Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

PPN Sapi Impor Dibatalkan, Harga Turun dari Rp 140.000 ke Rp 120.000 per Kilogram

26 Januari 2016   08:22 Diperbarui: 26 Januari 2016   12:36 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan catatan Bloomberg, pada Senin (25/1/2016), rupiah dibuka di level Rp 13.860 per dolar AS. Mampukah rupiah menguat ke level Rp 11.000 ? Barangkali, ini juga menjadi pertanyaan banyak pihak. Meski tidak mengaitkan dengan nilai tukar rupiah,  dalam Kompas 100 CEO Forum 2016 di Jakarta Convention Center (JCC), pada Kamis (26/11/2015), Presiden Joko Widodo menjanjikan harga daging sapi bisa di bawah Rp 70.000 per kilogram. Konteksnya, karena pemerintah menyediakan kapal angkut sapi yang disubsidi, sebagai bagian dari program tol laut.

Kapal angkut sapi yang dimaksud Joko Widodo adalah KM Camara Nusantara 1, yang dengan drastis memangkas biaya angkut sapi, dari Rp 1,5 juta menjadi hanya Rp 320.000 per ekor. Ini untuk rute dari Nusa Tenggara Timur (NTT) ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. KM Camara Nusantara 1 adalah kapal angkut ternak yang pertama di Indonesia, dari 6 unit kapal sejenis yang akan disiapkan pemerintah Joko Widodo untuk mengangkut ternak dari dan ke sejumlah wilayah di tanah air. Antara lain, NTT, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Lampung‎. Kapal tersebut dibuat di galangan kapal di Bangkalan, Madura, Jawa Timur.

Mengacu kepada penjelasan Joko Widodo di atas, kita tahu, Presiden hendak memaksimalkan keberadaan sapi lokal yang tersebar di berbagai wilayah tanah air. Untuk itu, kita perlu mencermati populasi sapi yang ada. Berkali-kali Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Perum Bulog, dan berbagai lembaga terkait mendata populasi sapi di tanah air. Hasilnya, berkali-kali pula data dari berbagai institusi negara tersebut tidak pernah singkron. Akibatnya, kebijakan yang dikeluarkan terkait pengadaan sapi, tidak komprehensif. Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI), Teguh Boediyana, menilai, Kementerian Pertanian dalam memberikan rekomendasi izin impor sapi, lebih berdasarkan intuisi, bukan data. Itu ia ungkapkan pada Selasa (11/8/2015) pagi, di Jakarta.   

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, saat meninjau sebuah area penggemukan sapi (feedlot) di Cikalong, Cianjur, Jawa Barat, pada Jumat (14/8/2015). Data pada tahun 2014 menunjukkan, tingkat konsumsi daging sapi di Indonesia adalah 2,56 kg per kapita per tahun. Memang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, tetapi tidak begitu signifikan. Lonjakan harga daging sapi berpotensi menurunkan tingkat konsumsi daging sapi per kapita per tahun. Foto: tribunnews.com

Dari Sapi Menjadi Daging Sapi

Dalam konteks perdagangan sapi, biaya angkut sapi adalah salah satu komponen biaya, dari sejumlah biaya lainnya. Hendrik Hartono, salah seorang pelaku bisnis sapi antarpulau, memaparkan, modal untuk membeli, menggemukkan, dan mengirim sapi sampai ke Jakarta, di kisaran Rp 38.000-Rp 40.000 per kg bobot hidup. Itu belum termasuk biaya penggemukan sapi selama di karantina, sebesar Rp 200.000-Rp 300.000 per ekor per hari. Rincian tersebut, ia paparkan dalam Bincang-bincang Agrobisnis bertema Kapal Ternak dan Daging Sapi Ilegal di Jakarta, pada Selasa (5/1/2016).

Sementara itu, Sukardi, 40 tahun, pedagang daging sapi di Pasar Anyar, Kota Bogor, Jawa Barat, mengatakan, harga daging sapi di rumah pemotongan hewan (RPH) di Bogor berkisar Rp 111.000 hingga Rp 112.000 per kg. Ini berdasarkan pantauan pada Jumat (22/1/2016). Bila dikorelasikan apa yang dikemukakan Hendrik Hartono dengan keterangan Sukardi di atas, ada kenaikan harga Rp 72.000, dari Rp 40.000 per kg bobot hidup sapi menjadi Rp 112.000 per kg daging sapi di RPH. Di dalam Rp 72.000 tersebut, ada sejumlah komponen biaya. Antara lain, ongkos angkut sapi dari pelabuhan ke RPH, biaya makan sapi menjelang pemotongan, dan biaya potong. Di dalam Rp 72.000 tersebut, juga termasuk keuntungan sejumlah pihak yang terkait dengan perdagangan sapi.

Ujungnya, harga jual daging sapi di Pasar Anyar, salah satu pasar tradisional di Kota Bogor, mencapai Rp 125.000 per kilogram. Ini berdasarkan pantauan pada Jumat (22/1/2016). Dari contoh di atas, kita melihat, betapa panjang dan berlikunya perjalanan seekor sapi dari sentra sapi luar pulau hingga menjadi daging sapi di tangan konsumen di kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek). Ada banyak titik yang dilalui, yang di tiap titik tentu saja menimbulkan biaya. Yang akan menanggung seluruh komponen biaya tersebut adalah konsumen, pembeli daging sapi.

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

Jakarta, 26 Januari 2016

----------------------------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun