---------------------------
Mengenalkan wayang kepada pelajar, adalah salah satu kerja besar Bakti BCA, dalam konteks melestarikan kekayaan budaya negeri ini, bergerilya ke sekolah-sekolah di berbagai kota di Indonesia.
Angklung juga seni tradisi kita yang telah ditetapkan UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia, sejak November 2010. Tanggal 16 November adalah Hari Angklung sedunia.
--------------------------
[1] Galeri Indonesia Kaya (disingkat GIK) adalah ruang publik yang menjadi wadah pengembangan, penelitian, dokumentasi, dan apresiasi seni-budaya Indonesia. GIK digagas dan dibangun untuk menjadi ruang edutainment budaya berbasis teknologi digital, yang dapat mendekatkan dan menyalurkan kreativitas berekspresi generasi muda dalam lingkup tradisi budaya nusantara. Lokasinya di Grand Indonesia, West Mall Lt. 8, Jl. MH Thamrin No. 1, Jakarta Pusat.
[2] Pentas Wayang in Town-Journey in a Thousand Years tersebut, berlangsung dua hari, Selasa-Rabu (17-18/11/2015). Bakti BCA mengundang 600 pelajar dari 19 Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) dari kawasan Jakarta dan Tangerang, Banten, untuk nonton wayang bersama.
[3] Wayang merupakan seni pertunjukan asli Indonesia. Wayang berkembang pesat di pulau Jawa dan Bali. Pada 7 November 2003, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka terpopuler asal Indonesia dan badan dunia tersebut mengakui wayang sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur. Seni pertunjukan boneka juga ada di negara lain. Pada 1-8 September 2013, Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi), bekerja sama dengan Yayasan Arsari Djojohadikusumo, menggelar Wayang World Puppet Carnival (WWPC) 2013 di Jakarta. Ajang tersebut merupakan festival wayang internasional, yang diikuti 46 negara dengan 64 penampil.
[4] Dhiyandra Natalegawa lahir di London, 20 November 1991, dengan pendidikan BA History of Art University of Leeds, London, Inggris. Dhiyandra pertama kali berkenalan dengan perkembangan seni modern di Indonesia, ketika magang di sebuah galeri di London. Di galeri itu pula ia berjumpa dengan karya pelukis Heri Dono yang dipamerkan di London. Kala itu usianya baru 18 tahun. Dari karya lukisan Heri Dono pula, Dhiyandra mengenal wayang, yang kemudian menariknya pulang ke Indonesia. Selengkapnya, silakan baca Akar Budaya Dhiyandra Natalegawa, yang dilansir print.kompas.com, pada Minggu Siang | 31 Mei 2015 l 01:03 WIB.
[5] Apalagi, pada tahun 2013, tercatat sekitar 75 jenis wayang yang menjadi kekayaan budaya Indonesia, telah punah. Hanya sekitar 25 jenis wayang yang saat ini masih bertahan dengan jumlah komunitas dan penonton yang memadai. Pada tahun 2013 itu tercatat 15.000 seniman pedalangan yang masih eksis. Jumlah dalang di seluruh Indonesia, tercatat 6.000 orang. Selengkapnya, silakan baca 75 Jenis Wayang Punah, yang dilansir kompas.com, pada Rabu l 21 Agustus 2013 | 09:33 WIB.