Tak ada alasan bagi kita untuk meragukan reputasi Thamrin Dahlan. Banyak alasan bagi kita untuk mengadopsi rekam jejak Thamrin Dahlan. Bagaimana dengan Anda? Â
Thamrin Dahlan adalah rekan kita. Ia bergabung dengan Kompasiana, sejak Kamis (19/08/2010). Esoknya, Jumat (20/08/2010), pukul 10.38 WIB, ia langsung memosting tulisan "Hari Jum'at Bapak-ku." Di postingan pertamanya itu, Thamrin Dahlan menulis tentang keseharian Bapaknya, yang di tiap waktu shalat, selalu pergi ke masjid, untuk shalat berjamaah.
Menanam Disiplin dalam Diri
Tiap hendak ke masjid, sang Bapak selalu mengenakan sarung berwarna putih, baju koko, dan kopiah hitam. Sang Bapak selalu ber-wudhu di kolam di bawah rumah, baru kemudian melangkah melintasi jalan setapak yang dipenuhi rerumputan, menuju masjid. Sang Bapak selalu sudah tiba di masjid, sebelum muazim mengumandangkan  azan.
Bagi saya, postingan pertama Thamrin Dahlan itu, sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan bahwa ia berasal dari lingkungan yang taat beragama, serta disiplin dalam mengelola waktu. Sang Bapak telah menjadi contoh kongkrit baginya, dalam menjalani hidup sehari-hari. Kedisiplinan itu tertanam dalam diri Thamrin Dahlan, sebagaimana yang ia tuliskan di postingan pada Jumat (20/08/2010), pukul 10.38 WIB tersebut.
Kenapa saya sebut "kedisiplinan itu tertanam" dalam diri Thamrin Dahlan? Pertama, Sang Bapak memperlakukan hari Jumat sebagai hari yang istimewa. Dan, Thamrin Dahlan menjadikan hari Jumat sebagai hari pertama untuk memosting tulisan pertamanya di Kompasiana. Artinya, Thamrin Dahlan dan Sang Bapak, sama-sama mengistimewakan hari Jumat.
Kedua, Thamrin Dahlan telah memilih institusi Kepolisian sebagai tempatnya berkarir. Kita tahu, di institusi Kepolisian tersebut, segala hal diatur dengan tata-tertib, dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi. Ketiga, bahkan setelah pensiun dari institusi Kepolisian, kedisiplinan dalam perilaku hidup Thamrin Dahlan, masih senantiasa terjaga.
Salah satu penandanya adalah dalam aktivitas menulis. Setelah postingan pertama pada Jumat (20/08/2010) itu, hingga memasuki tahun ke-10 di tahun 2020, Thamrin Dahlan menulis dengan disiplin. Pada (20/08/2020), yang menandai tahun ke-10 Thamrin Dahlan berkarya di Kompasiana, ia malah memosting dua tulisan: "[Tahun Baru Islam] Hijrah Menjadi Lebih Baik dan Bermanfaat" dan "Belajar Lagi Ilmu Ikhlas."
Dengan kata lain "kedisiplinan itu tertanam" dalam diri Thamrin Dahlan, sudah menjadi bukti nyata. Sudah kongkrit, sebagaimana bisa kita klarifikasi di laman Thamrin Dahlan di Kompasiana. Total, sudah 2.756 content yang diposting Thamrin Dahlan dalam 10 tahun.
Artinya, rata-rata 275 content per tahun, dengan rata-rata 22 content per bulan. Ini tentu bukan hal yang mudah. Ini tentu hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki disiplin hidup yang tinggi, seperti sosok Thamrin Dahlan. Masih ragu? Pada tahun 2012, setelah dua tahun menulis di Kompasiana, Thamrin Dahlan menerbitkan sejumlah tulisannya menjadi buku "Bukan Orang Terkenal" dan pada tahun 2020, ia menerbitkan bukunya yang ke-30 "PSBB Jakarta." Â Â