Teknologi JD7 Tekan Kebocoran
Pasokan air baku dari Waduk Jatiluhur yang mencapai 19.000 liter per detik dan air baku dari Kanal Banjir Barat 550 liter per detik belumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Jakarta. Saat ini, kebutuhan air warga Jakarta, 26.100 liter per detik. Sementara, yang baru bisa dipenuhi oleh Palyja dan Aetra, 17.000 liter per detik. Artinya, ada 9.100 liter air per detik untuk warga Jakarta yang belum terpenuhi. Andaikan 13 sungai besar yang melintasi wilayah Jakarta tersebut tidak tercemar oleh limbah rumah tangga, tentulah kebutuhan air bersih tersebut akan terpenuhi.
Realitas itulah yang membuat PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) terus melakukan inovasi. Di samping berupaya menambah pasokan air baku, Palyja juga tiada henti menekan kebocoran air. Sebagaimana dituturkan Nancy Elvina, Kepala Devisi Manajemen Aset dan Non Revenue Water (NRW), Palyja menggunakan teknologi JD7 untuk mendeteksi kebocoran. JD7 ini mampu mendeteksi penyumbatan, sambungan lateral, dan sambungan illegal. Pencurian air yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, secara bertahap, berkurang. Pada tahun 1998, volume air yang didistribusikan Palyja kepada konsumen, hanya 89,2 juta meter kubik. Dan, pada tahun 2015, melonjak mencapai 160,3 juta meter kubik.
Salah satunya, karena kebocoran dan pencurian air bisa ditekan, berkat teknologi JD7. Jumlah sambungan pun meningkat. Dari 201.000 sambungan pada tahun 1998, menjadi 404.769 sambungan pada tahun 2015. Inovasi demi inovasi terus dilakukan Palyja untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Jakarta. Tito Wirananto, Department Head Primary Construction, menuturkan, tahun 2016 ini, ada tiga proyek besar yang dikerjakan Palyja. Pertama, Proyek Fatmawati, untuk mendistribusikan tambahan produksi air bersih dari IPA Pejompongan, demi memenuhi peningkatan kebutuhan warga di wilayah selatan Jakarta. Kedua, Proyek Muara Baru untuk memenuhi kebutuhan warga rumah susun dan sekitarnya. Ketiga, Proyek Kuningan, guna memenuhi kebutuhan air warga di kawasan Kuningan dan Tebet.
Total investasi yang digelontorkan PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) untuk ketiga proyek tersebut mencapai Rp 119 miliar. Meski investasi terus dilakukan, tapi dari sisi kebijakan harga jual kepada konsumen, patut kita apresiasi. Sejak 15 Januari 2007, harga jual air bersih dari Palyja dibagi menjadi 6 kategori, berdasarkan segmen pelanggan: yang terendah Rp 1.050 per 0-10 meter kubik air, yang tertinggi Rp 12.550 per 0-10 meter kubik air. ”Sejak tahun 2007 itu, kami belum pernah menaikkan harga langganan. Artinya, kami selama 9 tahun, tidak pernah naik harga,” ujar Meyritha Maryanie.
Oleh: Isson Khairul
(Linkedin - dailyquest.data@gmail.com)
Jakarta, 25 Maret 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H