Peringatan Hari Koperasi tahun ini, bersamaan dengan gegap-gempita perkara korupsi. Hampir 72 tahun kita merdeka dan sudah 70 tahun usia koperasi. Ternyata, kontribusi koperasi terhadap perekonomian Indonesia baru sebatas 3,9 persen.
Mestinya, lebih dari itu. Kenapa? Karena, koperasi berbasis kebersamaan. Koperasi adalah usaha bersama, demi kesejahteraan bersama. Dan, kita yang hidup di bumi Indonesia ini, sudah mendapat warisan semangat gotong-royong dari para leluhur. Gotong-royong adalah akar dari kebersamaan.Â
Jika saja spirit gotong-royong itu kita rawat serta kita implementasikan dalam kehidupan, tentulah koperasi sudah menjadi urat nadi perekonomian negeri ini.
Koperasi dan Mini Market
Di beberapa kesempatan diskusi, saya kerap bicara tentang mimpi saya terkait koperasi. Begini, di Jakarta ada begitu banyak waralaba mini market. Siapa yang punya? Dari sejumlah penelusuran saya, pemilik waralaba mini market di Jakarta, tidak ada hubungan secara kepemilikan dengan warga yang bermukim di sekitar lokasi mini market tersebut. Mini market yang ada di Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, misalnya, belum tentu milik warga kelurahan tersebut.
Padahal, sebagian besar yang belanja di mini market itu adalah warga kelurahan setempat. Secara ekonomi, uang warga Lenteng Agung mengalir ke investor mini market yang bukan warga setempat.Â
Ada yang salah? Tidak. Investor yang membeli waralaba mini market tersebut tentu memiliki kebebasan untuk memilih lokasi untuk berinvestasi, sejauh memenuhi perizinan. Dan, warga Lenteng Agung tentu dimudahkan untuk belanja harian atau belanja bulanan di mini market yang ada dekat rumah.
Untuk itu, dibutuhkan inisiator guna pendirian Koperasi Warga Lenteng Agung. Mekanisme penggalangan warga, teknik menghimpun dana, serta model pembagian keuntungan, tentu bisa dirumuskan oleh pengurus koperasi dengan mengacu kepada prinsip-prinsip koperasi. Dengan kata lain, Koperasi Warga Lenteng Agung membeli waralaba mini market yang beroperasi di Kelurahan Lenteng Agung.
267 Koperasi di 267 Kelurahan  Â
Kelurahan Lenteng Agung yang saya sebut di atas hanya sebagai contoh. Kita tahu, Lenteng Agung hanyalah salah satu dari 267 Kelurahan yang ada di DKI Jakarta. Andai saja mimpi saya itu bisa diwujudkan, maka akan ada 267 koperasi berbasis warga per kelurahan yang ada di Jakarta, yang memiliki waralaba mini market di wilayah masing-masing. Dari penelusuran saya, ada sejumlah kelurahan yang di wilayah tersebut berdiri lebih dari dua mini market.
Anggaplah dana yang dibutuhkan untuk membeli waralaba satu mini market, Rp 500.000.000,- Sementara, jumlah penduduk di Kelurahan Lenteng Agung mencapai 57.000 jiwa. Andai saja ada 500 warga yang berkenan menghimpun diri dalam koperasi, kemudian menyetor dana masing-masing Rp 1.000.000, maka sudah terkumpul uang yang cukup untuk membeli satu waralaba mini market.
Substansinya, ada kehendak untuk membangun kebersamaan. Ada niatan untuk mulai merintis kebersamaan tersebut, sebagai sesama warga yang bermukim di kelurahan yang sama. Nah, karena waralaba mini market tersebut adalah milik koperasi warga setempat, maka ke-500 anggota koperasi itu berbelanja harian serta berbelanja bulanan di mini market yang bersangkutan. Bila ditambah dengan warga yang lain, tentulah nilai transaksi bulanannya lumayan.
Berapa keuntungan membeli waralaba mini market? Dari penelusuran saya, ada sejumlah estimasi terkait keuntungan. Ada yang menyebut 7 persen dari nilai investasi. Ada juga yang merinci, dari Rp 100.000.000 modal yang ditanamkan, maka mitra waralaba bisa meraup keuntungan antara 3-4 juta per bulan. Bila modal yang ditanam Rp 500.000.000, maka ada potensi keuntungan Rp 15.000.000 per bulan.
Sekali lagi, ini konteksnya koperasi, spirit kebersamaan. Bila pengurus koperasi sepakat, Rp 5.000.000 keuntungan diinvestasikan kembali untuk mendirikan warung mie instan plus bubur kacang. Kemudian, Rp 5.000.000 berikutnya diinvestasikan kembali untuk berdagang nasi goreng gerobakan. Dan, Rp 5.000.000 sisanya diinvestasikan kembali untuk berdagang fried chicken gerobakan.
Bulan berikutnya, Rp 15.000.000 keuntungan dari waralaba mini market tersebut, bisa diinvestasikan kembali ke bidang lain yang relevan dengan kebutuhan warga kelurahan yang bersangkutan. Saya bermimpi, jika 6 bulan saja keuntungan dari waralaba mini market tersebut diinvestasikan kembali ke berbagai bidang yang relevan, artinya sudah Rp 90.000.000 dana yang dialirkan warga untuk menggerakkan roda ekonomi di kelurahan yang bersangkutan.
Memang, tidak ada yang instant. Tapi, saya percaya, bila model ini dikelola dengan sungguh-sungguh, setidaknya 500 warga yang menjadi anggota koperasi tersebut, telah turut berkontribusi mengurangi kesenjangan ekonomi di wilayah tempat tinggal mereka.
Begitulah mimpi saya tentang koperasi, model koperasi serta model partisipasi warga a la saya.
isson khairul --dailyquest.data@gmail.com    Â
Jakarta 14 Juli 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H