Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menteri Ekonomi ASEAN Fokus ke UKM, Sidoarjo Miliki 171.264 Unit Usaha Mikro

25 Agustus 2015   13:24 Diperbarui: 25 Agustus 2015   13:41 1872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para Menteri Ekonomi ASEAN sepakat untuk fokus mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) di negara masing-masing, kemudian mengintegrasikannya sebagai kekuatan ekonomi kawasan. Ini peluang sekaligus tantangan bagi pelaku UKM di Indonesia, agar memiliki daya saing. Ide kreatif sangat dibutuhkan untuk memenangkan persaingan. Kompetisi antarproduk saat ini sangat ketat. Tanpa kreativitas, produk yang dihasilkan akan kalah dari produk baru yang bermunculan. Foto: print.kompas.com  

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

25 Agustus 2015 adalah hari terakhir Pertemuan Menteri-menteri Ekonomi ASEAN (AEM) ke-47, di Kuala Lumpur, Malaysia. Salah satu butir kesepakatannya: UKM akan jadi fokus ASEAN, karena usaha kecil menengah ini banyak menyerap tenaga kerja[1].

Semoga kesepakatan regional tersebut terdengar oleh saudara-saudara kita di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Kenapa? Apa relevansinya dengan mereka? Jawabannya, karena Kabupaten Sidoarjo merupakan kabupaten yang memiliki usaha kecil menengah terbanyak di Indonesia[2]. Pada tahun 2014, misalnya, jumlah total Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di sana, mencapai 171.264 unit usaha. Rinciannya, usaha mikro 154.891 unit, usaha kecil menengah 154 unit, dan untuk usaha besar 16.000 unit. Dengan jumlah unit usaha yang demikian banyak, kita tentu bisa memperkirakan, betapa sangat banyak tenaga kerja yang sudah terserap di sana.

Kerja Rakyat, Usaha Rakyat

Capaian Kabupaten Sidoarjo tersebut, sudah sepatutnya menjadi masukan dan inspirasi bagi kabupaten lain di tanah air. Setidaknya, para pimpinan daerah, dalam hal ini bupati dan walikota, bisa mencermati, apa yang sudah dilakukan pemerintah daerah di sana dan apa yang sudah diperbuat masyarakat di sana. Bukan dalam konteks mencontoh, tapi menyerap langkah-langkah positif, yang mungkin bisa diimplementasikan di daerah masing-masing. Bukankah pemimpin juga butuh pembelajaran?

Misalnya, di Kabupaten Sidoarjo, telah tumbuh sekitar 82 sentra industri rakyat dan 11 kampung usaha. Hal tersebut tentulah menunjukkan kepada kita, betapa tingginya partisipasi masyarakat, yang secara bersama-sama bekerja untuk menggerakkan roda perekonomian wilayah mereka. Dengan adanya 154.891 unit usaha mikro, itu merupakan realitas bahwa aktivitas ekonomi di sana, benar-benar berada di tangan rakyat. Manfaat putaran ekonomi tersebut, langsung dirasakan masyarakat setempat.

Tidak akan mungkin kerja rakyat dan usaha rakyat tersebut bisa tumbuh demikian pesat, bila tidak didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif. Juga, tidak akan mungkin tingkat partisipasi rakyat sampai sedemikian tinggi, bila tidak disertai oleh interaksi yang positif antara seluruh elemen di kabupaten tersebut. Jenis usaha yang dilakukan masyarakat Sidoarjo, sesungguhnya adalah jenis aktivitas ekonomi yang juga ada di tempat lain. Misalnya, usaha jajanan, batik, bebek, kerupuk, pot, jamur, dan sebagainya.

Bedanya, masyarakat Sidoarjo melakukannya secara bersama-sama, hingga usaha rakyat tersebut, menjelma menjadi kekuatan ekonomi kerakyatan. Karena aktivitas beragam usaha itu berlangsung dalam satu kabupaten, maka tidak terlalu sulit untuk menata lalu-lintas logistik bahan baku dan hasil produksi. Juga, relatif tidak terlalu sulit untuk mengelola aktivitas pemasaran berbagai produk rakyat tersebut. Karena itulah, Kabupaten Sidoarjo, pada tahun 2014, meraih Satyalencana Pembangunan Bidang Koperasi dan UKM serta Bhakti Koperasi dan UKM. Penghargaan Tingkat Nasional tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Koperasi dan UKM, Syarief Hasan, pada Selasa, 15 Juli 2014, di Medan, Sumatera Utara[3].

Menkominfo, Rudiantara, dalam acara Google Bisnis di Hotel Aryaduta, Jakarta, pada Kamis (20/8/2015). Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa meningkat dua persen tiap tahun, jika keterlibatan teknologi digital dalam pengembangan usaha kecil menengah (UKM) turut digenjot. Hal itu diungkapkan firma audit Deloitte Access Economics, melalui sebuah laporan penelitian yang disponsori Google. Foto: kompas.com

Pembinaan Harus Tepat Sasaran

Dengan butir kesepakatan Menteri-menteri Ekonomi Association of South East Asian Nations (ASEAN) untuk fokus pada UKM, sesungguhnya ini kesempatan yang baik bagi kebangkitan ekonomi kerakyatan di Indonesia. Daya beli masyarakat bisa tumbuh, jumlah pengangguran bisa berkurang. Apalagi, menurut Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI, Dhaniswara K. Harjono, pada Kamis (25/9/2014), jumlah UKM di Indonesia adalah yang paling banyak dibanding jumlah UKM di negara-negara lain[4].

Sayangnya, jumlah yang banyak tersebut, tidak dibarengi dengan kualitas yang sepadan. Ini salah satunya karena kualitas sumber daya manusia. Menurut pengamat ekonomi, Hendri Saparini, di Balai Kartini, Jakarta Selatan, pada Selasa (13/8/2014), sekitar 51 persen tenaga kerja di usaha kecil menengah, pendidikan mereka rata-rata Sekolah Dasar[5]. Faktor tersebut tentulah turut berpengaruh pada kesiapan mereka menghadapi perkembangan teknologi. Baik teknologi produksi maupun teknologi pemasaran.

Realitas yang serupa juga terungkap setahun kemudian, dalam acara Google Bisnis di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, pada Kamis (20/8/2015)[6]. Lebih dari 36 persen pelaku UKM, masih berbisnis secara offline saja. Sementara, 37 persen lainnya, hanya memiliki kemampuan online tingkat dasar. Hanya 18 persen pelaku UKM yang memanfaatkan akses online, seperti media sosial dan situs web. Dalam konteks ASEAN yang hendak fokus pada UKM, kendala sumber daya manusia di atas, merupakan komponen yang urgent untuk dibenahi.

Dengan kata lain, pembinaan, pelatihan, dan pendampingan terhadap pelaku UKM kita, sudah sepatutnya menjadi skala prioritas. Keterbatasan pengetahuan, sedikit-banyaknya, akan berpengaruh pada kemampuan mereka untuk melakukan inovasi. Baik inovasi untuk menciptakan produk baru, inovasi pada proses produksi, juga inovasi dalam hal menjangkau konsumen. Rangkaian inovasi tersebut, menjadi salah satu tolok ukur dalam hal daya saing. Artinya, pembinaan, pelatihan, dan pendampingan haruslah tepat sasaran serta terukur bagi peningkatan kualitas pelaku UKM yang bersangkutan.

Ketua Bidang Pameran dan Kerja Sama Luar Negeri Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS), Retno Damayanti Gobel, menyampaikan presentasi mengenai remarkable Indonesia dalam pembukaan Paviliun Rumah Indonesia, pada Hong Kong Gift and Premium Fair 2015, di Hongkong, Senin (27/4/2015). Ini adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan daya saing pelaku UKM, memasuki pasar bebas di kawasan. Foto: kemendag.go.id

Daya Saing, Realitas UKM

Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengemukakan, daya saing UKM Indonesia masih sangat rendah, hanya sekitar 3,5 dari skor 1-10, dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Itulah realitas yang tak terelakkan. Ini jelas merupakan tantangan yang tidak ringan menghadapi pelaku UKM dari berbagai negara ASEAN. Apalagi bila mengingat, semua negara ASEAN akan fokus mengelola pelaku UKM di negara masing-masing, menyambut pasar bebas regional.

Dalam Microfinance Forum 2015 di Jakarta, pada Rabu (11/3/2015), terungkap bahwa pelaku UKM dari Singapura, sudah melakukan penelusuran ke berbagai pelosok tanah air. Mereka mencermati berbagai situasi-kondisi di negeri kita untuk menemukan kemungkinan dan peluang bisnis. Staf Ahli Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Destry Damayanti[7], pada kesempatan tersebut, menuturkan, Singapura sudah bawa masuk 30 pengusaha kecil mereka, untuk stay di Nusa Tenggara Timur, dalam tempo beberapa bulan. Mereka mencari, peluang apa yang bisa dikembangkan.

Itu hanya salah satu contoh yang bisa kita deteksi. Barangkali, sudah banyak aktivitas yang dilakukan negara tetangga kita di sini, dalam konteks menyiapkan pelaku UKM mereka. Boleh jadi, mereka sudah pada tahap research & development, sementara kita masih berkutat membenahi kondisi sumber daya manusia yang ada. Kita memang sudah tertinggal, dibandingkan mereka. Itulah realitasnya. Namun, hal itu bukan alasan untuk menyurutkan langkah, menghadapi pasar bebas regional.

Karena, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan efektif berlaku mulai akhir tahun 2015 ini. Berbagai sektor industri, bukan hanya pelaku UKM, akan berhadapan dengan model kompetisi yang berbeda dibandingkan dengan saat ini. Sejumlah profesi, juga akan berhadapan dengan tantangan persaingan, yang tak kalah sengitnya. Dunia sudah berubah, jauh berubah. Mekanisme proteksi, sudah sangat terasa jadul.

Jakarta, 25 Agustus 2015

----------------------------

Lemahnya daya beli masyarakat, sudah berimbas pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah. Ini tantangan untuk bangkitkan ekonomi kerakyatan, sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan bersama.

http://www.kompasiana.com/issonkhairul/zona-waspada-kredit-bermasalah-umkm-pada-maret-4-3-persen-pada-april-4-4-persen_55a6d070b49373c61d8fa7f0

Jumlah pengusaha di Indonesia, baru 1,65 persen dari jumlah penduduk. Di Singapura, rasio pengusaha 7 persen dari penduduknya. Ini inspirasi dari Komunitas Pensiunan untuk berwirausaha.

http://www.kompasiana.com/issonkhairul/inspirasi-dari-komunitas-pensiunan-jalan-rintisan-untuk-berwirausaha_557c1c248efdfdbf0cb29af8

Apa yang diciptakan mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya (FTP-UB) Malang, Jawa Timur, ini merupakan angin segar dari dunia pendidikan tinggi kita untuk usaha mikro.

http://www.kompasiana.com/issonkhairul/paprika-manjur-pakan-ternak-murah-dari-limbah-biogas-ciptaan-mahasiswa-brawijaya_55765dfccd92731d5cbb9e78

--------------------------

[1] Menteri Perdagangan RI, Thomas Lembong, di sela-sela Pertemuan Menteri-Menteri Ekonomi ASEAN (AEM) 2015 di Kuala Lumpur, Malaysia, mengatakan, usaha kecil menengah (UKM) menjadi fokus pengembangan ekonomi ASEAN, karena banyak menyerap tenaga kerja. Pertemuan tersebut berlangsung pada 22-25 Agustus 2015, dihadiri Menteri Perdagangan dan Perindustrian Malaysia, Mustapa Mohamed, dan tujuh menteri serta wakil menteri negara-negara anggota ASEAN. Selengkapnya, silakan baca UKM Jadi Fokus ASEAN, yang dilansir print.kompas.com, pada Senin | 24 Agustus 2015.

[2] Pertumbuhan usaha mikro di Kabupaten Sidoarjo, terus mengalami peningkatan yang cukup tajam. Sejak tahun 2013, telah dicanangkan Sidoarjo Kota UKM Indonesia. Selengkapnya, silakan baca Keberhasilan 4 Tahun Bupati Sidoarjo H. Saiful Ilah, SH, M.Hum dan Wabup H. MG. Hadi Sutjipto, SH., yang dilansir beritajatim.com, pada Selasa l 04 November 2014 l 00:12 WIB.

[3] Prosesi penyerahan Satyalancana dilakukan sendiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Bupati Sidoarjo Saiful Ilah dan untuk Bhakti Koperasi juga diserahkan langsung oleh Menteri Koperasi dan UKM, Syarif Hasan, di Lapangan Benteng, Kota Medan, pada Selasa (15/7/2014) pukul 16.00 WIB. Selengkapnya, silakan baca Sidoarjo Raih Penghargaan Bidang Koperasi dan UKM, yang dilansir sidoarjokab.go.id, pada Kamis l 17 Juli 2014 l 07:18 WIB.

[4] Dhaniswara K. Harjono mengungkapkan hal itu, usai menghadiri diskusi Strategi Perlindungan Hukum UKM saat MEA, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, pada Kamis (25/9/2014). Sayangnya, jumlah tersebut tidak dibarengi dengan kualitas pendidikan pelaku UKM, yang diakuinya belum maksimal. Selengkapnya, silakan baca Jumlah UMKM Indonesia 57,9 juta, terbanyak dibanding negara lain, yang dilansir merdeka.com, pada Kamis l 25 September 2014 l 18:04 WIB.

[5] Menurut Hendri Saparini, kunci utama untuk meningkatkan kualitas UMKM, harus dimulai dari sisi SDM, harus terus ditingkatkan kualitasnya, baik melalui pelatihan-pelatihan atau perekrutan pekerja yang selektif. Selengkapnya, silakan baca Kualitas SDM Rendah Diklaim Jadi Faktor Sulit Kembangkan UMKM, yang dilansir liputan6.com, pada Rabu l 13 Agustus 2014 l 15:46 WIB.

[6] Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa meningkat dua persen tiap tahun, bila keterlibatan teknologi digital dalam pengembangan usaha kecil menengah (UKM) turut digenjot. Hal ini diungkapkan firma audit Deloitte Access Economics melalui sebuah laporan penelitian yang disponsori Google. Google telah menyiapkan beberapa program untuk menggenjot pemanfaatan online digital bagi UKM. Hal ini juga didukung oleh program pemerintah. Menkominfo, Rudiantara, juga berbicara dalam acara Google Bisnis tersebut. Selengkapnya, silakan baca UKM Bakal Lebih Maju Jika Masuk "Online", yang dilansir kompas.com, pada Kamis l 20 Agustus 2015 | 10.48 WIB.

[7] Destry Damayanti, dalam Microfinance Forum 2015 mengatakan, pemerintah Singapura menunjukkan dukungan serius untuk mendorong pelaku ekonomi di negaranya dalam menghadapi MEA 2015. Negara-negara di kawasan nampaknya sudah sangat matang mempersiapkan diri untuk memasuki era integrasi ekonomi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan efektif penghujung tahun ini. Selengkapnya, silakan baca UKM Singapura Mulai Gerilya di Indonesia, yang dilansir kompas.com, pada Rabu l 11 Maret 2015 | 18:38 WIB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun