Menulis Merekam Zaman
Ketika di hari-hari ini ruang baca kita penuh dengan bom, saya belum menemukan tulisan Putu Wijaya tentang Bom Kampung Melayu. Sementara, di ranah maya bertebaran #KamiTidakTakut dan #TapiKamiTakMauMati! Narasi tersebut lebih kepada diri sendiri, berbeda dengan Oki di Kalau Boleh Memilih Lagi, yang lebih memikirkan nasib keluarganya, tetangganya, serta orang-orang di sekitarnya.
Karena berbeda zaman serta berlain era, barangkali tidak sepenuhnya bisa untuk kita bandingkan secara apple to apple. Namun, dalam konteks penulisan, kita sandingkan ya tidak apa-apa. Dengan cara menyandingkan ini, kita bisa terinspirasi, bisa menemukan sisi yang relevan untuk ditulis. Tapi, perlu hati-hati agar tidak terkecoh, agar tidak tergelincir menghakimi suatu zaman atau suatu generasi. Kenapa? Karena, tiap zaman memiliki tantangan serta peluang yang berbeda. Dengan sendirinya, perilaku masyarakat pun cenderung berbeda.
isson khairul –dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 26 Mei 2017
Tulisan saya yang lain tentang Menulis
1. Pesan untuk Netizen Writer dari Seno Gumira Ajidarma
2. Waktu Berharga, Mari Hargai Waktu dengan Terus Berkarya
3. Tradisi Menulis, Tradisi Berguru, dan Tradisi Jurnalis
4. Jadi Pembaca Kritis, Jadi Penulis Kreatif