----------------------------
Para Menteri Ekonomi ASEAN sepakat untuk fokus mengembangkan UKM. Ini peluang sekaligus tantangan bagi pelaku UKM di Indonesia, untuk merebut pasar ASEAN.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, gencar mengkampanyekan Indonesia sebagai destinasi wisata, untuk menarik kunjungan wisatawan mancanegara. Peluang bagus bagi UKM.
--------------------------
[1] Pada tahun 1960-an, banyak warga Terogong yang menjadi pekerja di industri batik, sebagian kemudian menjadi pengrajin batik. Boleh dikata, di sekitaran tahun tersebut, adalah masa keemasan Batik Betawi, yang dikenal juga sebagai Batik Jakarta. Kemudian, pada tahun 1970-an, semua surut dan vakum, termasuk sanggar batik leluhur Siti Laela. Tahun 2012, ia merintis kembali, dengan mendirikan sanggar batik. Selain berbekal pengetahuan membatik dari leluhurnya, ia juga menambah ilmu batiknya dengan belajar di Perajin Batik Betawi di Kampung Kebon Kelapa, Desa Segara Jaya, Kecamatan Tarumajaya, Bekasi, Jawa Barat. Setelah tiga bulan berguru membatik di sana, Siti Laela dan keluarganya sepakat mengumpulkan modal untuk memproduksi Batik Betawi di Terogong. Di rumah keluarga Siti Laela, yang terjepit di antara apartemen di kawasan Terogong, Jakarta Selatan, batik-batik Betawi yang baru diwarnai, berkibar-kibar di tali jemuran. Selengkapnya, silakan baca Batik Betawi "Punye Cerite", yang dilansir kompas.com, pada Senin l 30 September 2013.
[2] Suwati Kartiwa, penulis sejumlah buku tentang budaya Indonesia, khususnya tekstil, dalam Batik Betawi: Dalam Perspektif Budaya Kreatif mengemukakan, ciri khas kain Batik Betawi yaitu kain sarung dengan menonjolkan motif Tumpal, yaitu bentuk motif geometris segitiga sebagai barisan yang memagari bagian kepala kain dan badan kain. Saat dikenakan, Tumpal harus ada di bagian depan. Motif burung hong juga masuk dalam ciri khas Batik Betawi sebagai perlambang kebahagiaan. Selengkapnya, silakan baca Batik Betawi, Mencari Jati Diri, yang dilansir kompas.com, pada Jumat l 4 Desember 2009 | 11:21 WIB.
[3] Kompasianer adalah sebutan untuk para penulis di media warga Kompasiana, yang dirintis oleh Pepih Nugraha, sejak tahun 2008. Kompasiana adalah wadah bagi para penulis, para blogger. Nama Kompasiana dicetuskan oleh Budiarto Shambazy, wartawan senior Kompas. Nama Kompasiana pada awalnya merupakan salah rubrik di Harian Kompas, yang diisi oleh PK Ojong, pendiri Kompas. Pepih Nugraha bergabung dengan Harian Kompas, sejak tahun 1990. Saat ini, tercatat sekitar 300.000 penulis di Kompasiana. Sehari-hari, Pepih Nugraha akrab disapa Kang Pepih.
[4] Usaha batik di Batavia pada masa lampau, lebih banyak dimiliki dan dioperasikan oleh pengusaha Tionghoa, meski tak sedikit pengusaha pribumi yang membuka usaha batik. Di tahun 1929, jumlah industri batik di Batavia sebanyak 357 dengan 264 industri dimiliki pengusaha Tionghoa dan 93 lainnya dimiliki pribumi. Selengkapnya, silakan baca Dari Paal Merah Membawa Batik, yang dilansir kompas.com, pada Senin l 12 Oktober 2009 | 17:14 WIB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H