Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Ruang Terbuka di TIM Jakarta, Teater Tanah Air Jadi Juara Festival Dunia

30 September 2015   19:57 Diperbarui: 30 September 2015   20:47 2341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jose Rizal Manua memang bukan orang baru di ranah teater. Ia sejak remaja sudah berteater bersama Bengkel Teater[5], pimpinan suhu teater Indonesia, WS Rendra[6]. “Rendra sering mengajak kami latihan di ruang terbuka, waktu di Yogyakarta. Kalau lagi latihan, orang-orang yang berseliweran di jalan, berhenti untuk menonton latihan. Bahkan, ada yang sampai naik-naik ke pohon. Melalui latihan di ruang terbuka, Rendra melatih kami untuk meningkatkan konsentrasi serta melatih kami menghadapi penonton,” tutur Jose Rizal Manua, saat diwawancarai di toko bukunya, di salah satu sisi gedung Graha Bhakti Budaya, pada Selasa (29/9/2015) lalu.

Pengalaman bertahun-tahun latihan di ruang terbuka bersama WS Rendra tersebut, sangat berkesan bagi Jose Rizal Manua. Dalam kesempatan mengikuti berbagai aktivitas teater di luar negeri, ia juga menyaksikan para penari, pemain musik, juga pemain teater berlatih di ruang-ruang terbuka perkotaan. Demikian pula halnya dengan para pelukis. Bahkan, Jose Rizal Manua pernah mengikuti pertunjukan teater di tengah hutan kota di Jerman, kolaborasi kelompok teater dari Jerman dan Swiss. Jose Rizal Manua bercerita bahwa di berbagai negara yang pernah ia kunjungi, para creator di sana, mengeksplorasi ruang-ruang terbuka di kota mereka secara maksimal.

Semua itu makin meyakinkan dirinya, bahwa ruang terbuka, bila didekati dengan pendekatan kreatif, akan memberikan manfaat positif bagi warga. Bukan hanya untuk warga setempat, tapi juga untuk warga yang mendatangi kota-kota yang bersangkutan. “Di Teater Tanah Air, saya mengajak anak-anak mencintai ruang terbuka. Saya mengajak mereka menghayati ruang terbuka, melalui latihan teater. Dari pengalaman selama ini, anak-anak di Teater Tanah Air, sangat menikmati berlatih di ruang terbuka,” ungkap Jose Rizal Manua dengan antusias, saat wawancara pada Selasa (29/9/2015) lalu itu, yang juga berlangsung di ruang terbuka, di bawah pohon rindang, di halaman Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.

Dalam kata-kata seorang seniman, Jose Rizal Manua menyebut, ruang terbuka sesungguhnya sangat penuh dengan inspirasi. Sebagai creator seni, khususnya di bidang seni pertunjukan, ia mengaku justru lebih leluasa mengembangkan kreativitasnya saat latihan teater di ruang terbuka. Apalagi dalam konteks teater anak-anak, yang model latihannya adalah kolaborasi antara edukasi dan permainan. “Dalam latihan teater di ruang terbuka”, tutur Jose Rizal Manua, “saya mengajak anak-anak bermain secara kreatif. Mereka pun leluasa memanfaatkan apa yang ada di ruang terbuka, sebagai bagian dari proses latihan teater.”

Mereka berlatih di ruang terbuka, mengekspresikan diri secara langsung di ruang publik. Dengan demikian, kepercayaan diri mereka secara alamiah terbentuk, yang membuat mereka tidak canggung berada di panggung-panggung teater di tingkat dunia. Jose Rizal Manua menyebut, latihan teater di kelompok ini sebagai kolaborasi antara edukasi dan permainan. Ia bukan saja sebagai pimpinan grup dan sutradara, tapi sekaligus berperan sebagai guru dan bapak asuh dari anak-anak tersebut. Foto: koleksi teater tanah air

Kreativitas di Ruang Terbuka

Ruang terbuka di kawasan Taman Ismail Marzuki adalah ruang terbuka yang benar-benar sebagai Public Spaces for All, yang tiap warga dengan leluasa mengaksesnya. Dalam area ini, ada sejumlah gedung pertunjukan, antara lain, Graha Bhakti Budaya, Teater Kecil, Teater Besar, dan gedung bioskop. Juga, ada kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dengan sejumlah fakultasnya. Maka, lalu-lalang orang banyak serta hilir-mudik kendaraan, adalah pemandangan sehari-hari di area ini. Situasi dan kondisi ruang terbuka yang penuh aktivitas tersebut, justru menjadi ruang kreatif bagi Jose Rizal Manua serta anak-anak Teater Tanah Air.

Di sore hari, misalnya, mereka berlatih, bagaimana agar suara mereka tetap terdengar, meski di sekitar mereka sedang bising. Dalam hal ini, olah vokal, menjadi tantangan tersendiri. Demikian pula halnya dengan akting, padahal orang yang lalu-lalang, hanya selangkah dari mereka yang tengah latihan. Anak-anak Teater Tanah Air tersebut nampaknya enjoy saja, tidak melihat semua itu sebagai gangguan. Kadangkala, mereka malah merespon perilaku orang yang lalu-lalang itu, menjadi bagian dari materi latihan akting mereka. Konsep teater yang harmoni dengan ruang terbuka inilah yang terus dikembangkan Jose Rizal Manua serta anak-anak Teater Tanah Air.

Oh, ya, sebagai catatan, anak-anak Teater Tanah Air berada di rentang usia 6-14 tahun. Rentang usia ini mengacu kepada rentang usia yang menjadi acuan festival teater anak-anak internasional. Karena itulah, Jose Rizal Manua menyebut, latihan teater di kelompok ini sebagai kolaborasi antara edukasi dan permainan. Ia bukan saja sebagai pimpinan grup dan sutradara, tapi sekaligus berperan sebagai guru dan bapak asuh dari anak-anak tersebut. Bagi Jose Rizal Manua, menghadapi anak-anak di rentang usia itu, adalah tantangan kreativitas tersendiri untuk menciptakan berbagai bentuk permainan, hingga anak-anak itu betul-betul feel in dengan latihan.

Jose Rizal Manua mencontohkan. Misalnya, ia ingin melatih balance tubuh mereka, yang menjadi salah satu hal penting bagi seorang pemain teater. Untuk itu, ia mengajak anak-anak itu membayangkan sebuah jalan yang licin sehabis hujan. Nah, bagaimana berjalan di jalan yang licin tapi tidak sampai jatuh? Dengan beragam cara, anak-anak tersebut mengekspresikan penghayatan mereka akan sebuah jalan licin. Ekspresi anak-anak di rentang usia 6-14 tahun tersebut, tentu saja menarik perhatian mereka yang lalu-lalang di ruang terbuka. Seru, lucu, bahkan menggemaskan. Inilah dunia anak-anak, ekspresi anak-anak, di ruang terbuka di area Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.

Jakarta, 30 September 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun