[caption caption="Foto atas, dari kiri ke kanan: Ibu Meyritha Maryanie, Ibu Irma Gusyani, Deputi Operasional, Ibu Nancy Elvina, Kepala Devisi Manajemen Aset dan Non Revenue Water (NRW). Pak Budi Susilo duduk di sebelah kiri Ibu Irma Gusyani. Foto bawah, Pak Tito Wirananto, Department Head Primary Construction. Kekompakan para petinggi PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) ini menyatu dan mengalir bagai air. Diskusi yang atraktif sekaligus produktif bersama 30 Kompasianer dari Kompasiana. Foto: kompasiana.com"]
Andai Sungai Tidak Tercemar
Di satu sisi, kebutuhan air bersih di Jakarta, terus meningkat. Saat ini, kebutuhan air warga Jakarta, 26.100 liter per detik. Sementara, yang baru bisa dipenuhi oleh Palyja dan Aetra, 17.000 liter per detik. Palyja dan Aetra adalah dua operator penyedia air bersih di Jakarta. Palyja penyedia air untuk wilayah bagian barat Jakarta dan Aetra untuk bagian timur Jakarta. Artinya, ada 9.100 liter air per detik untuk warga Jakarta yang belum terpenuhi. Andaikan 13 sungai besar yang melintasi wilayah Jakarta tersebut tidak tercemar oleh limbah rumah tangga, tentulah kebutuhan air bersih tersebut akan terpenuhi.
Ini adalah tantangan untuk kita semua, agar tidak membuang limbah apa pun ke sungai. Karena, air sungai dibutuhkan orang banyak. Dengan menjaga kebersihan sungai, itu sama maknanya dengan kita telah turut menjaga kehidupan orang lain. Dibandingkan dengan kondisi air di 13 sungai besar yang melintasi wilayah Jakarta, kondisi air di Kanal Banjir Barat, masih agak lumayan. Yang termasuk wilayah Kanal Banjir Barat adalah aliran sungai dari daerah Manggarai ke arah barat melewati Pasar Rumput, Dukuh Atas, lalu membelok ke arah barat laut di daerah Karet Kubur. Selanjutnya, ke arah Tanah Abang, Tomang, Grogol, Pademangan, dan berakhir di Muara Angke.
[caption caption="Untuk menjangkau warga dalam skala yang lebih luas, Palyja menyiapkan 245 public hydrants serta 58 kios air. Kios air ditujukan untuk melayani warga di daerah yang belum tersedia jaringan air bersih. Bersamaan dengan itu, kualitas air dikelola dengan maksimal. Foto ini menunjukkan ruang monitoring Palyja yang berfungsi 24 jam dengan 3 shift. Seluruh tahapan dirawat secara seksama. Akselerator dibersihkan tiap 2 bulan, reservoir dibersihkan per 1 tahun, dan filter dirawat tiap 72 jam. Di IPA 1 Palyja, Pejompongan, ada 48 filter. Foto: kompasiana.com"]
Setelah melalui proses pra-pengolahan air baku, baru kemudian dialirkan ke IPA 1 Palyja, Pejompongan, yang selanjutnya diolah sebagaimana halnya pengolahan air baku dari Waduk Jatiluhur. Sekali lagi, andaikan 13 sungai besar yang melintasi wilayah Jakarta tersebut tidak tercemar, tentulah proses penyediaan air bersih tidak serumit demikian. Maka, bertepatan dengan Hari Air Dunia yang jatuh hari ini, Selasa (22/3/2016), sudah sepatutnya kita bersama mengevaluasi sikap kita terhadap sungai. Apakah kita masih membuang limbah ke sungai? Sudahkah kita turut menjaga air sungai? Mari #Bersama Demi Air, dengan tidak membuang limbah apa pun ke sungai.
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Jakarta, 22 Maret 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H