Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bom Meledak, Mari Menulis

26 Mei 2017   07:43 Diperbarui: 26 Mei 2017   12:31 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini petikan dua alinea cerita pendek Kalau Boleh Memilih Lagi karya Putu Wijaya. Sungguh menyentuh. Niat yang semula untuk menyelamatkan warga dari ledakan bom, akhirnya justru semakin banyak warga yang menjadi korban. Ada rasa sesal yang menggumpal tapi sudah tak ada gunanya. Foto: isson khairul

Menulis Merekam Zaman

Ketika di hari-hari ini ruang baca kita penuh dengan bom, saya belum menemukan tulisan Putu Wijaya tentang Bom Kampung Melayu. Sementara, di ranah maya bertebaran #KamiTidakTakut dan #TapiKamiTakMauMati! Narasi tersebut lebih kepada diri sendiri, berbeda dengan Oki di Kalau Boleh Memilih Lagi, yang lebih memikirkan nasib keluarganya, tetangganya, serta orang-orang di sekitarnya.

Ini petikan dua alinea cerita pendek Bom karya Putu Wijaya. Kentara sekali perubahan sikap warga, dibandingkan dengan perilaku Oki di Kalau Boleh Memilih Lagi. Serbuan informasi yang bertubi-tubi nampaknya turut memecah perhatian warga terhadap peristiwa bom. Foto: isson khairul
Ini petikan dua alinea cerita pendek Bom karya Putu Wijaya. Kentara sekali perubahan sikap warga, dibandingkan dengan perilaku Oki di Kalau Boleh Memilih Lagi. Serbuan informasi yang bertubi-tubi nampaknya turut memecah perhatian warga terhadap peristiwa bom. Foto: isson khairul
Barangkali zaman memang telah berubah, sikap orang-orang pun turut berubah. Oki mungkin mencerminkan perilaku warga pada tahun 1978, sementara narasi yang beredar di dunia maya kini, mencerminkan generasi milenial. Perubahan perilaku warga dari zaman ke zaman tersebut, juga bisa kita rasakan ketika membaca cerita pendek Bom, karya Putu Wijaya. Cerpen itu ia tulis pada 17 Juli 2009, persis pada hari terjadinya ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton Hotel, kawasan segi tiga emas Kuningan, Jakarta Selatan.    

Karena berbeda zaman serta berlain era, barangkali tidak sepenuhnya bisa untuk kita bandingkan secara apple to apple. Namun, dalam konteks penulisan, kita sandingkan ya tidak apa-apa. Dengan cara menyandingkan ini, kita bisa terinspirasi, bisa menemukan sisi yang relevan untuk ditulis. Tapi, perlu hati-hati agar tidak terkecoh, agar tidak tergelincir menghakimi suatu zaman atau suatu generasi. Kenapa? Karena, tiap zaman memiliki tantangan serta peluang yang berbeda. Dengan sendirinya, perilaku masyarakat pun cenderung berbeda.

isson khairul –dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 26 Mei 2017

Tulisan saya yang lain tentang Menulis

1. Pesan untuk Netizen Writer dari Seno Gumira Ajidarma

2. Waktu Berharga, Mari Hargai Waktu dengan Terus Berkarya

3. Tradisi Menulis, Tradisi Berguru, dan Tradisi Jurnalis

4. Jadi Pembaca Kritis, Jadi Penulis Kreatif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun