Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Spirit Menjaga Lingkungan dari Warga Bali

5 Agustus 2019   18:10 Diperbarui: 5 Agustus 2019   18:18 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pada upacara Hari Kuningan di Pura Sakenan, Denpasar, warga diminta untuk tidak menggunakan kantong plastik sebagai wadah peralatan upacara. Ini bagian dari gerakan Bali melakukan diet kantong plastik. Tujuan pertama, untuk mengurangi sampah plastik di bumi Bali. Tujuan kedua, untuk bersama-sama merawat lingkungan kehidupan Bali. Foto: IDN Times/Irma Yudistirani

Bali tak pernah sepi dari inspirasi. Pada Minggu (04/08/2019) lalu, Wali Kota Denpasar memilih naik perahu jukung, dari Pantai Mertasari ke Pura Sakenan. Padahal, sang wali kota dan rombongan bisa ke pura itu dengan mobil, melintasi jalan raya. Pesan apa yang hendak ia sampaikan melalui simbol perahu jukung tersebut?

Pesan Leluhur, Pesan Lingkungan    

Ketika Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra, naik perahu jukung ke Pura Sakenan, ia sesungguhnya tengah menyampaikan pesan. Tentunya, pesan yang sarat makna. Pertama, pesan dari para leluhur Bali. Kedua, pesan tentang cinta lingkungan. Itu yang saya pahami dari aktivitas sang wali kota dengan perahu jukung tersebut.

Begini. Kawasan yang menjadi lokasi Pura Sakenan, pada mulanya adalah sebuah pulau. Ya, Pura Sakenan yang dibangun oleh Mpu Kuturan pada abad ke-10 itu, dulu berada di sebuah pulau. Pulau Serangan, namanya. Ada juga yang menyebutnya sebagai Pulau Penyu. Luasnya sekitar 101 hektar dan hanya berjarak beberapa ratus meter dari pantai bagian tenggara Pulau Bali.

Dulu, para leluhur Bali, bila hendak ke Pura Sakenan, ya naik perahu. Bahkan, berjalan kaki, ketika air laut sedang surut. Mereka melangkah beriringan melintasi pasir laut, membawa berbagai peralatan, tiap kali hendak mengadakan upacara di Pura Sakenan. Kebersamaan serta kebersatuan dengan alam tersebut, menjadi tradisi dari generasi ke generasi di Bali.

Kemudian, tahun 1997, tradisi berperahu serta melintasi pasir laut tersebut, tergerus. Kenapa? Karena, pada tahun itu, digelar proyek reklamasi. Pantai diuruk dengan bebatuan. Laut antara Pulau Bali dan Pulau Serangan pun diuruk. Maka menyatulah sebagian dari kedua pulau itu menjadi daratan. Jalan pun dibangun. Sepeda motor, mobil pribadi, bus, dan truk pun lalu-lalang.

Bukan hanya itu. Luas Pulau Serangan yang semula sekitar 101 hektar, diperluas dengan proyek reklamasi, menjadi 379 hektar. Ini adalah proyek reklamasi pertama di Bali. Mungkin sebagian warga tidak tahu atau sudah lupa tentang proyek reklamasi 22 tahun yang lalu itu. Namun, ada saja yang mengingatkan. Salah satunya, Gary Bencheghib, sineas muda asal New York, Amerika Serikat.

Gary Bencheghib tidak lahir di New York, tapi di Perancis. Ia pertama kali menginjakkan kaki di Bali, saat berusia 9 tahun. Kemudian, menginjak usia 15 tahun, Gary Bencheghib mendirikan organisasi yang ia namai Make a Change Bali. Misi utama organisasi tersebut adalah melindungi serta melestarikan lingkungan Bali. Melalui organisasi itu, ia mengedukasi warga dan membaur bersama komunitas lokal. Mereka bersama membangkitkan spirit untuk merawat lingkungan kehidupan Bali.

Bersama Mengingatkan, Bersama Menggerakkan 

Salah satu pengingat yang diciptakan Gary Bencheghib adalah film dokumenter berdurasi 40 menit. Secara keseluruhan, ada tiga episode. Nah, episode yang kedua berjudul Pulau Serangan. Di situ ia menggambarkan, betapa reklamasi tersebut telah mengubah drastis lanskap pulau dan kehidupan penduduk Serangan. Ia juga menampilkan, betapa reklamasi itu telah menghancurkan populasi penyu, bakau, dan terumbu karang.

Ketika pada Minggu (04/08/2019) lalu, Wali Kota Denpasar memilih naik perahu jukung ke Pura Sakenan, itu juga bagian dari pengingat. IB Rai Dharmawijaya Mantra berupaya mengingatkan publik tentang tradisi para leluhur Bali. Sekaligus mengingatkan, tradisi para leluhur bersahabat serta merawat lingkungan alam.

IB Rai Dharmawijaya Mantra pada Minggu itu ke Pura Sakenan, untuk mengikuti upacara Hari Kuningan. Para panitia di sana, sejak beberapa minggu sebelumnya, telah menyosialisasikan agar peserta upacara tidak menggunakan kantong plastik untuk membawa peralatan upacara. Meski telah disosialisasikan, relatif masih banyak yang menggunakan kantong plastik.

Karena itulah, di depan pintu masuk area upacara Pura Sakenan, panitia meminta peserta meninggalkan kantong plastik tersebut. Mereka meminta dengan hormat, dengan penuh sopan-santun. Mereka juga mengajak peserta, untuk menjadi bagian dari gerakan diet kantong plastik. Tujuan pertama, untuk mengurangi sampah plastik di bumi Bali. Tujuan kedua, untuk bersama-sama merawat lingkungan kehidupan Bali.

Sungguh gerakan serta ajakan yang mengesankan. Ajakan ini terasa sangat istimewa, karena dilakukan di pura, di rumah ibadah. Artinya, warga Bali menunjukkan kepada publik, bahwa menjaga lingkungan adalah bagian yang seiring-sejalan dengan peribadatan. Saya pikir, jika gerakan diet kantong plastik itu juga dilakukan di pura-pura yang lain, bukan hanya di Pura Sakenan, tentu akan menurunkan volume sampah plastik secara signifikan di Bali.

Bila dikorelasikan dengan upacara Hari Kuningan, tentu terasa lebih istimewa lagi. Karena, Kuningan adalah hari yang dikhususkan untuk Dewa Wisnu, yang membawa kesejahteraan bagi dunia. Bukankah menjaga lingkungan adalah jalan untuk menuju kesejahteraan, agar bumi ini senantiasa terawat, hingga senantiasa membawa kesejahteraan bagi penghuninya dari generasi ke generasi?

Menjaga Lingkungan, Meraih Kesejahteraan 

Kesejahteraan dalam konteks warga Bali adalah pariwisata. Karena, nyaris tidak ada aktivitas warga Bali yang tidak tersentuh oleh industri pariwisata. Contohnya, menurunnya kunjungan wisatawan ke Bali, otomatis turut menurunkan perekonomian di Bali. Demikian pula sebaliknya. Nah, menjaga lingkungan Bali tentulah berkontribusi pada peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali.

Pesan itu terus digaungkan oleh Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra. Pada Kamis (01/08/2019) pagi, ia meresmikan Gerakan Indonesia Bersih 1 Juta Tumbler yang digelar di Pantai Matahari Terbit, Sanur, Denpasar Selatan. Pagi itu, ia mengingatkan, kalau sampah dibuang ke sungai dan masuk ke laut, maka laut akan penuh sampah. Kalau itu terjadi, kita akan kehilangan pekerjaan pariwisata, akibat ekosistem pantai tercemar. Tidak akan ada yang berkunjung ke pantai.

Pesan yang sangat blak-blakkan. Kita tahu, selain budaya, kekuatan utama pariwisata Bali adalah laut dan pantai. Berjuta turis asing datang ke Bali, terutama untuk menikmati laut dan pantai. Dan, keberadaan sampah di laut dan pantai, tentulah bikin bad mood. Yang bisa mengurangi volume sampah di laut dan pantai ya para penghuni Bali, serta para wisatawan yang datang ke Bali.

Artinya, sebelum mengajak para turis agar tidak membuang sampah sembarangan, warga Bali haruslah memberi contoh terlebih dahulu. Gerakan Indonesia Bersih 1 Juta Tumbler tersebut adalah bagian untuk memberi contoh. Dengan menggunakan botol isi ulang ramah lingkungan (tumbler) untuk air minum, itu akan mengurangi sampah plastik dari botol minuman.

Pada Kamis (01/08/2019) itu, 400 orang peserta pendaftar pertama gerakan tersebut, mendapatkan tumbler gratis dari Kemenkominfo. Di area acara di Pantai Matahari Terbit, panitia menyediakan air minum dalam suatu wadah. Peserta dipersilakan mengisi tumbler masing-masing dengan air minum tersebut. Ke-400 penerima tumbler gratis itu, akan menjadi duta untuk mengurangi sampah botol plastik di Bali.

Gerakan ini tentu saja istimewa, sebagai upaya bersama menjaga lingkungan. Lebih istimewa lagi, karena Denpasar merupakan kota pertama di Indonesia yang mengeksekusi Gerakan 1 Juta Tumbler. Bila dikorelasikan dengan keistimewaan diet kantong plastik di Pura Sakenan, bukan tidak mungkin, itu menjadi inspirasi kita bersama untuk sama-sama menjaga lingkungan.

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 05 Agustus 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun