Misalnya, senam lansia dan pemeriksaan kesehatan secara gratis, seperti yang dilaksanakan di pasar tradisional Nyanggelan, Kelurahan Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, pada Selasa (24/2/2015). Acara jenis ini diminati para kaum ibu, hingga mereka tergerak untuk datang. Agar suasananya menyenangkan dan fun, diadakan juga beberapa jenis hiburan. Melalui acara semacam itu, yang datang bukan hanya warga sekitar tapi juga warga di luar kecamatan yang bersangkutan.
Melancaran tersebut dilaksanakan secara bergiliran di 4 kecamatan yang ada di Kota Denpasar. Acara ini bukan hanya bermanfaat mendatangkan kaum ibu untuk berbelanja di pasar tradisional tapi sekaligus mengaktifkan para anggota PKK di tiap kecamatan. Menggalang partisipasi publik melalui melancaran serta menggairahkan transaksi ekonomi di pasar tradisional, bisa terlaksana secara bersamaan pada waktu dan tempat yang sama.
[caption id="attachment_366489" align="aligncenter" width="650" caption="Tim PKK Kota Denpasar, yang dipimpin Ny. Selly Dharmawijaya Mantra, merancang berbagai event secara bergiliran di berbagai pasar tradisional yang tersebar di 4 kecamatan di Kota Denpasar. Melalui event tersebut, kaum ibu berdatangan ke pasar tradisional sekaligus berbelanja di sana. Kegiatan ini sekaligus juga mengaktifkan anggota PKK yang ada serta memperkuat organisasi yang bersangkutan. Foto: denpasarkota.go.id "]
Carry Sebagai Guide Informal
Ada komponen lain di pasar tradisional di Kota Denpasar, yang tak bisa diabaikan. Mereka adalah para perempuan yang menawarkan jasa berbelanja kepada para turis, sekaligus membawakan belanjaan sang turis. Mereka ini dikenal dengan istilah carry. Para turis mancanegara kerap memanfaatkan jasa mereka, agar lebih mudah menemukan barang yang mereka inginkan. Misalnya, turis tersebut ingin membeli buah segar, membeli ikan yang dikeringkan, dan bumbu siap pakai.
Berkat panduan carry, turis tersebut dengan cepat dan tepat menemukan lokasi barang yang ingin dibeli. Turis itu pun tak perlu repot menjinjing-jinjing barang karena sudah ada yang membawakan belanjaan mereka. Konsekuensinya, harga yang harus dibayarkan sang turis untuk tiap barang yang ia beli, pasti di atas harga normal. Untuk konteks ini, sudah ada kesepakatan tidak tertulis antara para pedagang di pasar tradisional dengan para carry tersebut.
Artinya, seorang carry, selain mendapat upah dari sang turis, juga mendapatkan kelebihan harga hasil markup yang dilakukan pedagang. Para pedagang di pasar tradisional di Kota Denpasar menyebut praktek markup ini sebagai bagi-bagi rezeki. Toh harga yang dibayar turis adalah harga yang sudah disepakati, hasil tawar-menawar antara turis sebagai pembeli dan pedagang sebagai penjual. Mekanisme tawar-menawar ini adalah salah satu kekhasan pasar tradisional.
Terkait dengan program Denpasar Heritage City Tour, para carry ini dilatih serta dibina oleh Pemda Kota Denpasar agar bisa berperan sebagai guide informal, hingga turis yang berkunjung ke pasar tradisional merasa nyaman. Dalam pembinaan itu, perwakilan dari Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) dan Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI) menekankan pada edukasi mengenai etika dan cara-cara memandu wisatawan.
Jakarta, 19 Mei 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H