Perjuangan untuk meraih pendidikan adalah perjuangan kemanusiaan. Sesungguhnya, itu adalah perjuangan universal, yang juga tengah diperjuangkan bangsa-bangsa di dunia. Kenapa? Karena, pendidikan adalah salah satu komponen kehidupan yang signifikan untuk mengantarkan manusia menuju ke kesejahteraan. Setidaknya, karena spirit kemanusiaan itu pulalah Christina Lamb, sengaja hadir serta berbagi proses kreatifnya kepada publik di Ubud Writers[3] & Readers Festival 2015, Bali. Â
Sebagai jurnalis, Pakistan bukanlah wilayah yang baru, bagi Christina Lamb. Ia pada tahun 1987 sudah mewawancarai Benazir Bhutto di London. Kita tahu, Benazir Bhutto adalah Perdana Menteri (PM) Pakistan yang berpengaruh. Benazir dua kali terpilih sebagai PM Pakistan, sampai kemudian tewas dalam serangan bunuh diri seusai kampanye politik di Rawalpindi, 27 Desember 2007. Ia disemayamkan di mausoleum keluarga Bhutto di Garhi Khuda Bakhsh di Provinsi Sindh, Pakistan selatan.
Pada akhir tahun 1987 itu, Christina Lamb bahkan diundang oleh Benazir Bhutto ke Pakistan, untuk menghadiri resepsi perkawinannya. Kedekatannya dengan keluarga yang berpengaruh di Pakistan tersebut, menjadi salah satu momentum yang menggerakkan langkahnya untuk mulai hidupnya sebagai koresponden asing di Pakistan. Dalam tugasnya, Christina Lamb menjelajah Kashmir dan memasuki wilayah sepanjang perbatasan Afghanistan, tempat para Mujahidin bertempur dengan Soviet[4]. Sehari-hari, Christina Lamb membangun relasi dengan masyarakat setempat. Termasuk, dengan Presiden Afghanistan, Hamid Karzai.
Dengan demikian, Christina Lamb bukan hanya memahami pergulatan politik di negara tersebut, tapi ia juga merasakan denyut-nadi masyarakat setempat. Semua itu tentu saja mewarnai laporan jurnalistiknya, hingga banyak hal yang terjadi di Pakistan, terkuak ke publik dunia melalui media yang melansir laporan Christina Lamb. Sebagai koresponden media asing di Pakistan, sudut pandang serta artikulasi jurnalistiknya, pada kasus-kasus tertentu, bergesekan dengan kebijakan penguasa setempat. Sampai akhirnya, Christina Lamb dideportasi kembali ke London oleh Inter-Services Intelligence, yang tidak suka isi laporan jurnalistiknya. Christina Lamb pun dilarang masuk ke Pakistan[5].
Christina Lamb dengan 7 Buku
Diskusi dengan Christina Lamb hari ini, Sabtu (31/10/2015), pukul 16.00-17.30 WITA, di Ubud Writers & Readers Festival 2015, Bali, tentulah menjadi diskusi yang penuh inspirasi. Perempuan kelahiran 15 Mei 1966 tersebut adalah perempuan yang matang dalam banyak hal. Secara edukasi, ia datang dari lembaga pendidikan yang terpandang, University College, Oxford dengan Bachelor of Arts dalam bidang Filsafat, Politik, dan Ekonomi. Ia juga merupakan Nieman Fellow di Harvard University. Dengan demikian, kita akan mendapatkan wawasan serta sudut pandang yang penuh dimensi, tentang banyak hal. Khususnya, dalam konteks kemanusiaan.
Secara jurnalistik, Christina Lamb jelas jurnalis kawakan dengan pengalaman lapangan yang mencengangkan[6]. Ia, selain berpengalaman sebagai jurnalis di London, Pakistan, dan Afghanistan, juga pernah menjelajah kawasan Portugal, Zimbabwe, Brazil, dan Irak. Maka, pemahaman Christina Lamb akan kultur masyarakat berbagai bangsa adalah bagian yang tak kalah menariknya untuk kita gali dalam diskusi nanti. Demikian pula halnya dengan cross culture, dalam konteks membangun kesepahaman antar bangsa, di tengah borderless saat ini sebagai dampak teknologi internet.
Yang kontekstual dengan kondisi terkini Indonesia tentulah pada upaya peningkatan taraf pendidikan masyarakat. Meski Christina Lamb bukanlah seorang paedagog, tapi bagaimana bangsa-bangsa yang pernah ia kunjungi tersebut membangun ranah pendidikan, jelas masukan yang menarik bagi kita. Christina Lamb barangkali juga bisa digugah oleh peserta diskusi, untuk membuka wawasan kita tentang karya-karya yang mampu mengedukasi masyarakat, hingga menjadi inspirasi bagi peningkatan budaya literasi bangsa kita yang masih tertinggal ini.
Kepada penyelenggara Ubud Writers & Readers Festival 2015, kita tentu patut memberikan apresiasi, karena telah mendatangkan Christina Lamb di forum kreatif tersebut. Sebagai penulis yang sudah melahirkan 7 buku, dengan tema-tema yang tidak biasa, proses kreatifnya adalah sesuatu yang menantang untuk para penulis di tanah air. Karena, secara sosial-budaya, negeri ini sesungguhnya sangat kaya dengan tema-tema, yang bisa dijadikan karya.
Jakarta, 31 Oktober 2015