Semarak peringatan 17 Agustus, sangat kuat gemanya. Tiba-tiba, saya ingat Christian Ansaka, sahabat saya dari Papua. Sudah sangat lama kami tidak bertemu. Juga, sudah berbilang tahun tidak saling berkabar. Sehat-sehat kah dirimu, Crist?
Kabar Tentang Bendera
Hari Sabtu (17/08/2019) ini, ada sejumlah kabar tentang Papua. Kabar itu menyelinap di antara ribuan content tentang meriahnya peringatan Hari Proklamasi. Ada tentang pasangan suami istri Rudolf Yan Karubaba dan Hermelina Rumbiat dari Manokwari, Papua Barat. Mereka datang ke Jakarta untuk menyaksikan putra mereka, Menno Asyopan Waray Karubaba, yang menjadi pasukan pengibar bendera pusaka di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, pada Sabtu (17/08/2019).
Melihat senyum mereka, saya bisa merasakan, betapa bangga kedua orang tua itu menyaksikan prestasi sang putra. Saya juga turut bangga, karena pasukan pengibar bendera pusaka itu mencerminkan keragaman Indonesia. Juga menunjukkan, betapa kuatnya kebhinekaan bangsa ini. Dengan semangat kebersamaan, anak-anak muda Indonesia itu mengibarkan Merah Putih, di tiang yang menjulang ke langit tinggi.
Tapi kemudian saya terhenyak. Karena, pada Sabtu (17/08/2019) itu juga, saya membaca 43 mahasiswa Papua dibawa ke Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur, dari Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya.Â
Mereka terdiri dari 40 mahasiswa laki-laki dan 3 orang perempuan. Polisi membawa mereka, untuk mendalami perusakan dan pembuangan bendera Merah Putih ke dalam selokan, yang diduga dilakukan oleh oknum mahasiswa Papua.
Keterhenyakan saya berlanjut, karena pada Sabtu (17/08/2019) itu juga, saya membaca tentang bendera Bintang Kejora yang ditemukan berkibar di tower navigasi, Jalan Yos Sudarso, Kota Agats, Asmat, Papua.Â
Bendera yang diikat di atas tower setinggi 30 meter itu menjadi perhatian warga yang melintasi jalan tersebut, usai menyaksikan upacara HUT ke-74 Republik Indonesia. Kejadian itu diketahui sekitar pukul 10.40 WIT.
Rentetan bacaan itulah yang membuat saya langsung teringat Christian Ansaka, sahabat saya dari Papua. Kami beberapa tahun satu kampus di Jakarta, sama-sama studi ilmu komunikasi.Â
Ia banyak bercerita tentang Papua kepada saya. Bahasa Indonesia-nya bagus dan jernih artikulasinya. Kami bersahabat dan kerap menjelajahi sudut-sudut Jakarta bersama. Kadang siang, kadang malam, bahkan kerap hingga larut malam.
Kabar Tentang Keragaman