Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kata Pepih Nugraha: ke Laut Aja, Kata Joko Widodo: Harus Kembali ke Laut

22 Agustus 2015   12:27 Diperbarui: 22 Agustus 2015   12:27 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunitas Dadakan, Komunitas Kebutuhan

Dari proses kelahirannya, komunitas juga memiliki banyak keragaman. Misalnya, di musim kampanye Joko Widodo menjadi Calon Presiden, komunitas yang menyatakan diri mendukung Joko Widodo, tumbuh bagai jamur di musim hujan. Sekadar menyebut beberapa contoh, ada Komunitas Gotong-royong untuk Jokowi yang disingkat Gong Jokowi, Komunitas Green Hijabers, Komunitas Waria dan Gay, bahkan ada pula Komunitas Janda Indonesia yang disingkat Kojaindo. Sebagai unit sosial, komunitas memang sangat luwes dan leluasa menempatkan diri serta memosisikan diri dengan keadaan. Komunitas juga bisa dibentuk secara dadakan, sesuai kepentingan dan tujuan saat itu.

Dalam konteks Kompasiana Community Gathering (KCG), tentulah yang diharapkan Kang Pepih, adalah komunitas yang mewadahi kebutuhan sejumlah orang untuk mengekspresikan diri, yang kemudian secara bersama-sama berkontribusi secara sosial kepada mereka yang berada di luar komunitas. Artinya, ada interaksi sosial secara internal komunitas, juga ada relasi sosial kepada eksternal komunitas. Gerakan sosial secara internal dan eksternal itulah barangkali yang disebut sebagai hakekat komunitas. Kata kunci yang kerap menyertai aktivitas komunitas adalah memberi dan berbagi.

Kompasiana sendiri sesungguhnya adalah komunitas, wadah yang mewadahi lalu-lintas gagasan, dari ratusan ribu orang, melalui tulisan. Di dalam komunitas yang besar ini, besar secara organisasi dan besar pula secara jumlah, ada minat-minat khusus, yang juga membutuhkan wadah khusus. Karena itulah, misalnya, lahir Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) yang mengkhususkan diri pada aksi nyam-nyam alias kunyah-kunyah lezat. Juga, ada Fiksiana Community (FC), komunitas yang menjadi tempat berhimpunnya para pegiat fiksi. Ini adalah bagian dari dinamika berkelompok, dinamika berkomunitas.

Kita tahu, manusia adalah makhluk sosial yang sangat gandrung berkelompok, punya hasrat yang besar untuk berkoloni. Dengan adanya KCG tersebut, sejumlah minat khusus dengan komunitas khusus, sudah tampil ke permukaan. Bahwa ada kompasianer yang lintas komunitas, itu adalah wajar adanya. Itu adalah bagian dari upaya pribadi masing-masing untuk mengekspresikan diri. Dalam perjalanan ke depannya, eksistensi tiap komunitas khusus tersebut, tentulah bergantung pada dinamika masing-masing. Kalau Kompasiana merupakan Republik Kompasiana, maka komunitas khusus tersebut bisa jadi Provinsi atau Kabupaten-Kota.

Memilih aktivitas sosial yang tepat di tempat yang tepat, adalah komponen yang penting dalam berkomunitas. Ini salah satu aktivitas Komunitas Pendongeng (Kadotaman), yang tampil dalam acara Pasar Kreatif yang diadakan oleh Sekolah Komunitas Johar Baru, Jakarta Pusat, pada Sabtu (28/3/2015). Tampak pendongeng Sovia Agustina Djajasinga memegang boneka, tengah mendongeng di depan anak-anak Johar Baru, salah satu kawasan dengan penduduk terpadat di Jakarta Pusat. Foto: beritadaerah.co.id

Laut Kang Pepih, Laut Joko Widodo

Untuk menggerakkan Republik Kompasiana, juga dengan Provinsi atau Kabupaten-Kota, tentulah dibutuhkan leader yang cakap. Untunglah, Pepih Nugraha diduga berbakat menjadi Presiden. Tentang hal ini, sekali lagi, masih menunggu konfirmasi dari lembaga tes bakat, juga menunggu konfirmasi dari Kang Pepih. Oh, ya, terkait ucapan ke laut aja dari Kang Pepih, itu bukanlah sesuatu yang tiba-tiba. Kita tahu, Pepih Nugraha lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 11 Desember 1964. Sebagai wartawan senior yang sudah bergabung dengan Harian Kompas sejak 1990, ia tentu tangkas menampilkan kearifan lokal tanah kelahirannya.

Tasikmalaya adalah sebuah kabupaten yang luas di Jawa Barat, di kisaran 2.708 kilometer, termasuk di dalamnya Kotamadya Tasikmalaya, yang berdiri sejak tahun 2001. Bagian selatan kabupaten ini, berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Ada 3 dari 39 kecamatan di kabupaten ini yang mempunyai wilayah pesisir dan lautan yaitu Kecamatan Cikalong, Cipatujah, dan Karangnunggal. Dengan demikian, di 3 kecamatan tersebut, membentang garis pantai sepanjang 56 kilometer. Artinya, laut bukanlah sesuatu yang asing bagi Kang Pepih.

Dalam konteks ke laut aja dari Kang Pepih, seseorang bisa hilang-lenyap digulung gelombang, jika tak bergabung dengan komunitas. Sementara, Joko Widodo[6] mengingatkan kita untuk kembali ke laut, karena sudah sekian lama kita memunggungi laut. Sebagai Presiden, ia mencanangkan negeri ini untuk bangkit, dengan menjadi Poros Maritim di kawasan, setidaknya, di tingkat regional. Untunglah, Presiden Abdurrahman Wahid sudah menciptakan dan mewariskan Kementerian Perikanan dan Kelautan, yang fokus menangani bidang kemaritiman.

Kemarin, pada Jumat, 21 Agustus 2015, kita sama-sama memperingati Hari Maritim Nasional ke-70. Kalimat Selamat Hari Maritim Nasional sempat bertengger di urutan ke-5 daftar trending topic di Twitter Indonesia. Spirit maritim ini tentulah sepatutnya kita pelihara dan terus digelorakan. Banyak hal tentang laut yang relevan untuk kita tulis dan kita suarakan di Kompasiana. Bukan hanya tentang tempat-tempat wisata pantai yang menakjubkan, tapi juga tentang saudara-saudara kita yang menjadikan laut sebagai sumber utama penghidupan. Jalesveva Jayamahe, Selamat Hari Maritim Nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun