Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

700 Ton Kopi Arabika Organik, dari Golewa dan Bajawa, Menuju Amerika dan Jepang

7 Agustus 2015   17:12 Diperbarui: 7 Agustus 2015   17:12 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[6] Studi tentang kopi dan iklim yang dilansir siaran pers International Center for Tropical Agriculture (CIAT), pada Kamis (30/4/2015), di Jakarta, menyebutkan, di Afrika, terutama di Ethiopia atau Kenya, kopi arabika ditanam di 2.400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Studi itu juga menjelaskan, kopi arabika terbaik, ditanam di ketinggian 600-1.900 mdpl.

[7] Sosok inilah yang pada tahun 1999 nekat mengembangkan kopi arabika organik di kampung halamannya, Desa Beiwali, Kecamatan Bajawa, Ngada. Vinsensius melakukan pendekatan kepada sejumlah warga, hingga terkumpul 25 orang yang mau bergabung dengannya. Mereka membentuk Kelompok Tani Penghijauan dan Rehabilitasi Lahan, dengan program kerja lima tahun. Dalam kelompok itu, dia menjadi ketuanya. Program awal mereka membudidayakan 1.000 pohon kopi per anggota yang dilakukan secara swadaya. Mereka juga mengembangkan pakan ternak seluas 1.000 meter per segi per anggota, dan menanam tanaman kayu lokal. Mereka bertekad mengembangkan kopi organik, anggota didorong memelihara ternak, seperti sapi, agar kotorannya bisa menjadi pupuk untuk tanaman kopi.

[8] Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (disingkat Puslitkoka) adalah salah satu dari lembaga penelitian di Indonesia, yang berada bawah naungan Lembaga Riset Perkebunan Indonesia – Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (LRPI – APPI), yang mendapat mandat untuk melakukan penelitian aspek agribisnis untuk komoditas kopi dan kakao, mulai dari bahan tanam, budidaya, perlakuan pascapanen, sampai dengan pengolahan produk. Sejak berdiri pada tahun 1911, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berkantor di Jl. PB. Sudirman No. 90 Jember. Dan, mulai tahun 1987, seluruh kegiatan/operasional dipindahkan ke kantor baru, berlokasi di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Jember, berjarak sekitar 20 kilometer arah Barat Daya dari Kota Jember, Jawa Timur.

[9] Dewi "Dee" Lestari menulis cerpen tersebut pada tahun 2006. Film karya sutradara Angga Dwimas Sasongko ini, naskahnya ditulis oleh Jenny Jusuf, dan diproduseri Visinema Pictures. Film ini berhasil menembus Box Office Indonesia dalam 12 hari penayangan. Berdasarkan data filmindonesia.or.id, per Senin (20/4/2015), Filosofi Kopi berada di posisi keempat box office Indonesia, dengan jumlah penonton mencapai 158.517 orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun