Peta proporsi kurang gizi di tiap provinsi tersebut, dikemukakan Doddy Izwardy, Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, pada Rabu (30/01/2019). Secara lebih rinci, Doddy Izwardy menyebut, anak Indonesia yang stunting pernah mencapai 36 persen, kemudian turun 35 persen, lalu melonjak ke angka 37 persen.
Bagaimana Doddy Izwardy memetakan itu? Dari mana ia mendapatkan angka-angka tersebut? "Dari hasil monitoring saya ke seluruh Indonesia, rata-rata 28 sampai 29,6 persen," kata Doddy Izwardy. Itu merupakan hasil pemantauan Doddy Izwardy, dari tahun 2014, 2015, 2016, sampai 2017.
Kita tentu saja terhenyak, mencermati peta proporsi kurang gizi di tiap provinsi tersebut. Alangkah besar dan berat beban bangsa ini, untuk menyelamatkan jutaan anak bangsa, yang stunting itu. Pada saat yang sama, diperlukan langkah besar, agar anak-anak bangsa yang lahir kemudian, tidak menderita stunting.
Secara ekonomi, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan, kerugian akibat stunting, bisa mencapai 2-3 persen, dari Produk Domestik Bruto (PDB). Contohnya, PDB tahun 2017 sebesar 13.000 triliun rupiah. Maka, kerugian akibat stunting, ya sekitar tiga ratus triliun rupiah.
Demikian pula dengan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 pada bidang kesehatan, yang mencapai 123,1 triliun rupiah. Salah satu sasaran targetnya adalah mengatasi masalah stunting. Target prevelansi stunting yang dipatok pemerintah adalah 24,8 persen pada tahun 2019.
Target tersebut memang masih di atas ambang batas atas, yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO), yaitu 20 persen. Persentase WHO itu, setara dengan seperlima dari jumlah keseluruhan balita. Dari target tahun 2019 itu, kita bisa mencermati, betapa berat beban bangsa ini, untuk menyelamatkan jutaan anak bangsa, dari stunting.
Tahun 2019 masih berjalan. Sama-sama kita lihat nanti, apakah target penurunan stunting 24,8 persen tersebut, akan tercapai atau tidak. Sebagai anak bangsa, kita tentu berharap, agar jumlah balita yang stunting, terus menurun. Dengan demikian, kerugian akibat stunting pun, bisa ditekan. Â Â
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, jumlah balita yang stunting, sekitar 7 juta balita. Artinya, ada penurunan, meski masih di atas ambang batas atas, yang ditetapkan WHO. Inilah realitas perjalanan anak bangsa, untuk menjadi bangsa yang unggul di masa depan.
Realitas tersebut ya harus kita atasi bersama-sama. Mari kita simak bersama pesan Jusuf Kalla, pada Selasa (03/07/2018). "Stunting itu kerdil fisik dan otak. Ya, pada umumnya anak yang stunting itu (bertubuh) kerdil. Memang begitu adanya, jangan menyembunyikan kenyataan," ujar Jusuf Kalla di acara Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) XI di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan.
isson khairul --dailyquest.data@gmail.com