Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Lelaki Penuh Kasih dari Cisarua

5 Juli 2019   15:51 Diperbarui: 5 Juli 2019   16:38 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri ke kanan: Kevin Legion, Isson Khairul, Rahab Ganendra, Fahmi, Yon Bayu, dan maaf saya lupa menanyakan namanya. Mohon info, ya. Ke-6 lelaki ini menatap ke arah yang sama, menyatukan rasa dan pikir, untuk merawat kebersamaan di Kompasiana. Foto: Okti Li

Ini sebuah catatan, tentang spirit dan kebersamaan. Saya tulis dari pertemuan penulis Kompasiana di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, pada Jumat (28/06/2019) lalu. Mari bersama kita rajut hari-hari mendatang, dengan penuh kasih sayang.   

Lelaki Hebat, Beribu Hebat

Saya nomor dua, dari kiri. Kami bertemu dan dipertemukan oleh Kompasiana. Kami duduk bersama, di lantai yang sama, tanpa merasa ada yang berbeda. Bagi kami, bertemu adalah belajar. Belajar menjadi bagian dari sesama, untuk merawat spirit kebersamaan.

Kami pun berbincang tentang beragam hal. Dalam hati, saya bertanya, siapa ya nama Ibu kandung Yon Bayu? Perempuan yang melahirkan Yon Bayu, pastilah perempuan hebat. Andai ia masih hidup, tentulah ia bangga dengan anak lelakinya ini. Bernyali kuat, teguh memegang prinsip, dan luwes dengan sesama.

Saya tahu, Yon Bayu adalah ayah dari dua anak perempuan remaja, yang kini tengah beranjak dewasa. Ia sudah beberapa tahun menduda, dan merawat kedua anaknya, tanpa didampingi istri. Itu berlangsung di Jakarta, di jantung ibu kota, yang tak berapa jauh dari Istana Presiden. Bukan hal yang mudah, memang. Namun, Yon Bayu melakoni semua itu dengan penuh kasih sayang.  

Di antara perbincangan kami para lelaki ini, melintas pula pertanyaan di hati saya, siapa ya nama Ibu kandung Fahmi, lelaki yang duduk di sebelah kiri saya? Dalam gambar di atas, posisi Fahmi di sebelah kanan saya. Ibunya pastilah perempuan, dengan berlimpah kasih sayang. Dengan bekal kasih sayang itu pula, Fahmi mengayomi keluarganya.

Pada Jumat (28/06/2019) lalu, ia membawa serta istri dan anaknya, ke pertemuan penulis Kompasiana di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Mereka menempuh perjalanan sekitar 2 jam, dengan sepeda motor, dari Cianjur, yang juga bagian dari Provinsi Jawa Barat. Seorang suami, seorang istri, dan seorang anak. Mereka bertiga menyusuri jalanan, di antara deru kendaraan lainnya.

Sebagai lelaki yang penuh kasih, Nurul Uyuy curhat tentang penurunan performa Kompasiana. Ia bersama kerabat kerja di kantor pusat, sudah dan terus melakukan pembenahan, untuk mengembalikan performa. Mari kita sambut curhat tulus tersebut, dengan bersama meningkatkan kreativitas. Foto: Okti Li
Sebagai lelaki yang penuh kasih, Nurul Uyuy curhat tentang penurunan performa Kompasiana. Ia bersama kerabat kerja di kantor pusat, sudah dan terus melakukan pembenahan, untuk mengembalikan performa. Mari kita sambut curhat tulus tersebut, dengan bersama meningkatkan kreativitas. Foto: Okti Li
Curhat Tulus, Spirit Menulis

Yon Bayu datang ke pertemuan penulis Kompasiana di Cisarua, dengan meninggalkan dua anak perempuannya di Jakarta. Fahmi membawa serta istri dan anaknya, 2 jam perjalanan dengan sepeda motor. Apa yang dilakukan kedua lelaki tersebut, lebih dari cukup untuk jadi penanda, betapa kuatnya magnit Kompasiana.

Kompasiana telah menjelma, menjadi rumah bersama, tempat berlabuhnya spirit kebersamaan. Di Kompasiana, para penulis saling belajar, mengolah rasa dan pikir. Juga, saling berargumen. Suasana rumah bersama itulah, yang membuat pertemuan demi pertemuan, menjadi momen yang dirindukan. Salah satunya, pertemuan di Cisarua, pada Jumat (28/06/2019) lalu.

Kenapa dirindukan? Karena, semua dilandasi rasa tulus. Jarak dan waktu, kalah oleh ketulusan. Kerabat kerja dari kantor pusat Kompasiana di Jakarta, menempuh perjalanan 5 jam, untuk sampai ke Cisarua. Mereka berlima: Nurul Uyuy, Kevin Legion, Widha Karina, Dimas, dan Nancy. Rasa kebersamaan pun kian menggetarkan, menghangatkan pertemuan tersebut.

Nurul Uyuy curhat tentang kondisi terkini Kompasiana. Di masa puncaknya, pada tahun 2014, rerata ada 800 tulisan yang diposting penulis per hari. Dua tahun terakhir, jumlah postingan jauh di bawah itu. Menurun. Berbagai strategi sudah dan terus dilakukan, untuk mengembalikan performa Kompasiana. Bagi saya, ini sebuah pengakuan yang tulus, untuk menyemangati sesama.

Kami yang berkumpul di Cisarua, juga kita semua penulis Kompasiana, tentulah patut mencermati penurunan performa tersebut. Bagaimanapun juga, Kompasiana adalah rumah kita bersama. Curhat tulus Nurul Uyuy tersebut, setidaknya menjadi penanda, untuk membangkitkan kembali kreativitas kita dalam menulis. Untuk merekatkan kembali kebersamaan kita.

Bersama di Cisarua. Inilah saatnya untuk kembali menyatukan kekuatan kita, untuk bersama-sama meningkatkan performa Kompasiana. Bukankah Kompasiana adalah rumah bersama kita? Foto: dok. Muthiah Alhasany
Bersama di Cisarua. Inilah saatnya untuk kembali menyatukan kekuatan kita, untuk bersama-sama meningkatkan performa Kompasiana. Bukankah Kompasiana adalah rumah bersama kita? Foto: dok. Muthiah Alhasany
Olah Pikir, Olah Rasa

Kebersamaan? Ya, kebersamaan yang terasa mulai renggang. Itulah yang disuarakan Rahab Ganendra. Sebagai Kompasianer senior, ia merasa, semangat berkomunitas di Kompasiana perlu dibenahi pengelolaannya. Dua tahun terakhir, aktivitas komunitas juga menurun jauh. Padahal, aktivitas komunitas, bisa menjadi salah satu pemicu untuk menumbuhkan kreativitas menulis.

Memang, aktivitas komunitas, bukan satu-satunya solusi untuk meningkatkan performa. Tapi setidaknya, Rahab Ganendra dengan penuh kasih sudah menyuarakannya. Menurut saya, pertemuan penulis di Cisarua itu, perlu dilanjutkan dengan pertemuan demi pertemuan berikutnya. Itu menjadi bagian untuk menggugah rasa dan pikir kita secara bersama-sama.

Dalam curhatnya, Nurul Uyuy juga menggarisbawahi tentang pentingnya basis komunitas di Kompasiana. Melalui aktivitas komunitas, tiap penulis saling menulari spirit. Selain spirit untuk menulis, juga spirit untuk berbagi. Menurut saya, inisiatif Muthiah Alhasany, Yon Bayu, dan Jose Dizzman Diaz untuk menggelar pertemuan Cisarua ini, merupakan langkah awal yang positif.

Ada sesi berbagi pengalaman, ada sesi berinteraksi dengan sesama. Keragaman minat para penulis di Kompasiana, sesungguhnya menjadi kekuatan, untuk saling menulari. Barangkali, inilah saatnya untuk kembali menyatukan kekuatan kita, untuk bersama-sama meningkatkan performa Kompasiana. Bukankah Kompasiana adalah rumah bersama kita?

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 05 Juli 2019

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun