Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

SIM Card Perdana Arab Saudi, Kita Kecolongan

27 Juli 2019   11:19 Diperbarui: 27 Juli 2019   12:52 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SIMcard Zain dijual di sekitar lingkungan asrama haji, yang notabene milik pemerintah. Padahal, legalitasnya belum clear. Setelah Kementerian Kominfo mengeluarkan larangan, sama sekali tidak ada reaksi dari pihak Zain Telecom Arab Saudi. Baik melalui pernyataan di media, maupun melalui konferensi pers. Foto: antaranews.com

Bukan hanya kurma. Kini, SIM card Perdana dari Arab Saudi dijual bebas di Indonesia. Target pasarnya, jamaah calon haji dan jamaah umrah. Industri telco kita kena libas?

Lebih Murah dari Kartu Lokal 

Musim haji mendatangkan banyak peluang bisnis. Salah satunya, bisnis SIM card, untuk alat komunikasi dari Arab Saudi ke tanah air.   Jumat (26/07/2019), jamaah calon haji dari Kawasan Timur Indonesia berbondong-bondong membeli SIM card Perdana dari Arab Saudi di asrama haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan.

SIM card Perdana dari Arab Saudi? Iya. Zain, namanya. Itu SIM card milik operator industri telco di Arab Saudi. Zain secara brand, mudah diingat. Juga, mudah diucapkan dengan lidah Indonesia. Bukan hanya itu. 

Berkomunikasi menggunakan SIM card Zain dari Arab Saudi ke Indonesia, jauh lebih murah, dibandingkan dengan pakai SIM card keluaran industri selular Indonesia.

"Yang pasti keunggulannya lebih murah dan banyak bonus-bonusnya. Biasanya kartu lokal kalau dibawa ke luar negeri, akan dikenakan biaya tambahan, karena sudah roaming internasional," ujar Taufik Sirajuddin, penjual SIM card Zain di konternya di asrama haji Sudiang.

Satu SIM card Zain dijual dengan harga Rp 150 ribu. Kuotanya 5 gigabyte, dengan bonus menelepon selama 50 menit.  Masa berlakunya empat bulan. Cukup murah, kan? Selain karena murah, jamaah calon haji di asrama haji Sudiang merasa lebih sreg pakai Zain, karena itu kan keluaran industri telco di Arab Saudi. Toh, itu akan digunakan di sana, selama musim haji.

Untuk aktivasi SIM card tersebut, cukup praktis. Begitu jamaah calon haji tiba di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, misalnya, jamaah tinggal mendatangi booth Zain Telecom di bandara. Bisa juga setelah sampai di hotel dan penginapan haji Indonesia, di Mekah maupun Madinah. Aktivasi SIM card Zain bisa dilakukan di tempat-tempat tersebut.    

Taufik Sirajuddin menuturkan, ia dapat jatah 8.000 keping kartu, untuk dijajakan di wilayah Makassar. Dan, 2.000 kartu di antaranya, ia jual kepada para jamaah calon haji. 

Selebihnya, akan ia jual ke jamaah umrah. Kita tahu, jumlah jamaah umrah asal Sulawesi Selatan, sangat besar. Dari jumlah total jamaah umrah Indonesia setiap tahun, jumlah terbesar ya dari Sulawesi Selatan.

SIMcard Zain dijual di sekitar lingkungan asrama haji, yang notabene milik pemerintah. Padahal, legalitasnya belum clear. Setelah Kementerian Kominfo mengeluarkan larangan, sama sekali tidak ada reaksi dari pihak Zain Telecom Arab Saudi. Baik melalui pernyataan di media, maupun melalui konferensi pers. Foto: antaranews.com
SIMcard Zain dijual di sekitar lingkungan asrama haji, yang notabene milik pemerintah. Padahal, legalitasnya belum clear. Setelah Kementerian Kominfo mengeluarkan larangan, sama sekali tidak ada reaksi dari pihak Zain Telecom Arab Saudi. Baik melalui pernyataan di media, maupun melalui konferensi pers. Foto: antaranews.com
Dilarang Tapi Masih Dijual 

Di hari-hari musim haji ini, rerata Taufik Sirajuddin bisa menjual lebih dari 30 keping SIM card per hari. Wow, sungguh menggiurkan. Menurut Taufik Sirajuddin, kartu perdana Zain yang dijualnya itu, dikirim langsung dari Arab Saudi kepada pihak kedua di Indonesia. Kemudian, disebarluaskan untuk dijual di beberapa daerah, melalui pihak ketiga.

Siapa pihak kedua dan siapa pula pihak ketiga? Taufik Sirajuddin tidak menjelaskannya. Pihak pertamanya jelas, Zain Telecom Saudi. Dari penelusuran saya, SIM card Zain juga dijual di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Juga, dijual di Asrama Haji Lombok, Nusa Tenggara Barat, Asrama Haji Donohudan Surakarta, dan Asrama Haji Sukolilo Surabaya.

Artinya, peredaran sekaligus penjualan SIM card Zain tersebut, relatif sudah cukup luas. Di Asrama Haji Pondok Gede, misalnya, SIM card perdana Zain bahkan sudah dijual sejak Rabu (17/07/2019). Pada Selasa (23/07/2019), Ferdinandus Setu, Pelaksana tugas Kepala Biro Humas Kemkominfo, menyebut, Kementerian Kominfo sudah mengeluarkan larangan penjualan SIM card Zain di wilayah Indonesia.

Dilarang? Kenapa? Menurut Ferdinandus Setu, pelarangan tersebut bersifat sementara, sampai jelas aspek perlindungan konsumen sebagaimana amanat UU No 8 Tahun 1999 dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya. Pertanyaannya, sudah dilarang pada Selasa (23/07/2019), tapi kenapa pada Jumat (26/07/2019) masih dijual di konter di asrama haji Sudiang Makassar?

Pertanyaan berikutnya, SIM card Zain dijual di lingkungan asrama haji di sejumlah wilayah di Indonesia, dengan nama serta logonya terpampang jelas. Tidak ada kah sepasang mata pihak berwenang yang melihat itu? Dari sejumlah pemberitaan di media, penjualan SIM card Zain diduga tanpa izin, yang otomatis juga tidak ada komponen pungutan pajaknya.

Walah-walah, demikian mudahnya produk telekomunikasi diperdagangkan tanpa izin? Bahkan, dijual di sekitar lingkungan asrama haji, yang notabene milik pemerintah? Lebih parah lagi, setelah Kementerian Kominfo mengeluarkan larangan, sama sekali tidak ada reaksi dari pihak  Zain Telecom Arab Saudi. Baik melalui pernyataan di media, maupun melalui konferensi pers.

Zain adalah operator jaringan selular terbesar ketiga di Arab Saudi, yang memegang pangsa pasar 18 persen. Zain memiliki basis pelanggan selular lebih dari 10 juta pelanggan. Telecom Saudi sebagai perusahaan induknya, mencatat pendapatan US $ 13,6 Miliar pada tahun 2016 dan mencatat laba bersih sebesar US $ 2,27 miliar pada tahun yang sama. Foto: wikibizpedia.com
Zain adalah operator jaringan selular terbesar ketiga di Arab Saudi, yang memegang pangsa pasar 18 persen. Zain memiliki basis pelanggan selular lebih dari 10 juta pelanggan. Telecom Saudi sebagai perusahaan induknya, mencatat pendapatan US $ 13,6 Miliar pada tahun 2016 dan mencatat laba bersih sebesar US $ 2,27 miliar pada tahun yang sama. Foto: wikibizpedia.com
Perlindungan dan Persaingan 

Sebaliknya, yang bereaksi di sini sudah dua pihak. Kemkominfo selaku regulator dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai legislator. Adalah Evita Nursatny, yang bersuara. Ia Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI-Perjuangan, partai yang berkuasa saat ini.

Menurut Evita Nursatny, dijualnya produk Zain Telecom Saudi di sini, telah menimbulkan dampak negatif. Tidak hanya berdampak kepada industri telco dalam negeri, tetapi juga merugikan negara, karena tidak membayar pajak. Selain itu, konsumen Indonesia, dalam hal ini jamaah calon haji dan jamaah umrah yang telah membeli SIM card Zain Telecom Saudi, tidak terlindungi.

Bisnis memang tidak mengenal tanah air, karena tanah airnya adalah keuntungan. Itu yang kita lihat kini. Menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, karena penambahan kuota haji Indonesia sebanyak 10.000 tahun 2019 ini, maka jumlah total jamaah calon haji tahun ini 231.000 orang. Sementara, jamaah umrah per tahun sudah mencapai 1.000.000 orang.

Bukankah itu pasar yang menggiurkan bagi industri telco Arab Saudi? Tidak mengherankan, mereka dengan penuh semangat menjemput bola ke sini, langsung menjual SIM card perdana di Indonesia, sebelum jamaah berangkat menuju Arab Saudi. Bisnis memang membutuhkan gerak cepat, untuk meraih untung lebih cepat. Ya, begitulah hakekatnya bisnis.

Bagaimana nasib industri telco kita? Mari kita cermati Paket Haji Telkomsel. Harga Paket Haji 3 in 1 Telkomsel pertama adalah Rp 550.000 dengan kuota 50 menit telepon ke nomor Indonesia, lokal, dan terima telepon, 50 SMS, dan kuota data 7 GB. Masa aktifnya selama 20 hari. Ini salah satu contoh paket saja. Bandingkan dengan Zain Telecom Saudi, yang cukup Rp 150.000 saja.

Belum diketahui, berapa banyak jamaah calon haji dan jamaah umrah kita yang sudah membeli SIM card Zain. Kenapa? Karena tidak tercatat dan tidak terdaftar pada saat proses pembelian SIM card. Apalagi tidak diketahui, siapa dan perusahaan apa yang menjadi pihak kedua dan pihak ketiga, yang menjual SIM card Zain di sini.

Duh, alangkah merugi, negeri ini.

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 27 Juli 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun