[5] FWD Life juga concern memberikan edukasi keuangan. Antara lain, melalui program CSR Bebas Berbagi, sebagaimana yang berlangsung selama bulan Mei sampai Juni 2015, lalu. Dalam program tersebut, FWD Life Indonesia memberikan edukasi keuangan kepada lebih dari 400 siswa dari 4 Sekolah Dasar, yang berada di sekitar wilayah Tangerang, Banten. FWD Life Indonesia percaya bahwa pendidikan keuangan, harus dilakukan sejak dini. Dalam program tersebut, FWD Life Indonesia menyelenggarakan sebuah kampanye yang fokus mengenalkan 3 konsep utama keuangan yakni earning, saving, and giving.
[6] Pada Kopdar Bebas Berbagi tersebut, selain menghadirkan kelima finalis, FWD Life juga menghadirkan sejumlah speaker: Reza Herlambang (moderator), Dedy Dahlan (Founder Passionpreneur Academy), Leonora Adelia (pendiri Travas Life), Indra Uno (Seratoga Investama Sedaya), Yukka Harlanda (CEO Brodo), dan Paul Setio Kartono (CFO FWD Life).
[7] Pohon Ek Gabus tidak pernah berhenti menghasilkan lapisan kulit, hingga setebal 25 sentimeter, jika tidak dipanen. Bila kulit Ek Gabus dipanen, lapisan baru akan tumbuh terus, hingga dalam waktu kira-kira sepuluh tahun. Portugal dikenal sebagai negara penghasil gabus terbesar di dunia, dengan persentase 55 persen, kemudian Spanyol menyumbang kira-kira 30 persen, dan negara-negara lain seperti Aljazair, Perancis, Italia, Maroko, dan Tunisia memproduksi 15 persen gabus dunia. Di beberapa negara seperti Portugal dan Spanyol, hutan Ek Gabus dikelola secara baik dan ini menunjukkan bahwa manusia pengelolanya bisa bekerja harmonis dengan alam. Mereka memanen hasilnya tanpa merusak kekayaannya. Selengkapnya, silakan baca Kisah Gabus, dari Pohon ke Botol, yang dilansir suaramerdeka.com, pada 2 September 2011.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H