Pariwisata di Pulau Jawa tumbuh pesat karena dukungan infrastruktur. Sebaliknya, pariwisata di luar Jawa sesak napas, karena minim infrastruktur. Mampukah gerakan Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris mengatasi ketimpangan di sektor pariwisata tersebut?
Kita bisa mulai dengan Danau Toba sebagai contoh. Ini danau terluas di Asia Tenggara dan danau terdalam di dunia. Tapi, hingga kini, Danau Toba belum juga menjadi destinasi wisata dunia. Kenapa? ”Akses transportasi adalah kelemahan utama Danau Toba,” ujar Menteri Pariwisata, Arief Yahya, pada Selasa (14/6/2016) lalu. Kita tahu, transportasi yang dimaksud Arief Yahya adalah transportasi yang menjadi bagian dari infrastruktur. Jujur saja, kelemahan akses transportasi tersebut bukan hanya dihadapi Danau Toba, tapi juga dialami oleh begitu banyak destinasi wisata di tanah air, khususnya destinasi wisata di luar Pulau Jawa.
Infrastruktur Memancing Minat
Mari kita cermati realitas akses transportasi, seperti yang dimaksud Arief Yahya sebagai kelemahan utama Danau Toba di Sumatera Utara. Di provinsi itu memang sudah ada Bandara Kualanamu, yang berada sekitar 39 kilometer di luar kota Medan, ibu kota Sumatera Utara. Dari sana, untuk mencapai Danau Toba melalui Parapat dengan jalan darat, dibutuhkan waktu 4-5 jam. Ini tentulah menjemukan serta melelahkan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba.
Selain Bandara Kualanamu, di Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, juga ada bandara lain, yaitu Bandara Silangit. Dari sana, melalui jalan darat, hanya diperlukan waktu 1-2 jam untuk sampai ke Danau Toba. Status bandara itu bisa dikatakan masih bandara perintis, yang membutuhkan banyak pembenahan untuk menjadikannya bandara internasional. Fasilitas yang ada pun masih sangat terbatas.
Dari aspek bandara itu saja, kita tahu, masih sangat banyak pekerjaan infrastruktur yang harus dilakukan, agar keberadaannya relevan untuk mendukung Danau Toba menjadi destinasi wisata kelas dunia. Meski demikian, pembenahan infrastruktur Bandara Silangit yang kini tengah dikerjakan, telah memancing banyak pihak. Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, mengatakan, maskapai penerbangan dari Singapura dan Malaysia sudah menyatakan minatnya untuk terbang langsung ke Bandara Silangit.
Solusi Indonesia Sentris
Rizal Ramli mengemukakan hal itu dalam acara Malam Budaya Menyongsong Badan Otorita Danau Toba, yang diadakan di Auditorium BPPT, Jl. Thamrin 8, Jakarta Pusat, pada Rabu (25/5/2016) malam. Seluruh elemen Tanah Batak hadir di sana. Apa yang disampaikan Rizal Ramli tersebut menunjukkan kepada kita bahwa destinasi Danau Toba sesungguhnya memiliki magnet, dalam konteks tourism. Tapi, karena selama ini infrastruktur terkait Danau Toba tidak pernah ditangani dengan sungguh-sungguh, ya tidak ada pihak yang merespons.
Karena itulah, gerakan Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris, merupakan angin segar bagi sejumlah destinasi wisata yang ada di luar Jawa. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dr. Ir. Mochamad Basoeki Hadimoeljono, M. Sc., merinci, gerakan Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris ditujukan agar pembangunan infrastruktur bisa lebih merata di beberapa titik wilayah Indonesia. Mochamad Basoeki Hadimoeljono mencontohkan pembangunan infrastruktur skala besar yang sudah mulai dikerjakan. Antara lain, proyek pembangunan Trans Sumatera, Trans Kalimantan, Trans Makassar, dan Trans Papua.
Mochamad Basoeki Hadimoeljono memaparkan contoh tersebut dalam acara Kompasiana Nangkring Kementerian PUPR, yang berlangsung di Hotel Santika Premiere, Jalan Aipda K. S. Tubun No. 7, Slipi, Jakarta Barat, pada Selasa, 31 Mei 2016. Kita tahu, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua adalah empat pulau besar di tanah air yang memiliki banyak potensi destinasi wisata. Dengan dibangunnya sejumlah infrastruktur skala besar tersebut, tentulah akan membuka akses transportasi di berbagai wilayah. Dengan demikian, terbuka pula akses transportasi yang relevan dengan industri pariwisata.
Dalam acara Kompasiana Nangkring Kementerian PUPR tersebut, Mochamad Basoeki Hadimoeljono juga memaparkan tentang otoritas infrastruktur. Pada infrastruktur jalan raya, misalnya, ada jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten-kota. Dalam Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris, menurut Mochamad Basoeki Hadimoeljono, kemampuan daerah dalam membangun serta merawat infrastruktur jalan raya berbeda-beda. Di Provinsi DKI Jakarta, misalnya, sejumlah jalan nasional diserahkan pengelolaannya kepada provinsi. Karena, secara finansial, provinsi ini mampu melakukannya.
Sebaliknya, di sejumlah provinsi dan kabupaten-kota lainnya, jalan raya yang semula merupakan infrastruktur daerah, pengelolaannya diambil alih oleh pemerintah pusat. Langkah tersebut merupakan kebijakan yang strategis, hingga jalan raya di sejumlah wilayah di tanah air bisa segera diperbaiki, dengan dana pusat. Selama ini, banyak jalan di daerah tak kunjung dibenahi, karena kemampuan daerah secara finansial, terbatas. Dalam konteks pariwisata, jalan yang rusak tentulah menghambat akses transportasi.
Dari pemaparan Mochamad Basoeki Hadimoeljono di atas, menjadi jelas bagi kita, bahwa gerakan Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris bukan hanya membangun infrastruktur baru. Tapi, sekaligus juga membenahi infrastruktur yang sudah ada, antara lain, dengan meningkatkan status infrastruktur daerah menjadi infrastruktur nasional. Menurut Mochamad Basoeki Hadimoeljono, membangun infrastruktur itu mahal, merawat infrastruktur yang telah dibangun pun mahal. Peningkatan status infrastruktur serta pengalihan pengeloaanya adalah salah satu solusi.
Dengan kata lain, gerakan Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris menjadi solusi untuk mengatasi ketimpangan di sektor pariwisata. Mengingat industri pariwisata memiliki efek berganda yang tinggi, maka dengan sendirinya tingkat kemampuan ekonomi masyarakat pun meningkat. Paradigma Jawa Sentris sedang dan akan bergerak menjadi Indonesia Sentris. Ini tentu saja menggembirakan serta menumbuhkan harapan.
isson khairul –linkedin –dailyquest.data@gmail.com
Jakarta, 30 Juni 2016
------------------------
Tulisan Terkait
1. Presiden Joko Widodo Tegaskan, Danau Toba Harus Jadi Top Destination
2. Dikebut, Infrastruktur untuk Mendukung Destinasi Danau Toba
3. Dedikasi Antropolog Amerika untuk Warga Danau Toba
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H