Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sekolah Gratis 4 Tahun untuk Anak Petani Agar Menjadi Penyuluh Pertanian

1 Agustus 2015   20:38 Diperbarui: 12 Agustus 2015   06:44 6110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai penyuluh pertanian kelak, mereka bukan hanya akan menjawab pertanyaan petani, tapi yang lebih utama adalah memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi petani di lapangan. Sebagai gambaran, apa yang dilakukan penyuluh pertanian Cristiyani Margaretha[4] ini barangkali bisa menambah pemahaman kita. Cristiyani merupakan tenaga harian lepas-tenaga bantu penyuluh pertanian (THL-TBPP) di Kelurahan Sei Gohong, Kecamatan Bukit Batu, Palangkaraya, Kalimantan Tengah (Kalteng), sejak 2008.

Ia lulusan D-3 Fakultas Pertanian, Universitas Palangkaraya (1995). Secara ringkas, Cristiyani merumuskan bahwa penyuluh pertanian adalah jembatan antara pemerintah dan para petani. Program pertanian skala nasional dirumuskan di pusat, yang kemudian secara berjenjang disosialisasikan ke tingkat provinsi, kabupaten-kota, kecamatan, kelurahan, hingga ke desa. Tidak semua petani dapat kesempatan mengikuti arahan serta petunjuk dari dinas pertanian setempat.

Kalaupun sempat mengikuti arahan secara langsung pada kesempatan tertentu, belum semua arahan tersebut bisa dicerna petani dengan baik. Selain itu, ada saja situasi-kondisi di lapangan yang dihadapi petani, yang membutuhkan penanganan segera. Untuk itulah penyuluh pertanian senantiasa ada di dekat petani. Penyuluh pertanian adalah sosok yang memiliki pengetahun dan skill, yang sewaktu-waktu dengan mudah ditemui para petani.

Cristiyani, misalnya, secara teratur mengadakan pertemuan dengan kelompok-kelompok petani. Pertemuan itu, meski merupakan hal yang serius, tapi pelaksanaannya di tempat-tempat yang familiar dengan petani. Agar petani dan penyuluh pertanian leluasa berdialog, berbincang-bincang. Cristiyani kerap bertemu petani di rumah warga, di kebun petani, di halaman rumahnya, dan sesekali di balai basara kelurahan atau balai pertemuan warga.

Yang juga tak kalah penting untuk dicatat, Cristiyani siap-sedia 24 jam untuk membukakan pintu rumahnya bagi para petani yang ingin menyampaikan keluhan, harapan, atau bertanya tentang program-program pertanian. Dalam hal ini, konteks anak petani yang menjadi penyuluh pertanian di kampung halamannya, menjadi sesuatu yang relevan. Dengan kata lain, boleh jadi lulusan STPP Malang kelak, akan menjadi pemberi solusi bagi kaum-kerabatnya, bagi petani yang selama ini sedesa dengannya. Dalam hal ini, hambatan komunikasi tentulah bisa diminimalkan sejak awal.

Latifah Sofyan Dide, mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang, pada Selasa (28/7/2015), mengolah tomat menjadi manisan tomat rasa kurma di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian. Pengolahan tomat menjadi manisan tersebut menjadi salah satu solusi bagi petani saat harga tomat jatuh. Petani jadi punya alternatif untuk mengolah produk pertanian mereka. Foto: print.kompas.com

Diarahkan Menjadi Wirausaha Pertanian

Selama pendidikan 4 tahun di STPP Malang, peserta didik tersebut tidak semata-mata hanya dididik menjadi penyuluh pertanian. Agenda besarnya adalah mengarahkan mereka untuk menjadi wirausaha pertanian sekaligus menjadi penyuluh pertanian di daerahnya. Sebagai penyuluh pertanian, fokusnya adalah pada aspek produksi pertanian. Sedangkan sebagai wirausaha pertanian, fokusnya lebih pada aspek mengolah produk pertanian agar memiliki nilai tambah serta memasarkan produk pertanian agar petani memperoleh harga yang kompetitif dari hasil jerih-payah mereka.

Sebagaimana kita tahu, selama ini petani yang berada di desa, minim sekali aksesnya ke pasar. Dinamika kebutuhan konsumen, persaingan produk, kualitas produk, dan harga produk pertanian di pasaran kurang menjadi perhatian bagi petani. Mereka terkonsentrasi pada sektor produksi. Kondisi inilah yang kerap dijadikan lahan empuk oleh para tengkulak yang seenaknya mempermainkan harga. Kondisi itu pula yang menyuburkan tumbuhnya praktik ijon, tengkulak memberi pinjaman pada petani, yang akibatnya petani terpaksa menjual produk pertanian ke tengkulak dengan harga yang tidak wajar.

Dengan adanya penyuluh pertanian, praktik-praktik yang merugikan petani tersebut bisa diminimalkan. Selain itu, berbagai bentuk bantuan pemerintah terhadap petani, bisa dijembatani oleh penyuluh pertanian, yang memiliki kemampuan untuk mengakses birokrasi serta institusi pertanian di wilayah setempat. Karena penyuluh pertanian lulusan STPP Malang ini kelak akan bertugas di kampung halaman mereka masing-masing, maka diharapkan mereka menjaga integritasnya hingga dipercaya oleh petani setempat.

Selain di Malang, Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) juga ada di Yogyakarta, Medan (Sumatera Utara), Bogor (Jawa Barat), Manokwari (Papua), dan Gowa (Sulawesi Selatan). Mengingat adanya 73.000 desa di Indonesia dan luas panen padi secara nasional mencapai 12,6 juta hektar, tentu sebaran STPP tersebut belumlah memadai. Konteks Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian tentu bukan hanya padi, tapi juga produk pertanian lain seperti sayuran dan buah-buahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun