Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Industri Wisata vs 1.000 Dosen Vokasi

25 Agustus 2017   13:44 Diperbarui: 26 Agustus 2017   12:08 1926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini Festival Tahun Baru Imlek 2568, yang digelar Pemerintah Kota Manado, pada Minggu (29/01/2017). Ratusan turis asal China terpukau menyaksikan tarian kolosal Maengket, atraksi pukul gendang, barongsai, serta pertunjukan seni beladiri China yang disajikan sebagai perpaduan kebudayaan etnis Tionghoa dan Sulawesi Utara. Foto: ronny adolof buol-kompas.com

Ada 144 pelaku industri perhotelan yang sudah mendaftar menjadi dosen vokasi pariwisata. Ini untuk menjawab desakan kebutuhan industri pariwisata. "Investasi SDM itu sangat penting, untuk win the future customers," ujar Menteri Pariwisata, Arief Yahya, pada Selasa (22/08/2017).

SDM, sumber daya manusia, itulah tantangan pariwisata kita. Sumber daya alam yang luar biasa, belum sepadan dengan keberadaan SDM. Baik secara jumlah, maupun secara kualitas. Sementara, destinasi wisata baru tumbuh pesat. Sebagai contoh, sejak tahun 2015 hingga November 2016, telah terwujud 150 desa wisata di berbagai wilayah tanah air. Semua itu membutuhkan SDM yang berkualitas, agar momentum pariwisata ini memberi manfaat maksimal bagi kesejahteraan warga.

Prediksi, Antisipasi, dan Koordinasi
Ada contoh kongkrit yang memudahkan kita memahami, betapa telah terjadi desakan kebutuhan SDM industri wisata. Di awal tahun 2017, jumlah penerbangan langsung dari China ke Manado, sudah menjadi 12 kali seminggu. Itu akan terus bertambah. Dalam dua bulan pertama tahun 2017, ada 13.000 wisatawan China yang mengunjungi Manado. Satu contoh saja, industri wisata Manado tidak memiliki cukup SDM pemandu wisata, yang dapat berbahasa Mandarin. Mereka terpaksa mendatangkan pemandu dari Bali dan Batam.

Pada Minggu (16/08/2015), saya menulis di Kompasiana Pesan Wisata dari Changsha. Pada waktu itu, industri wisata Bali, juga mengalami hal yang serupa dengan yang dialami Manado kini: minimnya pemandu wisata yang mampu berbahasa Mandarin. Itu diungkapkan Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) Bali, Ketut Ardana, di Denpasar, pada Selasa (10/02/2015). Pertanyaannya, apakah industri wisata Manado tidak belajar dari kendala yang dihadapi industri wisata Bali waktu itu?

Contoh di atas menunjukkan, masih lemahnya kualitas SDM industri wisata kita. Khususnya, dalam hal antisipasi serta kemampuan memprediksi kebutuhan SDM di lapangan. Padahal, Bali dan Manado adalah dua destinasi penting, yang relatif cukup lengkap infrastruktur wisatanya. Ternyata, dalam konteks SDM, itu pun baru dari satu aspek, masih juga keteteran. Tidak siap pada waktu yang tepat. Pertanyaannya, kalau Bali dan Manado saja masih belum cakap melakukan prediksi, antisipasi, dan koordinasi, bagaimana SDM wisata di destinasi yang lain?

Ini Festival Tahun Baru Imlek 2568, yang digelar Pemerintah Kota Manado, pada Minggu (29/01/2017). Ratusan turis asal China terpukau menyaksikan tarian kolosal Maengket, atraksi pukul gendang, barongsai, serta pertunjukan seni beladiri China yang disajikan sebagai perpaduan kebudayaan etnis Tionghoa dan Sulawesi Utara. Foto: ronny adolof buol-kompas.com
Ini Festival Tahun Baru Imlek 2568, yang digelar Pemerintah Kota Manado, pada Minggu (29/01/2017). Ratusan turis asal China terpukau menyaksikan tarian kolosal Maengket, atraksi pukul gendang, barongsai, serta pertunjukan seni beladiri China yang disajikan sebagai perpaduan kebudayaan etnis Tionghoa dan Sulawesi Utara. Foto: ronny adolof buol-kompas.com
Apa yang dialami industri wisata Manado dan Bali, hendaknya menjadi pelajaran penting bagi SDM wisata di berbagai wilayah lain di tanah air. Gencarnya investasi China ke Indonesia, tentulah berimbas pula pada tingkat kunjungan warga Tirai Bambu itu ke sini. Sebagai info, hanya dalam setahun, tahun 2017 ini, China melompat menjadi negara investor nomor 3 di Indonesia. Di awal tahun 2017, total perusahaan China yang terdaftar di Indonesia, sebanyak 201 perusahaan. Bagaimana SDM industri wisata mengantisipasi realitas tersebut? Langkah strategis apa yang dilakukan untuk menaikkan benefit industri wisata?

Win The Future Customers
Dari contoh di atas, maka benarlah adanya apa yang dikatakan Menteri Pariwisata, Arief Yahya: investasi SDM itu sangat penting, untuk win the future customers. Meraih customers untuk masa mendatang. Dan, masa mendatang itu tentulah tidak akan mampu kita raih, bila tidak bertolak dari saat ini. Artinya, ada strategi keberlanjutan. Ada prediksi, antisipasi, dan koordinasi, agar masa mendatang itu lebih baik dari saat ini. Untuk itu, dibutuhkan SDM wisata yang berkualitas.

Mulai dari jajaran pemerintah sebagai regulator, di tingkat pusat maupun daerah, sampai ke level industri operasional di lapangan. Kualitas SDM wisata ini menjadi kunci sukses, karena industri wisata adalah industri jasa, yang human touch-nya signifikan. Atas pertimbangan itulah, antara lain, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyiapkan Konsorsium Dosen Vokasi Pariwisata. Keberadaan Dosen Vokasi ini, untuk memberi nilai tambah pada pendidikan pariwisata yang sudah ada.

Ini implementasi nota kesepahaman Menteri Perindustrian, Menteri Pendidikan, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri BUMN untuk mengembangkan sumber daya manusia industri. Nota kesepahaman ini ditandatangani di Kementerian Perindustrian, Jakarta, pada Selasa (29/11/2016). Dalam lingkup Kemenpar, saat ini sudah ada 144 pelaku industri, sebagian besar dari perhotelan, yang sudah mendaftar untuk menjadi Dosen Vokasi Pariwisata.

Ini sebagian profesional dari jaringan Hotel Best Western, ketika mengundang dinner sejumlah Kompasianer di Hotel Best Western Premier The Hive, Jakarta Timur. Ada 4.100 hotel dalam jaringan ini di 100 negara di seluruh dunia. Wawasan serta pengalaman mereka tentu dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas SDM pariwisata. Foto: isson khairul
Ini sebagian profesional dari jaringan Hotel Best Western, ketika mengundang dinner sejumlah Kompasianer di Hotel Best Western Premier The Hive, Jakarta Timur. Ada 4.100 hotel dalam jaringan ini di 100 negara di seluruh dunia. Wawasan serta pengalaman mereka tentu dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas SDM pariwisata. Foto: isson khairul
Mereka adalah profesional di industri perhotelan, yang berminat menjadi Dosen Vokasi Pariwisata. Sebelum didistribusikan ke berbagai lembaga pendidikan pariwisata, para profesional ini diproses oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk distandarisasi dengan standar global. Dengan demikian, kualifikasi mereka dapat dipertanggungjawabkan. Sertifikasi Profesi dan standarisasi ini penting, karena mereka diharapkan menjadi agent of change bagi pendidikan pariwisata di tanah air.

1.000 Dosen Vokasi
Program Dosen Vokasi Pariwisata ini, tentu patut kita apresiasi. Kenapa? Karena, melalui program ini, rentang antara pendidikan wisata dengan kebutuhan industri wisata, terjembatani. Ada link and match antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Misalnya, seseorang yang pernah menjadi general manager (GM) di jaringan hotel internasional, kemudian terjun sebagai Dosen Vokasi Pariwisata, tentu akan menjadi multiplier effect bagi mahasiswanya. Wawasan serta pengalamannya sangat dibutuhkan bagi peningkatan kualitas mahasiswa, yang kelak menjadi SDM industri wisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun