Masih butuh waktu, untuk mengembalikan harga beras ke Harga Eceran Tertinggi (HET). Periode November-Desember 2017, Bulog sudah menggelontorkan 50 ribu ton beras, melalui operasi pasar. Hingga 24 Januari 2018 lalu, gelontoran ditambah 127 ribu ton lagi. Tapi, harga beras masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Bulog Genjot Operasi Pasar  Â
Artinya, hingga 24 Januari 2018, sudah 177 ribu ton beras digelontorkan Perum Bulog melalui operasi pasar. Segala upaya, terus dilakukan Perum Bulog, untuk mengembalikan harga beras ke HET. Ini sudah menjadi tekad Djarot Kusumayakti, Direktur Utama Perum Bulog. Kenapa? Karena, beras adalah pangan pokok, terutama beras medium. Lebih dari 70 persen penduduk negeri ini, sehari-hari mengonsumsi beras medium. Dan, yang disalurkan melalui operasi pasar, ya beras medium.
Djarot Kusumayakti menyadari, ada beberapa kendala, yang membuat Perum Bulog tidak bisa segera menstabilkan harga beras. Pertama, stok beras di gudang Bulog, terbatas. Kedua, musim panen belum merata. Ketiga, beras impor baru akan tiba sekitar pertengahan Februari. Meski demikian, harga beras sudah mulai turun, secara bertahap. Di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, misalnya. Beras jenis IR64-II, yang sebelumnya Rp 12.075 per kilogram (kg), sudah turun menjadi Rp 11.775 per kg. Beras IR64-III, yang semula Rp 8.900, sudah turun menjadi Rp 8.650 per kg.
Bagaimanapun juga, penurunan harga itu, sudah turut mengurangi beban masyarakat. Setidaknya, gejolak harga beras, tidak lagi seperti periode November-Desember 2017. Dari pantauan Perum Bulog, harga rata-rata beras medium di tingkat nasional, masih di atas Rp 11 ribu per kg. Karena itulah, Perum Bulog terus menggenjot operasi pasar. Dari awal November digelar di 1.100 titik di berbagai wilayah tanah air, kemudian diperluas menjadi 1.800 titik. Kini, sebagaimana diungkapkan Menteri Perdagangan  Enggartiasto Lukita, operasi pasar beras yang dilakukan oleh pemerintah, telah menjangkau 2.500 titik di seluruh Indonesia.
Tekad Bulog ke HET
Pertanyaan yang kerap muncul dari warga dan pedagang adalah, kapan harga beras kembali ke HET? Kita tahu, harga beras medium yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 9.450 per kg. HET ini diberlakukan sejak 1 September 2017. Di 2.500 titik operasi pasar tersebut, warga tentu bisa membeli beras dengan acuan HET. Selain itu, juga di pedagang beras di pasar. Menurut Mendag Enggartiasto Lukita, beras Bulog juga dipasok ke para pedagang pasar. Terutama, para pedagang beras di pasar-pasar tradisional.Â
"Kami wajibkan seluruh pedagang beras di pasar itu, menjual beras Bulog. Kalau ada pedagang beras di pasar yang tidak mau menjual, maka patut diduga, mereka menikmati keuntungan yang berlebihan, dengan memainkan harga," ujar Mendag Enggartiasto Lukita, saat konferensi pers di Kementerian Perdagangan, Jakarta, pada Kamis (11/01/2018) malam. Gerakan menyeluruh, operasi pasar dan mewajibkan pedagang di pasar menjual beras Bulog, adalah bagian dari instrumen yang turut menurunkan harga beras.
Saat ini, rerata pasokan beras operasi pasar, per hari mencapai 10.000 sampai 15.000 ton. Oh, ya, yang juga turut meredakan gejolak harga beras adalah mulai bergeraknya pasokan beras ke Pasar Induk Cipinang, karena di sebagian daerah sudah mulai panen. Menurut Arief Prasetyo Adi, Dirut Food Station Tjipinang Jaya, stok beras di Cipinang saat ini, 26 ribu ton. Dan, pasokan beras di kisaran 300 ton per hari. Pasokan beras tersebut tentu akan meningkat, bersamaan dengan meratanya musim panen.
Jadi, kapan harga beras kembali ke HET? Belum ada pihak yang bisa memastikan. Dari pencermatan saya, beberapa pihak yang relevan, memperkirakan, harga beras akan kembali ke HET sekitar bulan Maret 2018.
Jakarta, 30 Januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H