Mengayomi Sepenuh Hati
Selama mengikuti UN 2015 ini, guru dari mata pelajaran yang diujikan, secara bergantian mendampingi murid di rumah sewa tersebut. Misalnya, besok yang diujikan mata pelajaran Bahasa Indonesia, maka malam ini guru mata pelajaran Bahasa Indonesia akan mendampingi murid belajar di sana. Demikian juga dengan mata pelajaran yang lain. Melalui pendampingan ini, murid dengan leluasa mendalami mata pelajaran yang bersangkutan secara intensif.
Persiapan yang sungguh-sungguh ini mereka tempuh untuk mencapai hasil yang maksimal. Murid berjuang, guru memperjuangkan murid, orang tua memotivasi anak, dan pengelola sekolah mengayomi seluruh proses tersebut dengan sepenuh hati. Muhammad Zabur, pemilik MTs Syuhada, bukan hanya mengayomi, tapi ia telah dan akan terus mengerahkan seluruh jiwa-raga serta sebagian hartanya untuk kebangkitan sekolah ini.
Muhammad Zabur, 51 tahun, sesungguhnya adalah seorang petani, warga Desa Aur Cina. Ia mendirikan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Syuhada ini karena prihatin melihat tingginya angka putus sekolah di desanya. Sebagian besar warga desanya tidak mampu menyekolahkan anak mereka ke jenjang sekolah menengah, karena alasan ekonomi. Sekolah menengah adanya di lain desa, hingga membutuhkan biaya yang mahal untuk transportasi dan kebutuhan sekolah lainnya.
Karena itulah Muhammad Zabur menguatkan niatnya untuk mendirikan Madrasah Tsanawiyah di desanya, agar anak-anak warga desa bisa mengenyam pendidikan sekolah menengah. Muhammad Zabur bertekad sejak awal, Madrasah Tsanawiyah yang akan ia dirikan, tidak memungut biaya apa pun kepada murid alias full gratis. Ia ingat pesan dari kedua orangtuanya, agar ia bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi masyarakat, di bidang kemanusiaan.
[caption id="attachment_366376" align="aligncenter" width="681" caption="Foto kiri: Suasana proses belajar-mengajar di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Syuhada pada tahun 2014. Foto kanan: ruang kelas dan meja belajar tahun 2015 sudah dicat untuk menambah kenyamanan dalam menuntut ilmu. Pendidikan adalah proses yang tiada henti, sebagaimana proses kehidupan itu sendiri. Foto: 3.bp.blogspot.com dan tempo.co"]
Memang Gila untuk Edukasi
Muhammad Zabur akhirnya secara nyata mewujudkan berdirinya sekolah menengah di desanya, yang kemudian ia beri nama Madrasah Tsanawiyah (MTs) Syuhada, setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), pada 30 Maret 2012. Sekolah ini berada di Jl. Depati 6, Desa Aur Cina, dan benar-benar tidak memungut biaya apa pun kepada murid alias full gratis. Tahun 2015 ini, untuk pertama kalinya, ada 10 murid sekolahnya yang mengikuti Ujian Nasional.