Dizzman tentulah berkompeten untuk urusan travelling. Kalau tak percaya, bacalah bukunya Manusia Bandara. Buku itu berisi 42 tulisan karya Jose Dizzman Diaz, yang sebelumnya sudah diposting di Kompasiana. Melalui ke-42 tulisan itu, Dizzman bercerita tentang puluhan kisah, yang ia saksikan serta yang ia alami, di puluhan bandara, yang pernah ia kunjungi. Di dalam dan luar negeri.
Oh, ya, cuap-cuap Dizzman tersebut, bukan lagi di meja makan villa. Bukan lagi di hadapan tahu dan tempe goreng. Tapi, di ruang tengah villa, yang sudah ditata nyonya villa Muthiah Alhasany, menjadi area Nangkring ala-ala Kompasiana. Memang, tidak ada screen banner. Tidak ada round table. Tapi, suasana Cisarua, membuat segalanya menjadi seru karena penuh tawa-canda.
Yang berhak bercanda, tentu bukan hanya yang muda. Para tetua Kompasiana, tak kalah agresif melempar canda. Bahkan, yang sudah tua dan duda pula, menjadi jagoannya. Halaaaah, siapa lagi kalau bukan Yon Bayu. Seingat saya, hanya Yon Bayu yang selalu mendeklarasikan ke-duda-annya. Sebagai penulis politik di Kompasiana, ia memang taat azas demokrasi: transparan.
Dalam istilah Tamita Wibisono, Yon Bayu agresif mem-prospek, mencari prospek. Dalam status FB-nya, pada 17 Mei 2019, Yon Bayu Wahyono menulis begini: sebagai youtuber, aku berharap akun ketiga segera bisa dimonetisasi. dengan demikian aku sudah bisa berkehendak untuk mencari istri karena akun pertama milik anak-anakku, akun kedua milikku, dan kelak akun ketiga milik istri biar tidak pusing jika dia mau potong rambut, potong kuku, dll.
Di ruang tengah villa, pada Jumat (28/06/2019) lalu itu, Yon Bayu memang bukan berbagi tips tentang siasat menjalani ke-duda-an. Tapi, ia --antara lain- memotivasi para blogger, agar kreatif mencari sudut pandang yang lain. Pertama, agar tulisan tidak umum-umum saja. Kedua, agar menarik minat netizen untuk membaca. Ketiga, agar bisa bersaing dengan ribuan tulisan, bahkan jutaan postingan, yang berseliweran di ranah maya. Â Â Â
Caranya? Berlatih dan berlatih. Menemukan sudut pandang yang lain, salah satunya, tergantung pada penguasaan topik yang hendak ditulis. Kalau baru sekadar tahu, ya baca-bacalah dulu, agar menguasai. Itu membantu kita untuk menemukan angle alias sudut pandang yang dimaksud.
Jangan cepat puas. Jangan asal nulis. Yon Bayu juga berbagi kiat, dalam memilih topik. Di tengah bejibunnya peristiwa, kita haruslah selektif memilih isu untuk ditulis. Latah, ikut-ikutan menulis isu yang sedang rame, cenderung membuat kita tergelincir menulis hal yang umum-umum saja. Minim keunikan sudut pandangnya dan kurang strong untuk menarik perhatian netizen.
Nangkring ala-ala Kompasiana di ruang tengah villa itu, memang tidak berlama-lama. Yang justru berpanjang-panjang adalah kelanjutannya di teras villa. Ditemani kopi, kacang rebus, singkong rebus, dan jagung rebus, obrolan mengalir hilir-mudik. Udara sejuk dari pegunungan, berhembus dengan leluasa. Maklum, Cisarua dikitari Gunung Gede dan Gunung Pangrango. Bikin tambah asyik.
Pada intinya, obrolan tersebut mengacu pada proses kreatif. Dalam konteks youtuber, misalnya, Yon Bayu mengingatkan pentingnya kontinuitas. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan: kesinambungan, kelangsungan, dan kelanjutan. Artinya, jangan lama-lama absen di ranah maya. Subscriber dengan cepat pergi dan sangat sulit untuk menarik mereka kembali.