Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pasar Klewer, Pasar Johar, dan tentang Kepedulian Kita

16 Mei 2015   19:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:55 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_366136" align="aligncenter" width="543" caption="Pasar Klewer, Solo, terbakar pada Sabtu, 27 Desember 2014 dan Pasar Johar, Semarang, terbakar juga pada Sabtu, 9 Mei 2015. Kedua pasar tersebut juga sama-sama berada di Provinsi Jawa Tengah. Kedua pasar itu pun sama-sama pasar yang sangat bersejarah. Dari musibah kedua pasar ini, kita bisa berkaca tentang kepedulian kita. Foto: kompas.com dan tribunjateng.com "][/caption]



Ketika Pasar Johar terbakar, kita tahu bahwa pasar yang bersejarah itu tidak dilengkapi sistem penanggulangan kebakaran. Kita juga tahu, rupanya pilar hidran hanya ditemukan di bagian depan pasar, itu pun tidak berfungsi optimal. Empat bulan sebelumnya, ketika Pasar Klewer terbakar, kita juga tahu, ternyata hidran yang berada di dalam pasar tersebut, tidak berfungsi.

Akibatnya, petugas pemadam kebakaran di kedua pasar tersebut tidak mendapatkan sumber air terdekat dengan jumlah yang cukup untuk segera memadamkan api. Akibat lanjutannya, proses pemadaman berlangsung dalam waktu yang lama, yang tentu saja kalah cepat dibanding kerakusan api melahap bangunan pasar beserta isinya. Pada akhirnya, api memang padam, tapi setelah semuanya berubah menjadi abu… dan debu.

Kalaulah Benar Kita Peduli

Kalaulah benar kita peduli kepada rakyat, kita pastilah sangat paham, betapa berartinya kedua pasar itu bagi kehidupan rakyat. Ada ratusan orang, bahkan mungkin ribuan nyawa, yang telah bertahun-tahun menggantungkan sumber penghidupan mereka di pasar tersebut. Secara angka pun, ada ratusan juta, bahkan mungkin miliaran rupiah uang yang berputar di pasar itu dalam sebulan.

Meski demikian, nyatanya tak ada yang peduli dengan kedua pasar tersebut, tak ada yang mau tahu, apakah perangkat pemadam kebakaran di kedua pasar itu masih layak atau tidak, memadai atau tidak, berfungsi atau tidak. Juga, tak ada yang peduli, apakah pernah atau tidak, diadakan latihan pemadaman kebakaran di kedua pasar tersebut.

Padahal, sebagai sebuah pasar, sebuah ruang publik, tentulah ada standar minimal yang menyertainya. Misalnya, ada toilet umum, ada air bersih, ada musholla, dan ada perangkat pemadam kebakaran. Selain itu, ada struktur standar yang mengelola sebuah pasar. Misalnya, ada kepala pasar, ada petugas kebersihan, dan ada petugas keamanan.

Pertanyaannya, apakah kedua pasar tersebut memenuhi standar minimal sebuah pasar? Dari sektor perangkat kebakaran, jelas tidak memenuhi. Dari aspek kepemimpinan, apakah kedua pasar tersebut memiliki Kepala Pasar? Bila ada, maka statusnya tak lebih dari wujud hidran yang ada di kedua pasar itu: ada tapi tidak berfungsi optimal. Ada tapi tak memiliki kepedulian.



14317777881769882433
14317777881769882433

Ini adalah petikan berita tentang kebakaran Pasar Johar, Semarang, dari print.kompas.compada Senin (11/5/2015) lalu. Juga, terlampir petikan berita tentang kebakaran Pasar Klewer, Solo, darirepublika.co.idpada Senin (29/12/2014) lalu. Setidaknya, ini menjadi catatan bagi kita semua, tentang realitas sistem penanggulangan kebakaran di kedua pasar tersebut. Juga, menjadi catatan tentang kepedulian kita terhadap mereka yang disebut rakyat, terhadap sesuatu yang kita nilaibersejarah.

14317770783915153
14317770783915153

Kalaulah Benar Ada Tanggung Jawab


Pertanyaan berikutnya, apakah Pemerintah Kota Surakarta atau Solo, tempat berdirinya Pasar Klewer, menerima masukan pajak dari transaksi yang terjadi di Pasar Klewer? Kalau iya, berarti Pemda Kota Solo telah menempatkan Pasar Klewer sebagai aset yang bernilai ekonomi. Pemda yang bertanggung jawab tentulah memelihara aset ekonomi yang dimilikinya, karena itu menjadi salah satu sumber pendapatan pajak bagi Pemda yang bersangkutan. Demikian pula halnya dengan Pasar Johar bagi Pemda Kota Semarang.

Pemda Kota Solo dan Pemda Kota Semarang, bukanlah Pemda yang baru terbentuk kemarin sore. Walikota kedua kota itu sudah berganti beberapa kali. Artinya, mereka tentulah paham tentang tata-kelola Pemda serta bagaimana strategi menata Pasar yang menjadi aset ekonomi di wilayah mereka. Dengan demikian, Pemda yang bersangkutan juga memahami sepenuhnya hak dan tanggung jawab mereka terhadap tiap aset ekonomi tersebut.

Bila Pemda Kota Solo dan Pemda Kota Semarang memiliki Petugas Pajak untuk memungut pajak dari transaksi yang terjadi di Pasar Klewer dan Pasar Johar, maka sudah semestinya kedua Pemda tersebut juga memiliki Petugas Pemadam Kebakaran, yang salah satu tugasnya melindungi keberadaan kedua pasar tersebut, dari bahaya kebakaran. Dengan kondisi hidran di Pasar Klewer dan Pasar Johar tersebut, keberadaan Petugas Pemadam Kebakaran di kedua Pemda itu tak lebih dari wujud hidran yang ada di sana: ada tapi tidak berfungsi optimal. Ada tapi tak memiliki kepedulian.

Kalaulah Benar Kita Cermat

Sesuatu yang bersejarah, sesuatu yang bernilai, pada akhirnya hanya untuk dilupakan, diabaikan. Karena, ketidakpedulian sudah menjadi bagian dari tradisi kita. Bahkan, mungkin sudah mendarah-daging. Masalah kelengkapan perangkat penanggulangan kebakaran di Pasar Klewer dan Pasar Johar, sesungguhnya bukan hal baru. Media sudah mengungkapkannya sejak beberapa tahun lalu. Namun, apa yang diungkapkan tersebut, pada akhirnya hanya untuk dilupakan, diabaikan.



14317773011673561681
14317773011673561681

Ini adalah petikan berita tentang kelengkapan perangkat penanggulangan kebakaran di Pasar Johar, Semarang, dari Suara Merdekapada Senin (12/9/2011) lalu.Juga, terlampir petikan berita tentang kelengkapan perangkat penanggulangan kebakaran di Pasar Klewer, Solo, dari Suara Merdekapada Selasa (11/3/2003) lalu. Setidaknya, ini menjadi catatan bagi kita semua, tentang realitas sistem penanggulangan kebakaran di kedua pasar tersebut. Juga, menjadi catatan tentang kepedulian kita terhadap mereka yang disebut rakyat, terhadap sesuatu yang kita nilaibersejarah.

14317774151930275704
14317774151930275704

Kalaulah benar kita cermat membaca apa yang diungkapkan media tersebut, tentulah sejumlah langkah antisipasi sudah dilakukan. Bahwa bencana kebakaran adalah sesuatu yang di luar kendali kita, setidaknya dengan persiapan perangkat penanggulangan kebakaran yang memadai, proses pemadaman tentu akan lebih cepat. Ini juga mungkin bisa meminimalkan tingkat kerugian yang harus ditanggung para pedagang, yang sesungguhnya adalah rakyat.

Tapi, ya begitulah realitasnya. Di musim kampanye, pasar memang menjadi tempat favorit bagi politisi untuk menebar janji mereka. Pasar Klewer mungkin sudah berkali-kali didatangi politisi. Demikian pula dengan Pasar Johar. Apakah kedatangan mereka sama artinya dengan nilai kepedulian mereka? Setelah Pasar Klewer dan Pasar Johar jadi abu, kita tahu bahwa sesungguhnya mereka tidak memiliki kepedulian. Sesuatu yang bersejarah, sesuatu yang bernilai, pada akhirnya hanya untuk dilupakan, diabaikan.


Jakarta, 16 Mei 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun