Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama FEATURED

Kereta Api Selalu Tepat Waktu, Bung Hatta Merasa Tidak Butuh Jam Tangan

23 Desember 2015   15:08 Diperbarui: 14 Desember 2018   22:37 2051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
olahan gambar dari berbagai sumber

Penyelenggara kereta api, tentu memiliki datanya dan mungkin belum dipandang perlu untuk di-release kepada publik. Kita barangkali masih ingat nyanyian Iwan Fals, Kereta Tiba Pukul Berapa. Lagu itu ada dalam album Sumbang, yang di-release Iwan Fals kepada publik tahun 1983. Bait penutupnya: Biasanya kereta terlambat/Dua jam mungkin biasa (rusak lo)/Biasanya kereta terlambat/Dua jam cerita lama. Bahwa keterlambatan kereta sampai menjadi nyanyian, itu setidaknya menunjukkan betapa pentingnya ketepatan waktu bagi publik.

Nyanyian Iwan Fals tersebut, barangkali merupakan bagian dari suara publik. Bahwa pada tahun 1910, keberangkatan dan kedatangan kereta api selalu tepat waktu, itu tentulah sesuatu yang patut kita teladani. Saking tepat waktunya, konon, Bung Hatta sampai merasa tidak membutuhkan jam tangan sebagai penunjuk waktu. Manajemen penyelenggara kereta api pada masa itu, pantas kita teladani. Apalagi bila dikorelasikan dengan bait-bait dalam nyanyian Iwan Fals, Kereta Tiba Pukul Berapa.

Memang, perjalanan kereta belum sebanyak sekarang. Jumlah penumpang juga belum se-membludak kini. Tapi, bukankah teknologi perkeretaapian saat ini sudah sangat maju? Dulu, di tahun 1910, dengan teknologi yang terbatas, bahkan di masa negeri ini belum merdeka, perjalanan kereta api sudah mengutamakan ketepatan waktu. Manajemen penyelenggara kereta api pada masa itu, menempatkan ketepatan waktu sebagai wujud tanggung jawab mereka kepada publik.

Di tiket kereta api, dengan jelas dicantumkan jam berangkat dan jam kedatangan di stasiun tujuan. Sebagai pengguna, apakah jam berangkat dan jam kedatangan di stasiun tujuan, sudah sesuai dengan yang tercantum di tiket? Dengan perkembangan teknologi informasi yang pesat kini, sudah sepatutnya penumpang bersikap cerdas terhadap manajemen kereta api. Sikap cerdas yang demikian adalah bagian dari kontrol publik terhadap transportasi publik. Foto: kompas.com

Siaga Ketepatan Waktu

Dari sisi jumlah penumpang dan jumlah perjalanan kereta, tentulah peningkatannya sangat pesat, bila dibandingkan dengan tahun 1910 tersebut. Menyambut libur Natal 2015 dan Tahun Baru 2016, misalnya, Stasiun Gambir setiap harinya, memberangkatkan 28 rangkaian kereta api ke berbagai wilayah di Pulau Jawa. Menurut Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), Edi Kusmoro, dalam kondisi normal, hampir setiap hari, jumlah penumpang tujuan daerah perjalanan favorit, seperti dari Jakarta ke arah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur, selalu penuh.

Kondisi normal yang dimaksud Edi Kusmoro adalah kondisi hari-hari di luar libur Lebaran, Natal, dan Tahun Baru. Sebagai gambaran, jumlah penumpang yang berangkat dari Stasiun Gambir pada Minggu (20/12/2015) lalu, sebanyak 9.587 orang. Sedangkan pada Senin (21/12/2015), pukul 11.00 WIB, penumpang yang berangkat sebanyak 3.284 orang. Kondisi yang demikian sekaligus menggambarkan, betapa tumbuh pesatnya kepercayaan publik terhadap angkutan kereta api. Maka, sudah sepatutnya, publik terus memotivasi penyelenggara kereta api untuk meningkatkan pelayanan.

Salah satunya adalah dalam konteks ketepatan waktu. Kenapa? Karena, ketepatan waktu berangkat dan tepat waktu tiba di stasiun tujuan, adalah salah satu indikator penting yang menunjukkan bahwa manajemen kereta api telah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam hal ini, publik pengguna kereta api, bisa berkontribusi pada manajemen, dengan menginformasikan berbagai keterlambatan yang terjadi. Di tiket kereta api, dengan jelas dicantumkan jam berangkat dan jam kedatangan di stasiun tujuan.

Sebagai pengguna, apakah jam berangkat dan jam kedatangan di stasiun tujuan, sudah sesuai dengan yang tercantum di tiket? Dengan perkembangan teknologi informasi yang pesat kini, sudah sepatutnya penumpang bersikap cerdas terhadap manajamen kereta api. Sikap cerdas yang demikian adalah bagian dari kontrol publik terhadap transportasi publik. Bung Hatta sudah merasakan ketepatan waktu tersebut pada tahun 1910, ketika ia duduk di sekolah rakyat di Bukittinggi. Itu sekitar 35 tahun sebelum Indonesia merdeka. Kini, berapa banyak dari kita yang merasakan ketepatan waktu tersebut?

Oleh: isson khairul
Jakarta, 23 Desember 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun