Dari penyaluran tersebut, bagaimana warga mengonsumsi ketiga jenis BBM itu? Mari kita cermati data yang diungkapkan Ibnu Fajar, Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). Ibnu Fajar memberikan perbandingan konsumsi ketiga jenis BBM itu, antara hari-hari normal dengan hari-hari di musim Mudik Lebaran 2018 lalu. Ini ia sampaikan, pada Kamis (28/06/2018).
Konsumsi Premium pada hari normal, rata-rata sebesar 26.000 KL dan pada musim mudik 32.000 KL. Pertalite pada hari biasa 46.171 KL dan pada musim mudik 48.670 KL. Pertamax pada hari biasa 15.000 KL dan pada musim mudik 17.000 KL. Apa yang diungkapkan Ibnu Fajar itu menjadi penanda, bahwa sesungguhnya segmen warga pengguna Pertalite, lebih banyak dibanding pengguna Premium dan Pertamax.
Dilema Harga PertaminaÂ
Sekarang, mari kita urut. Di Jakarta, misalnya, Premium Rp 6.450 per liter, kemudian Pertalite Rp 7.800 per liter, serta Pertamax Rp 10.400 per liter. Boleh jadi, warga yang keberatan dengan kenaikan Pertamax, tidak akan serta-merta terjun ke Premium. Tapi, memilih beralih ke Pertalite. Toh, sebagian besar warga relatif sudah bisa menerima harga Pertalite, sebagaimana tercermin dari data yang diungkapkan Ibnu Fajar di atas. Â
Selain itu, secara kualitas dan kadar oktan, Pertalite berada di tengah-tengah antara Premium dan Pertamax, dengan Research Octane Number (RON) 90. Ini tentulah menjadi pertimbangan lain, selain harga. Saya pikir, dalam tiga bulan ke depan, Pertamina sudah bisa mendeteksi, berapa banyak konsumen Pertamax yang beralih ke Pertalite dan Premium.
Reaksi konsumen Pertamax tersebut, tentulah menjadi masukan penting bagi Pertamina, jika di kemudian hari hendak mengutak-atik harga Pertalite dan Premium. Dalam hal Pertalite, Pertamina memiliki otoritas untuk menentukan harga, karena Pertalite adalah kategori BBM non-subsidi. Menurut saya, jika harga Pertalite dikerek dalam waktu dekat, risikonya cukup tinggi.
Antara lain, akan terjadi migrasi besar-besaran ke Premium. Akibatnya, angka subsidi akan membengkak dan tentu saja merepotkan pemerintah, yang tengah mengencangkan ikat pinggang. Di sisi lain, beban Pertamina pun tak kalah beratnya.
Kenapa? Karena, harga keekonomian Premium sudah di sekitar Rp 9.990 per liter, sementara Pertamina menjual dengan harga Rp 6.450 per liter. Begitu juga dengan Pertalite, yang harga keekonomiannya sudah  Rp 10.100 per liter, dan Pertamina menjualnya Rp 7.800 per liter.
Jakarta, 05 November 2018 #AJP2018 #CJAJP2018 (3/11)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H