Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Platform Digital vs Pasar Tradisional

23 Mei 2017   16:22 Diperbarui: 23 Mei 2017   19:19 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lihatlah, betapa meriahnya aktivitas di booth Komunitas Sanggar Seni RnB di Indonesia Community Day (ICD) 2017. Mereka mengitari arena Plaza Pasar Ngasem pada Sabtu, 13 Mei 2017, itu dengan suka-ria. Mereka kreatif mempresentasikan aktivitas komunitas kepada publik. Foto: cdninstagram.com

Generasi milenial sangat gandrung pada ranah visual. Setidaknya, ada dua komunitas di Indonesia Community Day yang menginspirasi secara visual: Komunitas Paguyuban Filmmaker Jogja dan Komunitas Papermoon Puppet Theatre. Tak bisa diingkari, kita tidak mungkin melepaskan diri dari ranah audio visual. Sama halnya dengan kita tak mungkin berpisah dengan koneksi internet. Di ruang tunggu, di mall, di kendaraan umum, di restoran, bahkan di parkiran, koneksi internet dan content audio visual senantiasa menyambut kita.

Bisakah kita menghindar? Nyatanya, tidak. Karena itu, kehadiran Komunitas Paguyuban Filmmaker Jogja dan Komunitas Papermoon Puppet Theatre adalah bagian dari inspirasi visualisasi. Para pengelola komunitas bisa sama-sama belajar, bagaimana memvisualisasikan komunitas masing-masing. Baik menyangkut aktivitas, maupun produk dan jasa yang dihasilkan komunitas. Kita tahu, dengan visualisasi, kita bisa menyampaikan message secara lebih menarik.

Beberapa hari di Jogja, sebelum dan setelah Indonesia Community Day, saya bisa merasakan serbuan visualisasi mengenai servis start-up, hasil kerja kreatif sejumlah komunitas. Hampir di setiap penyeberangan jalan di Jogja, saya melihat ads atau videotron mengenai servis start-up. Dari data yang saya susuri, dalam lima tahun terakhir, berbagai komunitas di Jogja telah melahirkan 190 start-up. Wow. Ini salah satu hal yang membuat saya ingin kembali dan kembali ke Jogja.

isson khairul –dailyquest.data@gmail.com   

Jakarta, 23 Mei 2017

Tulisan saya yang lain tentang Indonesia Community Day 2017

1. Tertawa a la Jogja Versi Komunitas Kompasiana

2. Ekonomi Berbagi di Indonesia Community Day 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun