaman 25 Tahun Memberikan Mata Kuliah Pancasila dan KWN" pada Selasa (28/07/2020) di Kompasiana, Thamrin Dahlan menuliskan bahwa ia telah menjadi dosen Mata Kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan selama 25 tahun. Harap diingat, usia Thamrin Dahlan sudah memasuki 65 tahun.

Saya pikir, dengan rekam jejak yang demikian, tak ada alasan bagi kita untuk meragukan kedisiplinan Thamrin Dahlan. Tidak ada alasan untuk tidak kagum kepada reputasi Thamrin Dahlan ini. Juga, tidak ada alasan untuk tidak menghormatinya. Baik karena ia adalah sosok yang lebih tua dari kita, maupun karena ia telah memberikan contoh kongkrit kepada kita, tentang bagaimana mendisiplinkan diri dalam menulis.

Secara pribadi, saya cukup dekat dengan Thamrin Dahlan. Kami bukan hanya bertemu, berdiskusi, dan ngobrol terkait Kompasiana, tapi juga kerap menjalani aktivitas bersama di luar Kompasiana. Hal utama yang patut kita catat di sini, Thamrin Dahlan selalu berupaya untuk mengevaluasi diri. Ia menyadari, tulisannya belumlah sebaik yang ia inginkan. Karena itu, ia terus berusaha meningkatkan kualitas tulisannya dari waktu ke waktu.

Sampai di sini, saya bisa menyimpulkan, bahwa "disiplin menulis" dan "terus berusaha meningkatkan kualitas tulisan" adalah dua kunci rahasia Thamrin Dahlan, hingga ia mampu bertahan 10 tahun menulis di Kompasiana. Pada Rabu (19/08/2020) lalu, Thamrin Dahlan berbagi rahasia tersebut kepada beberapa Kompasianer di Coffee Toffee, Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat.

Dengan riang-gembira, Thamrin Dahlan bercerita bahwa menulis baginya adalah kesenangan. Tak ada beban. Kesenangan itu kian bertambah, karena dengan menulis di Kompasiana, ia bisa bersahabat lintas-usia serta lintas-profesi dengan sesama Kompasianer. Salah satu wujud ekspresi dari kesenangan itu, Thamrin Dahlan mengajak para Kompasianer untuk menerbitkan buku secara gratis.

Selengkapnya, silakan baca "YPTD Membantu Terbitkan Buku Gratis" yang diposting Thamrin Dahlan di Kompasiana, pada Kamis (13/08/2020). Maka, semakin tidak ada alasan bagi kita, untuk tidak kagum kepada reputasi Thamrin Dahlan ini. Mari kita apresiasi "disiplin menulis" dan "terus berusaha meningkatkan kualitas tulisan" yang sudah dicontohkan Thamrin Dahlan.

Jakarta, 21-08-2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun