Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ibu dan Anak Vs Transportasi Publik

17 Juli 2017   08:30 Diperbarui: 17 Juli 2017   16:08 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lihatlah anak itu, dengan ransel di punggung plus membawa kardus di tangan. Bawaan sebanyak itu pastilah berlebihan untuk ukuran anak seusianya. Bandingkan dengan orang tua di sebelah kanan, yang membebaskan anaknya dari barang bawaan. Bahkan, sang anak dilengkapi dengan helm pelindung kepala. Situasi ini saya jepret saat acara Mudik Bersama Kemenhub di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara. Foto: isson khairul

Foto ketiga di atas, saya jepret menjelang pemberangkatan rombongan Mudik Gratis Bersama Kemenhub pada Kamis (22/06/2017), dari Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara. Cukup banyak anak-anak yang membawa beban di luar batas kewajaran. Ini hendaknya menjadi perhatian orang tua yang bepergian dengan transportasi umum. Idealnya, anak-anak itu cukuplah membawa mainannya saja, secukupnya. Tak usahlah diganduli dengan ransel penuh, apalagi bila ditambah dengan bawaan kardus.

Tentang barang bawaan untuk anak, ada parameter dari American Academy of Orthopaedic Surgeon yang patut kita pertimbangkan. Sarannya, jika barang bawaan itu menggunakan tas atau ransel, maka beratnya tidak boleh lebih dari 10 persen dari berat badan anak. Bila berat badan anak 25 kilogram, maka beban yang boleh dibawanya ya 2,5 kilogram saja. Sebaiknya, kurang dari itu. Kenapa? Karena, anak-anak kan masih dalam usia pertumbuhan. Otot serta tulang-tulangnya relatif masih lunak. Dan, beban yang berlebihan, bisa mengganggu pertumbuhannya.

Kementerian Pendidikan Singapura sangat concern akan beban anak ini. Para guru di sana diinstruksikan agar mencermatinya dengan saksama. Sejumlah sekolah bahkan menyediakan loker di kelas, untuk menyimpan barang-barang kebutuhan siswa selama satu minggu. Kita tahu, peringkat pendidikan di Singapura termasuk yang terbaik di Asia. Maka, tak ada salahnya kita sebagai orang tua memperhatikan dengan bijak, sebelum anak memanggul tas ranselnya. Atau, sebelum kita meminta anak membawa barang bawaan kala bepergian.

Lihatlah ibu yang menggendong anak itu. Ia antre ke Bus Toilet. Saya tidak tahu, apakah yang mau ke toilet ibunya atau anaknya atau keduanya. Yang jelas, membawa anak ke toilet umum, haruslah ekstra hati-hati-hati. Maklum, pertahanan tubuh anak masih lemah, rentan terhadap penyakit yang bersumber dari toilet umum. Situasi ini saya jepret saat acara Mudik Bersama Kemenhub di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara. Foto: isson khairul
Lihatlah ibu yang menggendong anak itu. Ia antre ke Bus Toilet. Saya tidak tahu, apakah yang mau ke toilet ibunya atau anaknya atau keduanya. Yang jelas, membawa anak ke toilet umum, haruslah ekstra hati-hati-hati. Maklum, pertahanan tubuh anak masih lemah, rentan terhadap penyakit yang bersumber dari toilet umum. Situasi ini saya jepret saat acara Mudik Bersama Kemenhub di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara. Foto: isson khairul
Membawa Anak ke Toilet Umum

Foto keempat di atas, saya jepret menjelang pemberangkatan rombongan Mudik Gratis Bersama Kemenhub pada Kamis (22/06/2017), dari Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara. Kita tahu, bepergian dengan transportasi umum, otomatis kita pun akan berurusan dengan toilet umum. Baik di tempat pemberangkatan, di tengah perjalanan, maupun setiba di tempat tujuan. Dari penelusuran saya, sepanjang Jakarta-Banyuwangi, sudah cukup banyak toilet yang masuk kategori bersih. Baik di resto tempat istirahat, maupun di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Di SPBU di Jalan Mayjen Soetoyo, Purwahamba, Tegal, Jawa Tengah, malah ada toilet umum yang pernah meraih rekor Muri sebagai SPBU dengan toilet terbanyak dan terbersih. Di Stasiun Kereta Cirebon, Jawa Barat, fasilitas toiletnya mengacu kepada standar toilet hotel bintang tiga. Di dalam toilet terdapat kamar pembuangan air sesuai kebutuhan. Mulai dari yang berkebutuhan khusus hingga model toilet jongkok, tersedia. Tujuannya untuk mengakomodir berbagai kondisi penumpang kereta.

Selain di Tegal dan Cirebon, masih cukup banyak toilet yang bersih. Di Banyuwangi, Jawa Timur, untuk menggugah kesadaran warga menjaga kebersihan toilet, secara regular diadakan Festival Toilet. Oh, ya, toilet umum kan terdiri dari beberapa bilik. Mehmet Oz, dokter selebriti yang kerap tampil di program kesehatan di TV di Amerika Serikat, punya tips tentang hal itu. Katanya, kebanyakan pengguna toilet umum akan menghindari bilik pertama atau paling dekat pintu masuk. Jadi, pilihlah bilik yang paling jauh dari pintu masuk, karena kemungkinan jarang digunakan.

Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, punya catatan khusus tentang toilet umum. Katanya, karakter suatu bangsa bisa dilihat dari dua hal: toilet umum dan sepak bola. Jika dari dua hal itu saja masih bermasalah, maka bangsa tersebut belum memiliki kepribadian yang baik dan belum dewasa. Hal itu ia ungkapkan dalam rapat koordinasi persiapan final Piala Presiden 2015, di Balai Pertemuan Metro Jaya, Jl. Gatot Subroto, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,  pada Jumat (16/10/2015).

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com

 Jakarta, 17 Juli 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun