Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pesan Jakob Oetama Kepada Rosianna Silalahi, Pemimpin Redaksi Kompas TV

3 Februari 2016   10:49 Diperbarui: 3 Februari 2016   12:15 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka, tatkala Jusuf Kalla pada Kamis (28/1/2016) malam itu didapuk meresmikan peneguhan Kompas TV menjadi TV Berita, Rosianna Silalahi sekaligus meneguhkan sikapnya: kompeten, relevan, dan konsisten. Jusuf Kalla yang kini menjadi Wakil Presiden Joko Widodo, mengatakan, keputusan Kompas TV mengukuhkan diri sebagai televisi berita, menunjukkan kembalinya Kompas TV kepada khitah. ”Kompas, kan, memang penyedia berita. Kompas memiliki image yang terpercaya. Ke depan, berita-berita di Kompas TV harus tetap obyektif, mendidik, dan kritis,” ucap Jusuf Kalla malam itu, yang disambut hadirin dengan tepuk tangan.

Ini memang tantangan tersendiri bagi Rosianna Silalahi dalam mengelola image yang terpercaya yang sudah melekat pada Kompas, melalui Kompas TV. Di satu sisi, Kompas TV sudah memiliki amunisi kepercayaan publik, karena merupakan bagian dari Kompas. Di sisi lain, Kompas TV akan senantiasa disandingkan, juga diperbandingkan, dengan apa yang sudah dicapai Kompas. Meski memiliki format yang berbeda, media cetak dan media televisi, kecenderungan publik untuk membandingkan Kompas dan Kompas TV adalah konsekuensi logis yang barangkali tak terelakkan.

[caption caption="Waljinah adalah Ibu Keroncong Indonesia, yang tiada henti menginspirasi melalui musik keroncong. Perempuan kelahiran Solo, 7 November 1945, ini menerima penghargaan dari Kompas TV bersama mantan petinju Ellyas Pical, grup komedian Warkop, dan jurnalis senior Sumita Tobing. Tahun 2013, Waljinah tampil di acara Tong Tong Fair di Den Haag, Belanda, diiringi grup Orkes Keroncong Bintang Surakarta. Ia menyanyikan, antara lain, Walang Kekek, Jangkrik Genggong, Tanjung Perak, serta Bunga Anggrek yang sudah digubah ke bahasa Belanda. Foto: isson khairul "]

[/caption]Bersama Merawat Semangat  

Di hadapan hadirin di Jakarta Convention Center pada Kamis (28/1/2016) malam itu, Rosianna Silalahi mengungkapkan bahwa  Jakob Oetama tak pernah berhenti memberi semangat. “Meski pendatang baru di dunia televisi, kita perlu tetap bersyukur karena bisa sampai pada pencapaian seperti ini,” ucap Jakob Oetama, sebagaimana dituturkan Pemimpin Redaksi Kompas TV, Rosianna Silalahi. Bila kita mengacu pada tagline Kompas Amanat Hati Nurani Rakyat dan tagline Kompas.com Rayakan Perbedaan, maka menjadi sesuatu yang relevan ketika Kompas TV meneguhkan diri menjadi TV Berita dengan tagline Suara Indonesia.

Suara Indonesia bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba. Ada perjuangan, spirit, profesionalisme, dan impian yang menyertainya. Untuk memperingati 50 Tahun Kompas Gramedia, Jakob Oetama menulis artikel Mengembangkan Indonesia Kecil yang bagian pertamanya dilansir kompas.com pada Senin (19/8/2013) | 07:35 WIB. Jakob Oetama menuliskan, Indonesia bukanlah kotak-kotak yang terbagi-bagi dalam sektor-sektor dan bagian-bagian yang terpisah secara rigid. Melainkan, Indonesia yang satu berwarna-warni, beragam dalam segala hal. Bagian-bagian memiliki kekhasan yang tidak luluh karena kebersamaan, tetapi menjadi mosaik indah dan produktif yang disebut Indonesia.

Dalam konteks merawat kebersamaan dan merayakan perbedaan itulah, pada malam peneguhan tersebut, Kompas TV memberikan penghargaan kepada mantan petinju Ellyas Pical, grup komedian Warkop, jurnalis senior Sumita Tobing, dan penyanyi keroncong senior Waljinah. Mereka adalah bagian dari anak bangsa yang telah menginspirasi, membuka jalan, memberikan perubahan, dan membuat pergerakan di Indonesia. Dengan kata lain, mereka telah menyuarakan Suara Indonesia melalui profesi masing-masing. Bukan hanya di lingkup tanah air, tapi sudah melintasi batas-batas negara, juga melampaui generasi demi generasi.

Maka, menjadi jelas bagi kita bahwa pesan Jakob Oetama kepada Rosianna Silalahi tersebut, merupakan penanda, bagaimana seharusnya suatu generasi menanamkan kepercayaan penuh kepada generasi berikutnya. Meski datang dari generasi media cetak, Jakob Oetama sesungguhnya sangat cermat menyikapi dunia pertelevisian. Dalam artikel Menulis Berita dalam Jurnalisme Pembangunan, Jakob Oetama menuliskan, televisi memotret peristiwa secara hidup, merupakan media audio-visual, menyentuh mata dan telinga sekaligus, berdimensi, dan langsung masuk ke rumah tangga.

Artikel tersebut ditulis Jakob Oetama, bukan hari ini. Tapi, ditulis tahun 1980-an, dan dimuat di buku Perspektif Pers Indonesia, yang diterbitkan LP3ES pada Juni 1987. Itulah Jakob Oetama, yang tak pernah berhenti memberi semangat.  

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

Jakarta, 3 February 2016

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun