Selasa (23/07/2019), kita peringati sebagai Hari Anak Nasional. Tapi, nyaris tidak terdengar gagasan: bagaimana cara meningkatkan industri mainan anak dalam negeri, agar anak-anak bangsa tidak didominasi oleh mainan impor. Mainan produksi lokal, hanya mampu mengisi pasar 30 persen. Selebihnya, impor.
Fiber Glass Tidak Aman
Tiap tahun, hampir 5 juta bayi, lahir di Indonesia. Mereka pastilah membutuhkan mainan anak. Yang membutuhkan mainan anak, bukan hanya anak secara personal. Tapi, juga wahana bermain [playground], yang jumlahnya di negeri kita sangat banyak. Playground itu, antara lain, ada di taman, hotel, mall, pusat rekreasi, sekolah, dan tempat relevan lainnya. Boleh dibilang, keberadaan playground di berbagai tempat tersebut, sudah jadi kebutuhan. Bahkan, menjadi wajib.
Sutjiadi Lukas menyebut, hingga kini industri mainan dalam negeri, belum mampu memproduksi mainan untuk playground yang memenuhi standar. Akibatnya, sebagian besar hotel, mall, dan pusat rekreasi, menggunakan mainan impor. Kenapa? Karena, pabrikan dalam negeri masih menggunakan bahan fiber glass, yang tidak aman bagi anak-anak.
Itu diungkapkan Sutjiadi Lukas, Ketua Umum Asosiasi Mainan Indonesia (AMI), pada Minggu (21/04/2019). Dalam konteks ini, ada dua kedodoran yang terjadi. Pertama, jumlah produksi yang tidak memadai. Hanya mampu mengisi 30 persen pasar lokal. Kedua, kualitas yang tidak memadai. Bahan fiber glass, yang tidak aman bagi anak-anak.
Kedua kedodoran tersebut, sekaligus mencerminkan kualitas produsen mainan dalam negeri. Kualitas teknologi pabrikan yang mereka gunakan dan kualitas tenaga kerja yang mengeksekusinya. Dari penelusuran saya, data Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin) menunjukkan, setidaknya terdapat 90 perusahaan industri mainan di tanah air.
Dari 90 produsen tersebut, yang terbanyak adalah industri kecil, yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Inilah sesungguhnya yang menjadi tantangan industri mainan lokal.Â
Mereka terbatas modal, terbatas teknologi. Dengan demikian, terbatas pula kapasitas produksi. Untuk meningkatkan kemampuan mengisi pasar lokal dari 30 persen tersebut, dibutuhkan perhatian banyak pihak. Kalau tidak, negeri ini hanya akan menjadi pasar bagi mainan impor.
Kedodoran lain tentang industri mainan anak kita, bisa kita lihat pada Indonesia International Toys and Kids Expo 2019 (IITE), yang digelar pada Kamis-Sabtu (18-20/07/2019) di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat. Ada dua seminar di tempat tersebut, yang langsung menohok. Pertama, Cara Mengimpor 5 Produk Gift dan Produk Rumahan Paling Diminati dari China. Kedua, Cara Menemukan dan Mengimpor Mainan dari China dengan Mudah.
Dari kedua seminar dengan dua tema itu, China dengan tegas memosisikan diri sebagai negara produsen mainan anak. Dari kedua seminar tersebut, juga jelas agenda besar China: meluaskan pasar mainan anak mereka. Kita tahu, ada 70 persen mainan anak impor merangsek pasar kita. Dan, 60 persennya adalah produk mainan impor dari China.