Kepekaan lain juga bisa kita temukan, ketika Saiful Rijal Yunus menggambarkan sosok istri Onta, kerut di wajah Saiti semakin terlihat. Sampai di sini, kita bisa membaca, betapa leluasa Saiful Rijal Yunus menarasikan demikian banyak momentum, dengan kata-kata serta kalimat penuh makna. Semua ini tentu saja tidak lepas dari penguasaannya terhadap bahasa, serta kepekaannya dalam berbahasa. Dalam hal ini, kosa kata tidak hanya menjadi hapalan. Tapi, sudah melekat erat dengan maknanya. Hingga, tiap kata digunakan dengan tepat, sesuai situasinya.
Dalam beberapa kali bertemu serta mewawancarai HB Jassin, ia pernah menunjukkan kamus pribadinya. Ia memperlihatkan beberapa kata: sepi, sunyi, senyap, dan hening. Menurut HB Jassin, secara kasat mata, arti kata-kata itu relatif hampir serupa. Tapi, saat menerapkannya dalam kalimat, seorang penulis hendaklah menggunakan kepekaannya. Dalam konteks ini, peka pada realitas yang terjadi di Luar Batang. Juga, peka pada suasana batin warga setempat. Saiful Rijal Yunus setidaknya sudah menunjukkan kepada kita, bagaimana menjadi peka dalam berbahasa.
Oleh: Isson Khairul
Linkedin - dailyquest.data@gmail.com)
Jakarta, 1 April 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H