Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Anak Pantai dan Anak Gunung, Sepanjang Jalan Larantuka

25 Mei 2016   14:07 Diperbarui: 4 April 2017   17:25 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak Larantuka yang tinggal di pegunungan, mengenal hutan sebagai bagian dari keseharian. Mereka menebang pepohonan untuk dijadikan kayu bakar, untuk memasak. Melalui pendidikan, mereka sudah sepatutnya mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya pepohonan bagi alam pegunungan. Bukan hanya untuk mencegah terjadinya tanah longsor, tapi pepohonan sangat berguna untuk mengikat air sebagai sumber utama kehidupan. Foto: isson khairul

Kapal niaga Portugis sudah singgah di Pelabuhan Larantuka, sejak tahun 1556. Menurut Menko Maritim Rizal Ramli, Larantuka pada abad ke-16 merupakan pusat penting bagi perubahan dan transformasi budaya di Flores. Bagaimana keseharian anak-anak di sana?

Anak-anak, bagi saya, adalah potret kehidupan suatu tempat. Karena itu, tiap kali berkunjung ke suatu kota atau suatu desa, saya kerap mencermati keseharian anak-anak di sana. Ini tentu saja subjektif dan lebih merupakan pandangan pribadi. Ketika hendak berkunjung ke Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), pertanyaan yang muncul di kepala saya adalah: bagaimana ya keseharian anak-anak di sana? Secara administratif, Larantuka adalah sebuah Kecamatan yang sekaligus menjadi ibu kota Kabupaten Flores Timur. Secara geografis, Larantuka adalah wilayah yang berada di kaki Gunung Mandiri, Ile Mandiri, sekaligus merupakan wilayah pesisir yang berada di ujung timur Pulau Flores.

Anak Pantai: Memancing dan Menombak

Saya membayangkan, akan menemukan dua tipikal anak-anak sekaligus: anak pantai dan anak gunung di Larantuka. Sejak Selasa (17/5/2016) sore hingga Jumat (20/5/2016) siang di Larantuka, praktis saya tidak bertemu dengan anak jalanan. Baik sebagai pengemis maupun sebagai pengamen. Di Taman Kota Larantuka pun, saya tidak bertemu dengan anak-anak. Ketika siang menjelang sore, barulah saya melihat anak-anak di beberapa titik pantai yang saya lalui. Tidak begitu banyak, hanya beberapa orang saja.

Menombak ikan adalah skill anak-anak pantai Larantuka, yang sudah terasah sejak mereka mengenal laut. Secara alamiah, mereka pun paham karakter batu-batu karang sebagai tempat berlindung ikan-ikan. Kepada mereka inilah perlu ditanamkan pemahaman tentang pentingnya batu karang bagi keberlanjutan kehidupan alam laut. Melalui pendidikan, mereka diharapkan bisa tumbuh menjadi generasi yang menjaga laut sebagai sumber penghidupan secara berkelanjutan. Foto: feri latief
Menombak ikan adalah skill anak-anak pantai Larantuka, yang sudah terasah sejak mereka mengenal laut. Secara alamiah, mereka pun paham karakter batu-batu karang sebagai tempat berlindung ikan-ikan. Kepada mereka inilah perlu ditanamkan pemahaman tentang pentingnya batu karang bagi keberlanjutan kehidupan alam laut. Melalui pendidikan, mereka diharapkan bisa tumbuh menjadi generasi yang menjaga laut sebagai sumber penghidupan secara berkelanjutan. Foto: feri latief
Mereka sebagian memancing ikan dan sebagian lagi menombak ikan. Aktivitas mencari ikan itu mereka lakukan sore hari, karena saat itu air laut cenderung surut. Dengan demikian, mereka bisa memancing agak ke tengah, dengan berpijak di batu karang. Sementara, anak-anak yang menombak, bisa mengintai pergerakan ikan di antara batu karang, sebelum melempar tombak ke sasaran. Oh, ya, tombak yang mereka gunakan adalah tombak kayu. Di ujung kayu tersebut, mereka tancapkan beberapa paku yang agak panjang. Ada juga yang menancapkan jari-jari sepeda.

Nah, benda tajam itulah yang kemudian mereka arahkan ke ikan-ikan yang melintas di antara batu karang. Adakalanya juga mereka menyusupkan tombak tersebut ke sela-sela batu karang, yang dijadikan ikan sebagai tempat berlindung. Ini tentu saja membutuhkan kecerdikan tersendiri. Sebagai anak pantai, menombak ikan adalah bagian dari keahlian mereka, di samping keahlian berenang tentunya. Dan, keahlian itu bisa mereka peroleh melalui latihan terus-menerus. Yang nampaknya juga penting adalah feeling. Anak yang sudah ahli, punya feeling kuat, di celah batu karang yang mana yang ada ikannya.

Anak-anak Larantuka yang tinggal di pegunungan, mengenal hutan sebagai bagian dari keseharian. Mereka menebang pepohonan untuk dijadikan kayu bakar, untuk memasak. Melalui pendidikan, mereka sudah sepatutnya mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya pepohonan bagi alam pegunungan. Bukan hanya untuk mencegah terjadinya tanah longsor, tapi pepohonan sangat berguna untuk mengikat air sebagai sumber utama kehidupan. Foto: isson khairul
Anak-anak Larantuka yang tinggal di pegunungan, mengenal hutan sebagai bagian dari keseharian. Mereka menebang pepohonan untuk dijadikan kayu bakar, untuk memasak. Melalui pendidikan, mereka sudah sepatutnya mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya pepohonan bagi alam pegunungan. Bukan hanya untuk mencegah terjadinya tanah longsor, tapi pepohonan sangat berguna untuk mengikat air sebagai sumber utama kehidupan. Foto: isson khairul
Anak Gunung: Mencari Kayu

Bagaimana dengan anak-anak di perbukitan? Dari pusat kota Larantuka, ada beberapa jalan yang bisa dilalui untuk menjangkau perkampungan di perbukitan. Jalan itu sekitar selebar satu meter dan sudah disemen. Bila menggunakan sepeda motor, kita bisa leluasa menjelajahinya. Jalan semen itu memiliki kemiringan 15 derajat hingga 45 derajat. Karena berombongan, kami memilih menggunakan mobil untuk melihat keseharian anak-anak yang tinggal di perbukitan. Sasaran kami adalah desa-desa di Kecamatan Tanjung Bunga, sekitar 45 kilometer dari pusat kota Larantuka, yang bisa ditempuh dua jam perjalanan dengan mobil.

Kami pun menyusuri jalan raya ke arah barat, dari pusat kota Larantuka. Di sebelah kanan jalan adalah pantai dan di kiri jalan adalah perbukitan. Di sepanjang pantai yang kami lalui, hutan mangrove tumbuh cukup lebat. Di perbukitan yang kami lintasi, pepohonan tumbuh dengan rimbun. Sampai satu jam perjalanan, kami masih menyusuri tepi pantai. Selanjutnya, kami mengarah ke perbukitan, dengan kondisi aspal yang sudah rusak. Di beberapa titik sedang berlangsung perbaikan jalan, yang ditandai dengan adanya alat berat untuk menata tebing.

Yang juga kerap kami temui di sepanjang jalan di Kecamatan Tanjung Bunga adalah anak-anak yang berjalan beriringan membawa dirigen plastik. Ini aktivitas harian mereka tiap sore: turun rame-rame dari perbukitan ke lembah terdekat, untuk mendapatkan air bersih. Artinya, infrastruktur air bersih sudah sepatutnya dijadikan prioritas oleh pihak berwenang di kawasan ini. Bukan hanya dalam konteks kebersihan dan kesehatan, tapi air bersih sangat vital bagi kehidupan. Foto: isson khairul
Yang juga kerap kami temui di sepanjang jalan di Kecamatan Tanjung Bunga adalah anak-anak yang berjalan beriringan membawa dirigen plastik. Ini aktivitas harian mereka tiap sore: turun rame-rame dari perbukitan ke lembah terdekat, untuk mendapatkan air bersih. Artinya, infrastruktur air bersih sudah sepatutnya dijadikan prioritas oleh pihak berwenang di kawasan ini. Bukan hanya dalam konteks kebersihan dan kesehatan, tapi air bersih sangat vital bagi kehidupan. Foto: isson khairul
Jarak antar perkampungan yang satu dengan perkampungan yang lain, masih cukup berjauhan. Ini menjadi salah satu penanda bahwa penduduk di desa-desa di Kecamatan Tanjung Bunga belum begitu padat, jika dibandingkan dengan kepadatan rumah penduduk di pusat kota Larantuka. Beberapa kali kami juga berpapasan dengan truk. Apakah yang mereka angkut? Kacang mete. Owh, ternyata sebagian besar penduduk Kecamatan Tanjung Bunga bekerja sebagai petani kacang mete, yang juga dikenal sebagai kacang mede. Kacang yang dimaksud merupakan biji dari jambu monyet atau jambu mede, anacardium occidentale.

Kacang Mede Juru Selamat

Kacang mede adalah salah satu hasil bumi Kecamatan Tanjung Bunga yang menonjol. Bahkan, kecamatan ini merupakan sentra utama kacang mede di Kabupaten Flores Timur. Menurut penuturan beberapa warga di sana, kacang mete pernah menjadi juru selamat, menyelamatkan ekonomi para petani Flores Timur pada krisis ekonomi tahun 1998 dan tahun 1999 silam. Pertanian kacang mete mereka jalani dengan sungguh-sungguh. Bukan hanya pada perawatan tanaman serta proses produksi pasca panen, tapi sejak pembibitan. Balukhering, salah satu desa di Kecamatan Tanjung Bunga, tercatat sebagai daerah asal bibit jambu mete yang sudah bersertifikasi.

Kacang mete adalah camilan yang umum kita temui di Larantuka, dijual di banyak tempat di sana. Camilan ini mengandung lemak, protein, karbohidrat, dan sejumlah mineral. Meski mengandung lemak tinggi, tapi sekitar 82 persen lemak tersebut tergolong lemak tidak jahat atau lemak tak jenuh. Maka, datanglah ke Larantuka, kemudian kunyah kacang mete yang menjadi produk warga setempat. Foto: dok. google
Kacang mete adalah camilan yang umum kita temui di Larantuka, dijual di banyak tempat di sana. Camilan ini mengandung lemak, protein, karbohidrat, dan sejumlah mineral. Meski mengandung lemak tinggi, tapi sekitar 82 persen lemak tersebut tergolong lemak tidak jahat atau lemak tak jenuh. Maka, datanglah ke Larantuka, kemudian kunyah kacang mete yang menjadi produk warga setempat. Foto: dok. google
Sebagai gambaran, Larantuka adalah ibu kota Kabupaten Flores Timur. Ini adalah salah satu dari 21 kabupaten dan 1 kotamadya yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sementara, Kecamatan Tanjung Bunga adalah salah satu dari 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Flores Timur. Dan, Balukhering adalah salah satu dari 6 desa yang ada di kecamatan tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, sebagaimana dituturkan beberapa warga di sana, produksi jambu mete di Kecamatan Tanjung Bunga, juga di beberapa kecamatan lainnya, cenderung menurun.

Salah satu penyebabnya, karena usia tanaman. Untuk meningkatkan produksi, tanaman tua tersebut harus diganti dengan tanaman yang baru. Petani kacang mete tentu saja membutuhkan bantuan pemerintah. Nah, dalam konteks meningkatkan ekonomi rakyat, kedatangan Rizal Ramli, selaku Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Sumber Daya ke Larantuka, hendaknya dijadikan momentum oleh Kabupaten Flores Timur untuk mengomunikasikan hal tersebut ke pemerintah pusat. Memang, Menko Rizal Ramli datang ke Larantuka pada Rabu (18/5/2016), untuk meresmikan Tour de Flores 2016, ajang balap sepeda internasional. Tapi, sesungguhnya, substansi dari kegiatan tersebut adalah juga untuk meningkatkan ekonomi rakyat.

isson khairul –linkedin –dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 25 Mei 2016

-----------------------

Tulisan Terkait

1. Sensasi Snorkeling di Perairan Larantuka, Pesona Wisata Bahari Flores

2. Optimisme Rizal Ramli untuk Pariwisata Flores, Melalui Tour de Flores

3. Tour de Flores, Menebar Pesona Wisata dari Larantuka hingga Labuan Bajo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun