Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Eksplorasi Spirit dari Luar Negeri ke Kampung Halaman

10 Agustus 2017   19:08 Diperbarui: 10 Agustus 2017   19:16 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasilnya, kualitas SDM Indonesia saat ini tidak mampu bersaing dengan SDM di Malaysia. Seperti contoh di atas, jumlah insinyur per satu juta penduduk Indonesia, hanya 2.671 orang. Di Malaysia, 3.333 orang. Kenapa tenaga terdidik di bidang teknik tersebut patut kita garisbawahi? Ini mengacu kepada pertemuan Joko Widodo dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Jakarta Convention Center, pada Kamis (09/07/2015). Silakan baca tulisan saya Nasib Industri Pengolahan Ikan di Tengah Spirit Maritim di Kompasiana, pada Jumat (17/07/2015).  

Kita harus masuk ke hilirisasi dan industrialisasi. Itu salah satu pesan Presiden pada pertemuan tersebut. Hilirisasidan industrialisasi, tentulah membutuhkan tenaga terdidik di bidang teknik yang memadai. Baik dari sisi jumlah, maupun dari aspek kualitas. Mengingat terbatasnya tenaga terdidik di bidang teknik yang kita miliki, maka terbatas pula industri hilir di tanah air. 

Akibatnya, hasil alam kita hanya diekspor sebagai barang mentah atau setengah jadi. Masim minim barang jadi yang kita ekspor. Salah satu jalan untuk mengejar ketertinggalan tersebut adalah melalui jalur pendidikan. Menambah serta meningkatkan kualitas SDM.

Pada peringatan Hari Lingkungan Hidup di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada Rabu (02/08/2017), Presiden Joko Widodo mencontohkan Swedia dan Finlandia sebagai negara yang sukses dalam hal pengelolaan hutan, demi meningkatkan ekonomi. Pesan Presiden, Kementerian LHK tak usah sulit-sulit merancang program pengelolaan hutan. Tinggal mencontoh saja kepada kedua negara tersebut dan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Foto: kompas.com
Pada peringatan Hari Lingkungan Hidup di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada Rabu (02/08/2017), Presiden Joko Widodo mencontohkan Swedia dan Finlandia sebagai negara yang sukses dalam hal pengelolaan hutan, demi meningkatkan ekonomi. Pesan Presiden, Kementerian LHK tak usah sulit-sulit merancang program pengelolaan hutan. Tinggal mencontoh saja kepada kedua negara tersebut dan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Foto: kompas.com
Meraih ilmu dari luar negeri, kemudian mengimplementasikannya di tanah air, adalah salah satu langkah yang bisa ditempuh. Dalam hal pengelolaan hutan, misalnya. Ini membutuhkan, antara lain, tenaga terdidik di bidang teknik kehutanan serta teknik lingkungan. Baik dari sisi jumlah, maupun dari aspek kualitas. Presiden blak-blakan berkata, "Saya kira tidak usah sulit-sulit. Sudahlah, di-copy, nanti disesuaikan dengan keadaan hutan di negara kita." Yang disuruh copy oleh Presiden adalah strategi pengelolaan hutan di Swedia dan Finlandia. Kenapa? Karena, hampir 70-80 persen gerakan ekonomi di kedua negara tersebut, berasal dari pengelolaan hutan yang baik. Itu bagian dari pidato Presiden pada peringatan Hari Lingkungan Hidup di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta Pusat, pada Rabu (02/08/2017).

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com   

Jakarta, 10 Agustus 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun