[caption id="attachment_367312" align="aligncenter" width="551" caption="Gerakan penghijauan dilakukan dengan gencar di seluruh penjuru Kota Batam, untuk meminimalkan dampak lingkungan dan untuk menambah ruang terbuka hijau. Pulau Batam dengan luas 415 kilometer per segi, saat ini 33 persen berupa lahan hijau. Meski sudah melebihi ketentuan dari segi tata ruang, Walikota Batam, Ahmad Dahlan, mengakui, wilayah yang ia pimpin masih kekurangan ruang terbuka hijau. Foto: thepresidentpostindonesia.com dan info.plnbatam.com"][/caption]
Inilah Batam, kota yang mewadahi aktivitas 4.000 company. Di tengah industri yang terus tumbuh, ketersediaan lahan kian terbatas. Ruang terbuka hijau, juga terus tergerus. Bagaimana Batam menyiasatinya? Langkah apa yang dilakukan Batam untuk memenuhi kebutuhan air bersih rumah tangga dan industri?
Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), harus terus tumbuh sebagai kota industri. Batam harus menjadi tempat yang ramah kepada investor, agar investasi dari berbagai negara di dunia terus mengalir masuk. Kenapa? ”Karena industri di Batam bukan hanya untuk menghidupi Kota Batam. Batam adalah lokomotif penggerak ekonomi nasional, menghidupi seluruh masyarakat Indonesia," ujar Yuddy Chrisnandi, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB), usai mengunjungi Kantor Pemko Batam, Selasa (12/5/2015).
Pemko Batam + BP Batam
Yuddy Chrisnandi sesungguhnya ingin menggarisbawahi bahwa Kota Batam memiliki tanggung jawab yang berbeda, dibanding kota-kota lain di tanah air. Di kota ini, ada Pemerintah Kota (Pemko) Batam dan ada Badan Pengusahaan (BP) Batam sebagai kawasan perdagangan bebas. MenPAN-RB Yuddy Chrisnandi, dalam kunjungan itu, dengan gamblang menjelaskan tugas dan fungsi Pemko Batam dan BP Batam.
Keberadaan BP Batam bertanggungjawab mengurus perdagangan, investasi, pengembangan industri, mengelola lahan, dan mendesain kawasan. Pemko Batam mengurus sisi sosial kemasyarakatan, seperti penduduk, pendidikan, kesehatan, pelayanan publik, dan administrasi pemerintahan. BP Batam dipimpin oleh Mustofa Wijaya dan Pemko Batam dipimpin oleh Walikota Batam, Ahmad Dahlan.
Kolaborasi kepemimpinan Ahmad Dahlan dan Mustofa Wijaya tentulah merupakan kunci untuk menjadikan Kota Batam efektif sebagai lokomotif penggerak ekonomi nasional. Salah satu kunci dari efektivitas itu adalah kemampuan Kota Batam memenuhi kebutuhan para investor agar mereka leluasa menjalankan roda bisnisnya. Harap dicatat, kini ada 4.000 company di Batam, 3.000 di antaranya investor asing. Kebutuhan mereka beragam, tuntutan mereka tinggi, yang bila tak terpenuhi akan membuat mereka angkat kaki dari Batam.
Dengan kata lain, sudah seharusnya Kota Batam dikelola dengan konsep Kota Cerdas, agar kota ini mampu mempertahankan investor yang sudah ada, serta memiliki peluang untuk menggaet investor baru. Artinya, Kota Batam harus memiliki daya saing dibanding kota industri lain di negara lain, karena kota-kota industri di dunia terus membenahi diri untuk memikat investor.
[caption id="attachment_367313" align="aligncenter" width="546" caption="Foto kiri: Walikota Batam, Ahmad Dahlan, menunjukkan buku berjudul Sejarah Melayu, yang dicetak pertama kali pada Desember 2014. Buku setebal 623 halaman itu merupakan bagian dari tesis Ahmad Dahlan untuk meraih gelar Ph.D dari University of Malaya, Malaysia. Buku ini menjadi buku wajib di Negeri Jiran tersebut. Foto kanan: Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Robert Blake (nomor dua dari kiri), ketika membawa 11 pengusaha dari perusahaan yang bergabung di asosiasi bisnis AS, berkunjung ke Batam, pada Kamis (29/1/2015). Foto: jawapos.com dan tanjungpinangpos.co.id"]
[/caption]1432386833729815145Smart Social and Infrastructure
Untuk memenuhi tanggung jawab yang tidak ringan itulah Walikota Batam, Ahmad Dahlan, jauh-jauh hari sudah mencanangkan gerakan Kota Batam menjadi smart city, Kota Cerdas. Spirit gerakan ini ia gelorakan ke berbagai lapisan masyarakat Kota Batam. Salah satunya ke kalangan mahasiswa, yang pada waktunya akan menjadi aktor-aktor intelektual untuk memajukan Kota Batam. Ahmad Dahlan percaya bahwa untuk menggulirkan Kota Batam menjadi Kota Cerdas yang berkelanjutan, dibutuhkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tinggi. Kampus adalah salah satu sumber SDM tersebut.
Maka, pada Kamis (16/4/2015) lalu, Ahmad Dahlan sengaja memberikan Kuliah Umum bertema Batam The Smart City di aula Kampus Universitas Riau Kepulauan (Unrika), Kota Batam. Kuliah Umum tersebut dihadiri hampir seribu mahasiswa dari berbagai jurusan di Unrika. Menurut Ahmad Dahlan, ada tiga konsep smart yang harus disiapkan sebuah kota untuk menuju kota yang cerdas: smart social and infrastructure, smart economy, dan smart environment.
Bagaimana dengan Kota Batam? Apa yang sudah disiapkan Kota Batam? Dalam konteks smart social and infrastructure, Kota Batam, menurut Ahmad Dahlan, sudah cukup memadai dalam penyediaan infrastruktur utama. Batam telah memiliki 6 waduk utama dan satu waduk yang kini sedang dibangun di Kelurahan Tembesi, guna memenuhi kebutuhan air bersih di Batam. Listrik juga telah dialirkan hingga ke pelosok Batam dan mampu mencakup seluruh bidang, baik industri maupun rumah tangga.
Mengingat Kota Batam terus menggaet industri, kebutuhan listrik dapat dipastikan akan terus bertambah. Hal ini mendapat support positif dari Pemerintah Pusat. Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, berkomitmen penuh, untuk merealisasikan apa yang menjadi keinginan dan harapan seluruh masyarakat Provinsi Kepri, yakni ada suplay gas dari Pulau Natuna ke Perusahaan Listrik Negara (PLN) Batam.
Titik temu kepastian terealisasinya pasokan suplay gas dari Natuna tersebut disampaikan Sudirman Said dalam Rapat Pembahasan Jadwal Penyelesaian Pipa Ruas 1 dan Pembahasan Durasi Kontrak DMO Gas Gajah Baru Natuna di Bright PLN, Batam Center, Rabu (18/2/2015) lalu. Hal tersebut tentu akan memperkuat posisi Kota Batam, karena ketersediaan cadangan listrik yang lebih dari cukup, untuk menyambut hadirnya sejumlah investor baru. Listrik merupakan unsur vital dari sebuah kota industri.
[caption id="attachment_367314" align="aligncenter" width="576" caption="Walikota Batam, Ahmad Dahlan, terus memotivasi generasi muda untuk sungguh-sungguh menggali ilmu demi membangun Kota Batam menjadi lebih baik. Kini, ada 9 perguruan tinggi di Kota Batam, yang merupakan wadah untuk mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) demi menuju Kota Batam menjadi kota industri yang modern, Kota Cerdas. Ahmad Dahlan berfoto bersama setelah memberikan Kuliah Umum dengan tema Perkembangan Kota Batam Menuju Kota Industri Modern, pada Selasa, 25 Maret 2014, di Aula Kampus Politeknik Negeri Batam. Foto: polibatam.ac.id "]
[/caption]1432386910980881559Smart Economy dengan Penuh Antisipasi
Dalam konteks smart economy, Ahmad Dahlan menuturkan, pertumbuhan ekonomi di Kota Batam sangat baik. Ini terlihat dari angka investasi yang masuk, baik investor asing maupun investor dalam negeri. Tiap tahun terus meningkat. Saat ini, 70 persen investasi di Batam adalah dari investor asing, selebihnya dari investor lokal. Di berbagai penjuru Kota Batam, telah berdiri 23 kawasan industri yang mempekerjakan hampir 500 ribu tenaga kerja lokal dan 6 ribu tenaga kerja asing.
Karena itulah lalu-lintas orang dan barang, dari dan ke Kota Batam, terbilang padat. Aktivitas ekonomi yang tinggi tersebut, nyaris tidak kenal waktu. Siang maupun malam, week days maupun week end. Ini ditandai dengan terus bertambahnya jadwal penerbangan dari berbagai kota di tanah air, serta dari berbagai negara di dunia. Tingginya koneksi melalui jalur penerbangan ini, sudah diantisipasi Batam sebelumnya, dengan membangun infrastruktur bandara yang baik.
Patut dicatat, landasan pacu Bandara Hang Nadim di Batam, merupakan landasan pacu yang terpanjang di Indonesia, mencapai 4.025 meter. Bandingkan dengan Bandara Kuala Namu yang landasannya 3.750 meter, Bandara Soekarno-Hatta dengan landasan 3.660 meter, dan Bandara Ngurah Rai yang landasannya 3.000 meter. Antisipasi tersebut menunjukkan bahwa Kota Batam sejak awal memang sudah dirancang sebagai kota industri masa depan. Akses keluar-masuk Batam, bukan hanya melalui Bandara Hang Nadim, tapi juga melalui pelabuhan laut.
Ada Pelabuhan Internasional Logistik yang menghubungkan Kota Batam dengan Singapura dan Malaysia: Batu Ampar, Kabil, dan Sekupang. Ada Pelabuhan Internasional Penumpang: International Ferry Terminal Batam Centre, Harbour Bay Batu Ampar, Batu Merah, Nongsa, Waterfront City, dan Sekupang. Ada Pelabuhan Domestik Penumpang: Harbour Bay Batu Ampar, Sekupang, dan Telaga Punggur. Ketersediaan berbagai opsi transportasi tersebut, makin membuka Kota Batam untuk diakses banyak pihak.
[caption id="attachment_367315" align="aligncenter" width="600" caption="Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, didampingi Walikota Batam, Ahmad Dahlan, menanam tanaman khas daerahnya, Kantil, di alun-alun Kota Batam, Dataran Engku Putri, memperingati Hari Lingkungan Hidup Dunia, Jumat (6/6/2014). Ini merupakan komitmen Ahmad Dahlan menata lingkungan hidup Kota Batam, dengan mengajak Gubernur dari seluruh Indonesia menanamkan tumbuhan khas daerah masing-masing di Batam. Seluruh pohon yang ditanam 33 Gubernur tersebut, nantinya akan dipindahkan ke Kebun Raya Batam yang akan mulai dibangun tahun 2017. Foto: infopublik.id"]
[/caption]14323870041470176128Smart Environment dengan Yokohama
Konteks yang tak kalah pentingnya dalam membangun Kota Cerdas adalah smart environment. Dalam hal ini, bagaimana sebuah kota merancang serta menerapkan pembangunan kota yang ramah lingkungan, agar masyarakat memiliki tempat tinggal yang layak huni, sehat, dan nyaman. Untuk mengimplementasikan smart environment ini, Kota Batam menjalin kerjasama dengan pemerintah kota Yokohama, Jepang.
Walikota Batam, Ahmad Dahlan, menjelaskan, salah satu alasan memilih kerjasama dengan Yokohama, karena Pemerintah Kota Yokohama telah berpengalaman men-support beberapa kota di dunia menjadi smart dalam pengelolaan lingkungan hidup, di antaranya Kota Cebu (Filipina), Kota Da Nang (Vietnam), dan Kota Bangkok (Thailand). Pada Sabtu (25/4/2015), Mayor of Japan’s Yokohama City, Hashimoto dan Nakamura, datang langsung ke Batam, sebagai langkah awal menandai kerjasama dua kota besar di dua negara berbeda ini.
Untuk pembiayaan program smart environment ini, Hashimoto akan menggandeng Japan International Coorporation Agency (JICA) dan Asian Development Bank (ADB). Sebenarnya, rencana kerjasama ini sudah dirintis sejak tahun lalu, ketika Ahmad Dahlan berkunjung ke Yokohama pada Agustus 2014. Ia menyadari bahwa pengelolaan lingkungan di sebuah kota industri seperti Kota Batam, tentulah bukan hal yang mudah. Untuk mencapai hasil yang maksimal, sudah sepatutnya Kota Batam bekerjasama dengan Yokohama yang sudah berpengalaman.
Jakarta, 23 Mei 2015
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI