Sabtu (20/07/2019), pagi menjelang siang. Pelataran Gereja Santo Matius Penginjil, sesak oleh heart circles Arswendo Atmowiloto. Dari dalam gereja berkali-kali terdengar suara: keluarga adalah harta yang paling berharga. Â Â
Banyak Hal BernilaiÂ
Pada Sabtu itu, saya turut menyesaki pelataran gereja tersebut. Di dalam gereja, berlangsung misa pelepasan jenazah Arswendo Atmowiloto. Saya hadir di sana, karena saya merasa menjadi bagian dari heart circles Arswendo Atmowiloto. Saya pikir, hadirin yang lain, juga merasa demikian. Merasa menjadi bagian dari heart circles Mas Wendo, yang daya jelajahnya demikian luas.
Boleh dibilang, ratusan hadirin hari itu, memiliki catatan jiwa tentang interaksi yang pernah terjadi, antara mereka dengan Mas Wendo. Di hari pelepasan jenazah itu, terasa sekali, betapa banyak hal bernilai yang pernah mereka lalui bersama Mas Wendo. Kesadaran akan hal bernilai itu, muncul belakangan. Dan, terasa semakin bernilai, setelah Mas Wendo wafat.
Tentang nilai persahabatan, misalnya. Aktor senior Slamet Rahardjo bercerita, bagaimana ia memaknai nilai persahabatan Mas Wendo dengan Teguh Karya, suhu teater dan perfilman kita. Tiap kali Teguh Karya syuting, Mas Wendo selalu diajak. Mas Wendo selalu datang ke tempat syuting. Tapi, tidak pernah di-shoot. Tidak pernah masuk kamera.
Mereka tetap bersahabat. Mas Wendo pun tetap datang ke lokasi syuting. Suatu hari, Mas Wendo tak datang. Teguh Karya mencarinya dan bertanya, kenapa tidak datang? "Lha, ngapain datang, datang pun nggak pernah di-shooting," demikian kira-kira gerundelan Mas Wendo, yang memang sudah jengkel atas perlakuan Teguh Karya terhadapnya. Â
Akhirnya, Mas Wendo bersedia datang lagi ke lokasi syuting. Ia pun di-shoot. Mas Wendo action, kamera pun on. "Ulang," ujar Teguh Karya. Action lagi, disuruh ulang lagi. Diulang sampai 10 kali, sampai kejengkelan Mas Wendo memuncak. Hasil adegan ulang 10 kali itu, tampil sekelebat di film Pacar Ketinggalan Kereta. Benar-benar sekelebat, ya satu detik lebih sedikit. Tak sampai dua detik.
Rusak kah persahabatan Mas Wendo dengan Teguh Karya? Tidak, sama sekali tidak. Mereka tetap sering bertemu, senantiasa sengit berdiskusi. Mas Wendo pun masih meluangkan waktu untuk datang ke lokasi syuting, saat Teguh Karya memproduksi film. Dari salah satu contoh peristiwa tersebut, Slamet Rahardjo belajar, bagaimana berlapang hati, dari Mas Wendo.
Melepas Bagian Jiwa
Teguh Karya adalah guru Slamet Rahardjo. Bukan hanya guru teater dan film di Sanggar Teater Populer, tapi sekaligus guru kehidupan. Guru yang turut membentuk Slamet Rahardjo, sebagaimana kita lihat sekarang. Mas Wendo adalah sahabat Teguh Karya. Dan, dengan kelapangan hatinya, Mas Wendo pun menjalin persahabatan dengan Slamet Rahardjo.
Di Gereja Santo Matius Penginjil, Tangerang, Banten, pada Sabtu (20/07/2019) itu, Slamet Rahardjo mengungkapkan bahwa persahabatan dirinya dengan Wendo sudah sampai ke jiwa mereka berdua. Barangkali tak kalah intensnya, dibanding persahabatan Wendo dengan Teguh Karya. Karena itulah, wafatnya Wendo dan kepergian Wendo, tidak membuatnya merasa kehilangan.