Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejumlah Persiapan agar Mudik Jadi Asyik

17 Juni 2017   00:33 Diperbarui: 10 Juli 2017   07:53 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budi Karya Sumadi langsung nyosor ke kolong bus, memastikan kendaraan tersebut layak jalan atau tidak. Kecurigaannya ternyata benar, bus jurusan Kota Tasik-Salop-Cikatomas itu tidak layak jalan, karena bagian remnya diikat dengan karet. Ini di Terminal Indihayang 1A, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, saat ia sidak kesiapan jalur mudik di kawasan Selatan Pulau Jawa, pada Sabtu (10/06/2017). Foto: syaefullah/viva.co.id

Mudik sudah dekat. Budi Karya Sumadi sejak jauh-jauh hari sudah mulai menyiapkan perangkat mudik. Angkutan umum ia sidak. Yang layak jalan, ia beri stiker. Untuk apa? Agar kita nyaman di jalan: selamat mudik dan selamat balik.

Selaku Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi tidak menyiapkan perangkat mudik sendirian. Ia berkolaborasi dengan Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo). Juga, dengan pihak Kepolisian, tentunya. Semua itu dilakukan agar perjalanan mudik kita aman serta lancar. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita sungguh-sungguh mempersiapkan?

Siapkan Kendaraan Sejak Awal

Mudik dengan kendaraan pribadi jadi pilihan favorit. Meningkat dari tahun ke tahun, khususnya di Pulau Jawa. Tahun lalu, sebanyak 3,48 juta kendaraan mobil pribadi yang digunakan untuk mudik Lebaran. Tahun 2017 ini diperkirakan meningkat menjadi 3,6 juta kendaraan pribadi. Itu diungkapkan Pudji Hartanto, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, saat ditemui Kawasan Monas Jakarta, pada Kamis (8/6/2017).

Saya biasa mudik dengan kendaraan pribadi ke Ponowaren, salah satu desa di Kecamatan Tawangsari, Sukoharjo, Jawa Tengah. Ibu dan Bapak angkat saya ada di sana. Dari Jakarta, saya memilih berangkat setelah makan sahur, pada malam takbiran. Ini waktu favorit yang saya pilih dan so far selama ini sih asyik-asyik saja. Biasanya saya sahur lebih awal, pukul 03.15 WIB sudah selesai. Dan, langsung berangkat.

Budi Karya Sumadi langsung nyosor ke kolong bus, memastikan kendaraan tersebut layak jalan atau tidak. Kecurigaannya ternyata benar, bus jurusan Kota Tasik-Salop-Cikatomas itu tidak layak jalan, karena bagian remnya diikat dengan karet. Ini di Terminal Indihayang 1A, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, saat ia sidak kesiapan jalur mudik di kawasan Selatan Pulau Jawa, pada Sabtu (10/06/2017). Foto: syaefullah/viva.co.id
Budi Karya Sumadi langsung nyosor ke kolong bus, memastikan kendaraan tersebut layak jalan atau tidak. Kecurigaannya ternyata benar, bus jurusan Kota Tasik-Salop-Cikatomas itu tidak layak jalan, karena bagian remnya diikat dengan karet. Ini di Terminal Indihayang 1A, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, saat ia sidak kesiapan jalur mudik di kawasan Selatan Pulau Jawa, pada Sabtu (10/06/2017). Foto: syaefullah/viva.co.id
Agar bisa berangkat tepat waktu, kuncinya pada persiapan. Ya, sampai waktu berbuka sebelumnya, persiapan sudah beres. Urusan kendaraan saya percayakan pada bengkel langganan dan itu sudah clear seminggu sebelum hari H. Untuk setelan rem dan lampu-lampu, saya termasuk rewel. Karena itu, saya butuh waktu untuk menjajalnya beberapa hari sebelum hari H, sampai saya benar-benar nyaman berkendara.

Pastikan Rem Berfungsi Baik

Kerewelan saya pada rem kendaraan, ternyata juga menjadi kerewelan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi. Makanya, saya senyum-senyum sendiri membaca dan melihat sang menteri nyosor ke kolong bus di sejumlah media. Itu ia lakukan di Terminal Indihayang 1A, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, saat ia sidak kesiapan jalur mudik di kawasan Selatan Pulau Jawa, pada Sabtu (10/06/2017).

Kita tahu, rem blong adalah salah satu penyebab terbesar terjadinya kecelakaan. Bukan hanya pada kendaraan umum, tapi juga kendaraan pribadi. Apa yang menyebabkan rem blong? Dari showroommobil.co.id, saya membaca, ada 7 faktor yang menyebabkan rem kendaraan blong: oli rem mobil habis, kanvas rem aus, seal piston master silinder rusak atau sobek, vapour lock, piston rem rusak, selang oli rem tersumbat, dan sistem pengereman bocor.

Bank Indonesia (BI) telah melakukan uji coba penggunaan uang elektronik (e-money) di seluruh ruas jalan tol di Pulau Jawa. Kini, seluruh produk uang elektronik dari berbagai bank, sudah dapat digunakan di mesin pembaca (reader) gerbang tol. Bank yang telah melayani pembayaran elektronik di tol adalah Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, dan Bank BCA. Foto: irwan rismawan/tribunnews.com
Bank Indonesia (BI) telah melakukan uji coba penggunaan uang elektronik (e-money) di seluruh ruas jalan tol di Pulau Jawa. Kini, seluruh produk uang elektronik dari berbagai bank, sudah dapat digunakan di mesin pembaca (reader) gerbang tol. Bank yang telah melayani pembayaran elektronik di tol adalah Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, dan Bank BCA. Foto: irwan rismawan/tribunnews.com
Sesungguhnya saya tidak paham hal teknis tersebut sampai detail. Makanya saya percayakan pada bengkel langganan. Tapi, saya tidak percaya begitu saja, saya sediakan waktu untuk menjajalnya beberapa hari sebelum hari H. Dari pengalaman saya, setelah rem disetel, kemudian saya jajal beberapa hari, perlu dilakukan revisi penyetelan alias disetel ulang. Ini untuk memastikan kenyamanan berkendara.

Siapkan e-money Terisi Cukup

Dengan telah dibukanya sejumlah jalur tol untuk mudik, maka ketersediaan e-money yang terisi cukup, sudah menjadi keharusan. Membayar tol secara elektronik sangat mudah serta memudahkan. Apalagi kini sudah tersedia beberapa pilihan uang elektronik yang available dengan sistem pembayaran tol.  Bank yang telah melayani pembayaran elektronik di tol adalah Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, dan Bank BCA.  

Kita tahu, penumpukan kendaraan di pintu masuk dan pintu keluar tol adalah penyebab utama terjadinya kemacetan. Dan, pembayaran secara elektronik sangat membantu. Menurut Dadang Setiabudi, Senior Executive Vice President Teknologi Informasi Bank BNI, penggunaan e-money di 35 ruas tol saat ini baru mencapai 25 persen. Maklum, sebagian besar warga masih terbiasa bertransaksi secara cash. Kuno? Tidak juga. Ini soal kebiasaan saja dan mudik bisa dijadikan momentum untuk mengalihkan kebiasaan cash ke transaksi elektronik.

Untuk memudahkan transaksi elektronik, Bank Indonesia (BI) sudah meminta bank yang mengeluarkan e-money agar memperbanyak gerai penjualan uang elektronik. Kita bisa membeli uang elektronik di bank terdekat, gerai di tempat istirahat di tol, juga di gardu tol. Foto: infobanknews.com
Untuk memudahkan transaksi elektronik, Bank Indonesia (BI) sudah meminta bank yang mengeluarkan e-money agar memperbanyak gerai penjualan uang elektronik. Kita bisa membeli uang elektronik di bank terdekat, gerai di tempat istirahat di tol, juga di gardu tol. Foto: infobanknews.com
Secara kasat mata, perbedaan cash dan elektronik di gerbang tol, nampaknya tidak jauh beda. Itu kalau pakai uang pas. Kalau pakai acara uang kembalian, baru jelas perbedaannya. Roy Ardian Darwis, General Manager Tol Jagorawi, pernah meneliti perbedaan tersebut secara detail. "Transaksi manual bisa memakan waktu 11 detik. Tapi, dengan cash less, bisa cuma empat detik, bahkan kurang," ujar Roy Ardian dalam sebuah diskusi di Rest Area KM 10 Jalan Tol Jagorawi, pada Rabu (31/5/2017).

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 17 Juni 2017

Tulisan saya yang lain tentang mudik dan transportasi

01. Mudik ke Padang dengan Beragam Pilihan Moda
02. Bus Antarkota vs Keselamatan Angkutan Umum
03. 7 Kapal dari Semarang dan Surabaya untuk Arus Balik
04. Minim Sosialisasi, Pelabuhan Merak pun Penuh Sesak
05. Infrastruktur: Indonesia Sentris vs Jawa Sentris
06. Commuter Line Menjadi Andalan Transportasi
07. Bandung, Surabaya, dan Bali Tolak Uber dan GrabCar
08. 157,7 Hektar Sawah untuk Kereta Cepat Jakarta-Bandung
09. Kereta Api Selalu Tepat Waktu, di Era Bung Hatta
10. Tantangan: Integrasi Pengguna Commuter Line

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun