--------------------------
Ruang Terbuka yang lapang di Kota Tua Jakarta, memungkinkan warga leluasa mengekspresikan diri bersama keluarga. Kawasan ini rata-rata dikunjungi 775.000 orang per bulan.
--------------------------
[1] Taman Ismail Marzuki, yang berlimpah dengan ruang terbuka, sedang memasuki masa pembenahan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berjanji untuk membenahi Pusat Kesenian Jakarta tersebut, sehingga lebih ramah bagi masyarakat dan nyaman bagi seniman. Seniman dan budayawan meminta pemerintah benar-benar mengembangkan manajemen yang professional dalam pengelolaan TIM. Selengkapnya, silakan baca TIM Siap Ditata Ulang, yang dilansir print.kompas.com, pada Sabtu l 28 Februari 2015.
[2] Jose Rizal Manua. A member of renowned poet and dramatist Rendra's Bengkel Teater, he set up the children's troupe, Teater Adinda, in 1975. From 1978 to 1981 this group of youngsters aged 7-14 was champion of the Jakarta Children's Theater Festival. Jose also directed kids with the Teater Legenda for a children's program on TVRI from 1982-1986. In 1988, Jose established Teater Tanah Air. Over the decades he dedicated to promoting children's theater, Jose said he had received very little in terms of material rewards. Selengkapnya, silakan baca Jose Rizal Manua: Keeping children's theater alive, yang dilansir thejakartapost.com, pada Kamis l 22 Februari 2007 l 8:54 WIB.
[3] Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Dharma Wanita Persatuan Pusat, menyelenggarakan Pergelaran Seni Budaya P4GN. Kegiatan yang dihadiri kurang lebih 400 pelajar ini, diisi dengan pagelaran seni berjudul Ibu Selamatkan Negeri bersama Teater Tanah Air, pimpinan Jose Rizal Manua. Selengkapnya, silakan baca Pesan Anti Narkoba Melalui Teater Tanah Air, yang dilansir gardarepublik.com, pada Rabu l 9 September 2015.
[4] Sebagai tokoh teater, Jose Rizal Manua memang tiada henti mengeksplorasi seni pertunjukan. Pada pada Kamis (26/3/2015), ia mementaskan monolog Mas Joko karya Remy Silado di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, West Mall Lt. 8, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Pada Kamis, (30/7/2015), ia juga kembali mementaskan monolog Mas Joko tersebut di Bentara Budaya Jakarta, Jalan Palmerah Selatan 17, Jakarta Barat. Selengkapnya, silakan baca Monolog "Mas Joko", tentang Perempuan dan Zaman, yang dilansir print.kompas.com, pada Rabu Siang | 1 April 2015 l 17:46 WIB.
[5] Hampir seluruh tokoh-tokoh teater Indonesia, secara langsung maupun tidak langsung, bersentuhan dengan Bengkel Teater. Didirikan tahun 1968 di Yogyakarta oleh WS Rendra, sekembalinya dari studi di Amerika Serikat. Bengkel Teater muncul di tengah-tengah kelompok teater Yogyakarta, dengan gaya dan metode baru, yaitu gaya dan metode improvisasi yang meminimalkan penggunaan kata. Gaya ini bukan saja baru, tetapi tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Pada akhir tahun 70-an, Bengkel Teater pindah di Depok dan memiliki padepokan di wilayah Cipayung, Depok, Jawa Barat.
[6] Setelah beberapa kali keluar-masuk rumah sakit, budayawan WS Rendra akhirnya pergi selamanya. Ia mengembuskan napas terakhirnya di RS Mitra Keluarga, Depok, pada Kamis (6/8/2009), dalam usia 74 tahun. Selengkapnya, silakan baca WS Rendra Dimakamkan, yang dilansir kompas.com, pada Jumat l 7 Agustus 2009 | 14:34 WIB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H