Berdasarkan catatan Bloomberg, pada Senin (25/1/2016), rupiah dibuka di level Rp 13.860 per dolar AS. Mampukah rupiah menguat ke level Rp 11.000 ? Barangkali, ini juga menjadi pertanyaan banyak pihak. Meski tidak mengaitkan dengan nilai tukar rupiah, dalam Kompas 100 CEO Forum 2016 di Jakarta Convention Center (JCC), pada Kamis (26/11/2015), Presiden Joko Widodo menjanjikan harga daging sapi bisa di bawah Rp 70.000 per kilogram. Konteksnya, karena pemerintah menyediakan kapal angkut sapi yang disubsidi, sebagai bagian dari program tol laut.
Kapal angkut sapi yang dimaksud Joko Widodo adalah KM Camara Nusantara 1, yang dengan drastis memangkas biaya angkut sapi, dari Rp 1,5 juta menjadi hanya Rp 320.000 per ekor. Ini untuk rute dari Nusa Tenggara Timur (NTT) ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. KM Camara Nusantara 1 adalah kapal angkut ternak yang pertama di Indonesia, dari 6 unit kapal sejenis yang akan disiapkan pemerintah Joko Widodo untuk mengangkut ternak dari dan ke sejumlah wilayah di tanah air. Antara lain, NTT, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Lampung‎. Kapal tersebut dibuat di galangan kapal di Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Mengacu kepada penjelasan Joko Widodo di atas, kita tahu, Presiden hendak memaksimalkan keberadaan sapi lokal yang tersebar di berbagai wilayah tanah air. Untuk itu, kita perlu mencermati populasi sapi yang ada. Berkali-kali Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Perum Bulog, dan berbagai lembaga terkait mendata populasi sapi di tanah air. Hasilnya, berkali-kali pula data dari berbagai institusi negara tersebut tidak pernah singkron. Akibatnya, kebijakan yang dikeluarkan terkait pengadaan sapi, tidak komprehensif. Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI), Teguh Boediyana, menilai, Kementerian Pertanian dalam memberikan rekomendasi izin impor sapi, lebih berdasarkan intuisi, bukan data. Itu ia ungkapkan pada Selasa (11/8/2015) pagi, di Jakarta. Â Â
Dari Sapi Menjadi Daging Sapi
Dalam konteks perdagangan sapi, biaya angkut sapi adalah salah satu komponen biaya, dari sejumlah biaya lainnya. Hendrik Hartono, salah seorang pelaku bisnis sapi antarpulau, memaparkan, modal untuk membeli, menggemukkan, dan mengirim sapi sampai ke Jakarta, di kisaran Rp 38.000-Rp 40.000 per kg bobot hidup. Itu belum termasuk biaya penggemukan sapi selama di karantina, sebesar Rp 200.000-Rp 300.000 per ekor per hari. Rincian tersebut, ia paparkan dalam Bincang-bincang Agrobisnis bertema Kapal Ternak dan Daging Sapi Ilegal di Jakarta, pada Selasa (5/1/2016).
Sementara itu, Sukardi, 40 tahun, pedagang daging sapi di Pasar Anyar, Kota Bogor, Jawa Barat, mengatakan, harga daging sapi di rumah pemotongan hewan (RPH) di Bogor berkisar Rp 111.000 hingga Rp 112.000 per kg. Ini berdasarkan pantauan pada Jumat (22/1/2016). Bila dikorelasikan apa yang dikemukakan Hendrik Hartono dengan keterangan Sukardi di atas, ada kenaikan harga Rp 72.000, dari Rp 40.000 per kg bobot hidup sapi menjadi Rp 112.000 per kg daging sapi di RPH. Di dalam Rp 72.000 tersebut, ada sejumlah komponen biaya. Antara lain, ongkos angkut sapi dari pelabuhan ke RPH, biaya makan sapi menjelang pemotongan, dan biaya potong. Di dalam Rp 72.000 tersebut, juga termasuk keuntungan sejumlah pihak yang terkait dengan perdagangan sapi.
Ujungnya, harga jual daging sapi di Pasar Anyar, salah satu pasar tradisional di Kota Bogor, mencapai Rp 125.000 per kilogram. Ini berdasarkan pantauan pada Jumat (22/1/2016). Dari contoh di atas, kita melihat, betapa panjang dan berlikunya perjalanan seekor sapi dari sentra sapi luar pulau hingga menjadi daging sapi di tangan konsumen di kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek). Ada banyak titik yang dilalui, yang di tiap titik tentu saja menimbulkan biaya. Yang akan menanggung seluruh komponen biaya tersebut adalah konsumen, pembeli daging sapi.
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Jakarta, 26 Januari 2016
----------------------------