Retno Listyarti, Ketua Dewan Pengawas Federasi Serikat Guru Indonesia (FGSI) menilai, apa yang dikemukakan Mendikbud Muhadjir Effendy, bukan sebagai sebuah permintaan, melainkan penawaran yang wajar. "Menurut saya, pemerintah menawarkan bukan mengharuskan, dan itu wajar saja," ujar Retno Listyarti kepada Kompas.com, pada Rabu (14/08/2019) siang.
Di kalangan guru sudah beredar isu, bahwa guru yang masa baktinya diperpanjang, rencananya akan dibayar seperti tenaga honorer, tanpa menerima tunjangan sertifikasi. Kalau uang pensiun ya pasti mereka terima setiap bulan. Itu kan memang sudah hak mereka, sesuai undang-undang. Memperpanjang pengabdian atau tidak, tidak berpengaruh pada uang pensiun.
Dengan lugas, Retno Listyarti berkata, mungkin tidak ada guru pensiun yang bersedia. Kecuali, kalau honornya setara tunjangan sertifikasi, satu kali gaji pokok. Selaku Ketua Dewan Pengawas Federasi Serikat Guru Indonesia (FGSI), Retno Listyarti paham tentang faktor psikis yang melingkupi guru pensiun. Menurut Retno Listyarti, mereka umumnya ingin menikmati kebersamaan dengan cucu-cucunya dan tidak mau dikejar-kejar administrasi mengajar yang rumit dan berat.
Problema Tata Kelola GuruÂ
Sampai di sini saya melihat, belum ada solusi yang pasti untuk mengatasi 52.000 guru yang bakal pensiun pada tahun 2019 ini. Padahal, tahun 2019 hanya tersisa 4,5 bulan lagi. Proses belajar-mengajar tentu akan terganggu, jika tidak segera dicarikan solusinya. Menurut saya, itu menjadi salah satu indikator yang menunjukkan, betapa bertumpuknya permasalahan dalam hal tata kelola guru di negeri ini.
Kita tahu, saat ini jenjang pendidikan SD-SMP dikelola oleh Kabupaten dan Kotamadya. Sementara, jenjang SMA-SMK dikelola oleh Provinsi. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) Unifah Rosyidi, mengusulkan sentralisasi tata kelola guru. Maksudnya, ditangani pemerintah pusat sepenuhnya.
Kenapa? Unifah Rosyidi menilai, kapasitas pemerintah daerah (pemda) dalam mengelola pendidikan, amat bervariasi. Ada pemda yang cakap, kurang cakap, dan tidak cakap. Karena itu, Unifah Rosyidi meminta pembagian kewenangan mengelola sekolah berdasarkan jenjang pendidikan tersebut, dikaji ulang. Kebijakan itu, katanya, membuat Pemprov tidak peduli dan tidak merasa bertanggung jawab atas pendidikan dasar di wilayahnya. Sebaliknya, Pemkab/Pemkot merasa tidak memiliki urusan dengan siswa sekolah menengah.
Akibatnya, tata kelola guru cenderung kurang efisien. Ini berdampak pada kualitas guru. Padahal, kualitas guru menjadi salah satu faktor utama yang harus diperhatikan, untuk menjamin sistem pendidikan yang bermutu dan berdaya saing. Unifah Rosyidi bukan sekadar beropini. Hal itu ia kemukakan dalam orasi ilmiahnya sebagai syarat pengukuhan Guru Besar bidang Manajemen Ilmu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, di kampus Universitas Negeri Jakarta, pada Senin (24/06/2019).
Kondisi tata kelola guru yang diungkapkan Unifah Rosyidi di atas, tentulah membuat kita miris. Tidak mengherankan, jika belum ada solusi yang pasti untuk mengatasi 52.000 guru yang bakal pensiun pada tahun 2019 ini. Sebenarnya, Provinsi, Kabupaten, dan Kotamadya tidak sendirian mengelola guru. Ada sejumlah lembaga non-pemerintah, yang juga turut andil. Kontribusi mereka terhadap tata kelola guru, tidaklah kecil.
USAID Prioritas, misalnya. Sejak tahun 2013, lembaga non-pemerintah ini aktif mendampingi kabupaten/kota dalam penerapan program tata kelola guru. Di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, misalnya, USAID Prioritas mengembangkan pembelajaran kelas rangkap untuk sekolah kecil, yang tidak dapat digabung. Di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, lembaga ini memilih menggabungkan ratusan SD negeri untuk efisiensi, efektivitas, dan demi memenuhi kebutuhan guru kelas.
Itu hanya beberapa contoh. Kita bisa mencermati berbagai inovasi tata kelola guru lainnya, yang sudah dihimpun USAID Prioritas dalam buku Praktik yang Baik Tata Kelola Guru. Buku berbahasa Indonesia tersebut, dapat diunduh melalui link berikut: prioritaspendidikan.org.
isson khairul --dailyquest.data@gmail.com