Jahja Setiaatmadja (kanan), Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), menyerahkan gunungan kepada Adi Konthea (kiri), dalang Wayang Goleg dari Jawa Barat, sebagai pertanda diresmikannya pentas Wayang in Town, di Galeri Indonesia Kaya, pada Selasa (17/11/2015). Pentas ini berlangsung hingga Rabu (18/11/2015). BCA mengundang 600 pelajar dari 19 Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) dari kawasan Jakarta dan Tangerang, Banten, untuk nonton wayang bersama. Foto: isson khairul
Si Cepot, tokoh tengil dalam lakon Wayang Goleg Sunda, berkulit hitam dan berhidung pesek. Hampir 200 siswa dari berbagai SMP di Jakarta, ger-geran karena ulah Si Cepot di Galeri Indonesia Kaya, pada Selasa (17/11/2015).
Ini pentas Wayang Goleg Sunda betulan, dengan durasi 2 jam suntuk, dari pukul 11.00 hingga 13.00 WIB. Bukan hanya Cepot yang tampil, tapi juga Rahwana, Arjuna, Bima, dan Stephanie, tokoh wayang bule, lengkap dengan topi dan rambut pirangnya. Begitulah Adi Konthea, sang dalang, mengolah secara kreatif pentas wayang tersebut, agar tontonan wayang menjadi bagian dari keseharian siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang praktis belum pernah nonton wayang semalam suntuk. Mengenalkan wayang kepada mereka, sekaligus mengingatkan mereka, bahwa wayang adalah salah satu kekayaan asli bangsa Indonesia dan sudah diakui UNESCO sebagai World Master of Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 7 November 2003.
Bakti BCA, Bakti Budaya
Mengenalkan wayang kepada pelajar, adalah salah satu kerja besar Bakti Bank Central Asia (BCA), dalam konteks melestarikan kekayaan budaya negeri ini. Tahun 2015 ini merupakan tahun kelima, tim kreatif Bakti BCA bergerilya ke sekolah-sekolah di berbagai kota di Indonesia, untuk mengenalkan wayang kepada mereka. Tentu bukan hal yang mudah, mengingat wayang adalah dunia yang jauh dari keseharian pelajar, yang kini waktu mereka lebih banyak tersita untuk main game dengan perangkat gadget.
Ketidakmudahan itulah yang disikapi Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, sebagai tantangan sekaligus peluang. Masyarakat umum selama ini mengenal wayang dengan tiga kelompok besar: Wayang Kulit di Jawa Timur, Wayang Wong di Jawa Tengah, dan Wayang Golek di Jawa Barat. Selain itu, masih sangat banyak jenis wayang, yang diwariskan para pendahulu kita, yang secara budaya memiliki nilai-nilai luhur, yang bermanfaat bagi kehidupan kita. Sekadar menyebut contoh, antara lain, Wayang Suluh, Wayang Kancil, Wayang Calonarang, Wayang Krucil, Wayang Ajen, Wayang Sasak, Wayang Sadat, Wayang Beber, dan masih banyak wayang lainnya.
“Sebagian dari wayang itu, sudah susah ditemukan jejaknya. Salah satunya, karena yang mengerti dan memahaminya sudah meninggal, tapi tidak ada generasi penerusnya,” tutur Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, di hadapan 200 siswa dari berbagai SMP di Jakarta tersebut. Karena itulah, lanjut Jahja Setiaatmadja, mari kita mengenal warisan budaya kita ini. Dengan mengenal wayang, mudah-mudahan tumbuh rasa cinta kita kepada wayang, hingga kita tergugah untuk melestarikannya.
Kepada 200 siswa tersebut, Jahja Setiaatmadja berpesan, agar kesempatan nonton wayang di event Wayang in Town ini disebar-luaskan melalui media sosial, seperti facebook, twitter, instagram, dan yang lainnya. ”Supaya rekan-rekan kalian yang belum berkesempatan nonton wayang, tergerak untuk nonton wayang, mudah-mudahan mereka juga turut mencintai wayang,” ujar Jahja Setiaatmadja, yang langsung disambut tepuk antusias oleh para pelajar tersebut. Dari sini kita tahu, memang butuh waktu dan kesungguhan untuk melestarikan nilai-nilai budaya, dan itu adalah tanggung jawab kita bersama.
600 Pelajar dari 19 Sekolah
Pentas wayang persembahan Bakti BCA di Galeri Indonesia Kaya, pada Selasa (17/11/2015), tersebut, berlangsung dua kali pertunjukan. Pentas tersebut dilanjutkan hingga Rabu (18/11/2015). Bakti BCA mengundang 600 pelajar dari 19 Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) dan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) dari kawasan Jakarta dan Tangerang, Banten, untuk nonton wayang bersama. Menurut Inge Setiawati, Corporate Secretary BCA, sebulan sebelum hari H, tim Bakti BCA sudah mengundang serta mendatangi puluhan sekolah di Jakarta dan Tangerang untuk menjadi bagian dari pentas Wayang in Town ini.
Salah satu kendala yang dihadapi di lapangan adalah mencocokkan waktu yang memungkinkan siswa untuk hadir. ”Tiap sekolah kan memiliki agenda yang berbeda dengan sekolah lain. Ada sekolah yang tidak bisa mengirimkan siswa, karena bertepatan dengan jadwal ulangan. Padahal, kami ingin lebih banyak lagi sekolah yang bisa berpartisipasi di pentas Wayang in Town ini,” ungkap Inge Setiawati, Corporate Secretary BCA, dalam perbincangan seusai pentas. Ia menyadari bahwa kesempatan siswa bersentuhan langsung dengan seni tradisi, seperti di pentas Wayang in Town ini, memang terbatas.
Sebagaimana kita saksikan, para siswa bukan hanya menonton dalam artian pasif, tapi mereka terlibat sebagai bagian dari pertunjukan. Sang dalang, Adi Konthea, mengajak mereka dengan riang-gembira mengenal beberapa tokoh wayang. Juga, mengajak mereka turut memainkan tokoh-tokoh tersebut. Melalui cara ini, Adi Konthea juga berkesempatan memperkenalkan karakter atau ciri khas beberapa tokoh wayang. Semua itu berlangsung alamiah, sambil bermain, bahkan posisi Adi Konthea membaur dengan para siswa. Juga, diselingi dengan acara foto bersama, tentunya.
Suasana dan atmosfir yang akrab demikian, sebagaimana diceritakan Inge Setiawati, memang dirancang serta dikondisikan sejak awal. ”Sebagai penyelenggara, kami memang memilih dalang yang mampu mengakomodir minat siswa. Konsep Bakti BCA kan mengenalkan wayang kepada siswa, mengajak mereka untuk menikmati nonton wayang. Istilah-istilah dalam pentas ini pun kami pesankan kepada dalang, agar nyambung dengan keseharian para siswa,” ujar Inge Setiawati, Corporate Secretary BCA, lebih lanjut. Dan, Adi Konthea nampak berhasil memainkan perannya.
Siswa Hadir, Guru pun Hadir
Pentas Wayang in Town di Galeri Indonesia Kaya pada Selasa (17/11/2015) tersebut, bukan hanya dihadiri para siswa, tapi juga oleh para guru yang mendampingi mereka. Ini tentu patut kita apresiasi, karena bagaimanapun juga, guru kan memegang peranan penting di sekolah. Dari para guru inilah kita berharap, agar mengalokasikan waktu untuk mengarahkan siswa guna mempelajari nilai-nilai luhur yang dikandung tradisi budaya negeri. Inge Setiawati, Corporate Secretary BCA, bercerita, selama lima tahun Bakti BCA concern memperkenalkan wayang kepada pelajar, hasilnya sungguh menggembirakan.
Antara lain, ada sekolah yang kemudian menjadikan wayang sebagai salah satu aktivitas ekstrakurikulernya. Ada pula sekolah yang mengundang dalang cilik untuk mengisi acara di kegiatan tertentu di sekolah. Bahkan, ada sekolah yang sudah menampilkan muridnya, yang memang berminat mempelajari wayang. Dalam konteks mendekatkan seni tradisi kepada pelajar, semua itu tentulah patut kita sambut dengan gembira. Bukankah yang akan melestarikan budaya bangsa ini adalah para generasi penerus tersebut?
Itulah yang sesungguhnya menjadi dasar pemikiran, kenapa wayang menjadi salah satu pilihan Bakti BCA. Di banyak tempat, seni tradisi wayang sudah banyak yang ditinggalkan, bahkan mungkin sudah terlupakan. Ada kelompok wayang, yang sudah tidak memiliki dalang sebagai penerus, karena pendahulunya sudah meninggal. Ada pula kelompok wayang, yang para anggotanya sudah tidak aktif lagi. ”Pak Jahja Setiaatmadja berpesan pada saya, agar program pelestarian wayang ini benar-benar dikelola dengan sungguh-sungguh,” ungkap Sapto Rachmadi, Senior Advisor dari Corporate Social Responsibility (CSR) Bank BCA.
Sapto Rachmadi, dengan berbagai kreativitas, terus berupaya memperkenalkan serta mendekatkan wayang dengan generasi muda, khususnya para pelajar. Pentas Wayang in Town di Galeri Indonesia Kaya tersebut merupakan kesinambungan dari Pentas Wayang Masuk Mall, pada tahun 2014. Ini juga menjadi kelanjutan dari kegiatan Wayang Day on School, yang dilaksanakan sejak tahun 2014 hingga kini. Pada program ini, sebagaimana dituturkan Sapto Rachmadi, tim kreatif Bakti BCA mengadakan kegiatan wayang di berbagai sekolah di berbagai kota. ”Semua itu diharapkan dapat mendorong generasi muda, khususnya pelajar, untuk lebih mengenal, mencintai, dan tergerak untuk melestarikan budaya bangsa Indonesia,” tutur Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, yang sangat akrab dengan para pelajar tersebut.
Jakarta, 18 November 2015
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H