Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

1.733 Murid dari 22 SD Waduk Jatigede, Sekolah Pengganti Belum Disiapkan

28 Agustus 2015   11:01 Diperbarui: 28 Agustus 2015   11:01 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabupaten Sumedang barangkali hanya salah satu contoh, yang menggambarkan tingkat kesadaran pendidikan masyarakat kita. Juga, menjadi contoh gambaran sikap serta perilaku pihak berwenang di daerah dalam menangani bidang pendidikan. Kondisi ini tentulah membuat kita prihatin, apalagi bila dikorelasikan dengan gambaran yang dikemukakan Anies Baswedan di atas: dari 120 juta tenaga kerja di Indonesia, 78 juta berpendidikan SMP ke bawah.

Jakarta, 28 Agustus 2015

----------------------------

Dua Proklamator kita, Soekarno-Hatta, sejak awal sudah menanamkan nilai-nilai tentang pentingnya pendidikan. Mereka juga telah menanam fondasi tentang kesadaran pendidikan bagi bangsa ini.

http://www.kompasiana.com/issonkhairul/soekarno-hatta-gelar-akademik-gelar-proklamator-dan-kesadaran-pendidikan_55d17a6f8123bd0b0511179c

Petani memahami tanah sebagai sumber kehidupan. Mereka adalah pekerja yang ulet, yang mengenal betul apa artinya pergantian musim. Mereka sepenuhnya belajar dari alam.

http://www.kompasiana.com/issonkhairul/belajar-dari-petani-berpikir-ala-edward-de-bono-dan-berkarya-seperti-putu-wijaya_55becfed8023bd840b7c74ea

--------------------------

[1] Pemerintah Tak Siapkan Sekolah Pengganti bagi 1.733 Siswa SD di Waduk Jatigede. Komisi Perlindungan Anak Indonesia menelusuri dugaan adanya pelanggaran hak asasi manusia dalam penanganan dampak sosial penggenangan Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Ini terkait anak-anak atau pelajar yang terancam tidak mendapatkan akses pendidikan pasca penggenangan. Selengkapnya, silakan baca Pelanggaran HAM Ditelusuri, yang dilansir print.kompas.com, pada Kamis | 27 Agustus 2015.

[2] Cipaku merupakan salah satu desa yang akan diprioritaskan pertama untuk digenangi di Waduk Jatigede, yang direncanakan pada 31 Agustus 2015. Di desa tersebut terdapat dua sekolah dasar, yakni SD Negeri Sadang dan SDN Cipaku, dengan jumlah siswa sekitar 200 anak. "Namun, warga di sini sampai sekarang masih bingung, anak-anak mereka nanti mau sekolah di mana, karena pemerintah tidak menyediakan sekolah pengganti," kata Kepala Desa Cipaku, Didi Nurhadi, pada Rabu (26/8/2015), di Sumedang. Selengkapnya, silakan baca Terdampak Penggenangan Waduk Jatigede, Pelajar di Desa Cipaku Diharapkan Tidak Putus Sekolah, yang dilansir print.kompas.com, pada Rabu Siang | 26 Agustus 2015 l 14:24 WIB.

[3] Waduk Jatigede berada di lahan seluas 5 hektar, di lima kecamatan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Waduk itu diproyeksikan untuk mengairi 90.000 hektar sawah produktif di kawasan pantura dan mampu menampung 980 juta meter kubik air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun