Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Platform Digital vs Pasar Tradisional

23 Mei 2017   16:22 Diperbarui: 23 Mei 2017   19:19 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasiana itu platform digital, tapi bikin event di pasar tradisional. Bukan di Jakarta, tapi di Jogja. Tanpa artis ibu kota, nyaris tanpa liputan televisi. Apa makna semua ini?

Bikin event di Jogja, sekitar 500-an kilometer dari Jakarta, printal-printil-nya mungkin bisa berkali lipat, dibandingkan dengan di Jakarta, yang dekat dengan kantor pusat. Cost transportasi Jakarta-Jogja pulang-pergi serta akomodasi beberapa hari di Jogja, tentulah tidak bisa dibilang murah. Dalam hitungan saya, setidaknya, ada 14 orang dari kantor pusat Palmerah yang hadir di Indonesia Community Day (ICD) 2017. Tidak semuanya di-budget-kan ke event tersebut, mungkin. Sekali lagi, apa makna semua ini?

ICD Sebagai Ruang Belajar

Bagi saya, Indonesia Community Day adalah tempat belajar. Ruang belajar dengan kelas terbuka. Melalui proses belajar itulah saya mencoba memahami makna dari event ini. Sebagai pengelola Komunitas KutuBuku, saya merasa minder. Kenapa? Karena apa yang kami tampilkan di booth KutuBuku, sangat sederhana serta serba seadanya. Hanya sebuah meja dengan beberapa buku di atasnya. Plus, dua buah kursi dan sebuah x-banner.

Padahal, KutuBuku sudah menerbitkan 50 judul buku yang ditulis oleh para penulis di Kompasiana. Ketika ada yang berkunjung dan bertanya, buku apa saja, ya? Waduh, kami tidak menyiapkan daftarnya. Bahkan, kami juga tidak membawa ke-50 buku tersebut, hingga pengunjung tidak bisa melihat secara fisik. Saya malu. Di sini saya belajar, bagaimana seharusnya sebuah komunitas mempresentasikan komunitas serta aktivitasnya kepada publik.

Lihatlah, betapa meriahnya aktivitas di booth Komunitas Sanggar Seni RnB di Indonesia Community Day (ICD) 2017. Mereka mengitari arena Plaza Pasar Ngasem pada Sabtu, 13 Mei 2017, itu dengan suka-ria. Mereka kreatif mempresentasikan aktivitas komunitas kepada publik. Foto: cdninstagram.com
Lihatlah, betapa meriahnya aktivitas di booth Komunitas Sanggar Seni RnB di Indonesia Community Day (ICD) 2017. Mereka mengitari arena Plaza Pasar Ngasem pada Sabtu, 13 Mei 2017, itu dengan suka-ria. Mereka kreatif mempresentasikan aktivitas komunitas kepada publik. Foto: cdninstagram.com
Booth KutuBuku diapit oleh Komunitas Gardu Action dan Komunitas Sanggar Seni RnB. Kedua booth komunitas tersebut sangat atraktif. Materi presentasi mereka sungguh meriah. Area booth mereka penuh sesak oleh beragam komponen yang mempresentasikan aktivitas mereka sebagai komunitas. Kentara sekali bahwa kedua komunitas itu dikelola oleh orang-orang kreatif, yang juga secara kreatif membangun brand komunitas mereka. 

ICD Ruang Berbagi Inspirasi

Melihat apa yang telah dilakukan Gardu Action dan Sanggar Seni RnB, saya memahami makna Indonesia Community Day ini. Pada hakekatnya, komunitas itu adalah ranah berbagi. Ranah mengeksplorasi kreativitas yang bermanfaat untuk sesama. Bukan hanya berbagi kepada masyarakat umum, tapi juga berbagi kreativitas kepada sesama komunitas. Maka komplitlah apa yang digaungkan hari itu: Inspiraksi.

Gardu Action dan Sanggar Seni RnB adalah 2 dari 27 komunitas yang menginspirasi Indonesia Community Day. Detailnya, dalam list resmi panitia, ada 10 Komunitas di Kompasiana. Sebagai Kompasianer, saya menyebut komunitas itu sebagai Komunitas Internal. Dan, ada 17 Komunitas yang di luar Kompasiana, yang saya sebut sebagai Komunitas Eksternal, seperti Gardu Action dan Sanggar Seni RnB tersebut.

Dalam ranah kreativitas serta dalam konteks berkomunitas, barangkali istilah Komunitas Internal dan Komunitas Eksternal, tidak terlalu tepat. Kenapa? Sehari sebelum event, pada Jumat, 12 Mei 2017, saya berdiskusi dengan Nurulloh, Content & Product Assistant Manager Kompasiana. Ia bercerita bahwa ke depannya, Kompasiana akan menjadi wadah komunitas di seluruh Indonesia. Artinya, Kompasiana bukan hanya mewadahi para penulis, tapi juga mewadahi komunitas. Wow!

Ini booth Komunitas Paguyuban Filmmaker Jogja di Indonesia Community Day (ICD) 2017. Komunitas audio visual seperti ini cukup marak di tanah air, mengingat generasi milenial sangat gandrung pada ranah visual. Barangkali tak lama lagi, Kompasiana juga akan tambah semarak dengan hadirnya beragam content visual. Foto: Dewi Puspasari
Ini booth Komunitas Paguyuban Filmmaker Jogja di Indonesia Community Day (ICD) 2017. Komunitas audio visual seperti ini cukup marak di tanah air, mengingat generasi milenial sangat gandrung pada ranah visual. Barangkali tak lama lagi, Kompasiana juga akan tambah semarak dengan hadirnya beragam content visual. Foto: Dewi Puspasari
ICD Inspirasi Visualisasi  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun