Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

SCM Summit, Dongkrak Industri Lokal dan Multiplier Effect

15 April 2015   18:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:03 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_360984" align="aligncenter" width="632" caption="Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) berkomitmen mengutamakan peran industri dalam negeri dalam kegiatan operasionalnya, untuk meningkatkan multiplier effect bagi perekonomian nasional. Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, meminta agar semua pihak men-support penggunaan local content di industri hulu Migas. Foto: skk migas dan koleksi pribadi"][/caption]

Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)

Di satu sisi, Indonesia ingin meningkatkan produksi Migas nasional. Di sisi lain, Indonesia juga ingin menumbuhkan industri dalam negeri yang relevan dengan industri hulu Migas. Untuk mencapai dua keinginan utama itulah, Indonesia Supply Chain Management (SCM) Summit 2015 digelar di Jakarta Convention Center (JCC), 14-16 April 2015.

Amien Sunaryadi, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), bicara di hadapan sekitar 1.000 hadirin SCM Summit 2015, pada Selasa pagi (14/4/2015), hari pertama event tersebut. Kepada mereka yang memenuhi JCC, menggarisbawahi pentingnya dialog yang intens dalam forum SCM Summit 2015 ini, agar kedua tujuan utama Indonesia tersebut tercapai, dengan tetap menghormati kepentingan berbagai pihak yang terkait dengan industri hulu Migas.

Menjaga Kepentingan, Mencapai Tujuan

Industri hulu Migas, bukan saja mengandung resiko dan keuntungan yang besar, tapi juga berada dalam pusaran kepentingan banyak pihak, yang tak kalah besarnya. Karena itulah dibutuhkan SCM Summit 2015 ini, yang merupakan forum komunikasi para profesional pengelola pasokan hulu Migas dengan pejabat pemerintah dan pemimpin bisnis Migas.

Sebagian besar dari 1.000 hadirin yang memenuhi JCC pada Selasa pagi itu adalah mereka yang menjadi pengendali sektor hulu Migas. Baik dalam konteks kebijakan, maupun para pemegang kunci hulu Migas di sektor teknis dan bisnis. Sebagai penyelenggara SCM Summit 2015, SKK Migas, Petronas, dan British Petroleum menghadirkan seluruh pemangku kepentingan di seluruh lini Migas.

Tujuannya tentu saja agar sebanyak mungkin pihak memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan harapan dan kepentingan masing-masing, hingga tercapai titik-temu yang win-win solution. Untuk meraih kondisi ideal tersebut, memang bukan hal yang mudah. Apalagi di tengah kondisi politik di pemerintahan Joko Widodo yang relatif baru berjalan efektif beberapa bulan.

Ada tarik-menarik demi kepentingan politik, ada pula hasrat yang berlebih demi meraih benefit secara bisnis. Yang menjadi payung besar di antara kepentingan politik dan kepentingan bisnis tersebut adalah kepentingan nasional, kesejahteraan rakyat Indonesia secara keseluruhan. SKK Migas adalah lokomotif pemegang amanah undang-undang, yang senantiasa mengedepankan kesejahteraan rakyat Indonesia sebagai acuan dari tiap kebijakan yang digulirkan.

[caption id="attachment_360985" align="aligncenter" width="576" caption="Mereka para profesional di industri hulu minyak dan gas bumi. Di SCM Summit 2015, mereka bertemu, bertatap-muka, dan saling berbagi pengalaman untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui Migas. Melalui sejumlah forum diskusi, baik formal maupun informal, mereka sama-sama sepakat untuk terus meningkatkan local content di berbagai lini usaha yang mereka lakukan. Foto: koleksi pribadi"]

1429095260709238333
1429095260709238333
[/caption]


Local Content, Industri Nasional

Penggunaan local content atau produk industri dalam negeri untuk menunjang operasional industri hulu Migas, senantiasa menjadi perdebatan dari tahun ke tahun. Kontraktor Migas cenderung memilih untuk menggunakan produk asing, yang konsekuensinya harus diimpor dari negara lain. Ada banyak faktor yang menjadi item perdebatan, terutama yang berkaitan dengan kualitas produk.

Aspek kualitas produk dalam negeri dan produk impor di industri hulu Migas, kerap menjadi bottle neck, yang menghambat lajunya operasional. Menurut Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, untuk bisa meningkatkan kapasitas industri penunjang dalam negeri, mau tidak mau, ya dibutuhkan intervensi pemerintah yang mewajibkan kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) Migas untuk menggunakan produk dalam negeri.

”Tanpa adanya kewajiban tersebut, maka KKKS Migas masih akan tetap memilih menggunakan produk impor,” ujar Amien Sunaryadi. Salah satu wujud dari intervensi pemerintah tersebut, tercermin pada instruksi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, yang ingin mencantumkan kewajiban menggunakan local content dalam draf revisi Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 2001, tentang Migas.

Demi capaian tersebut, SCM Summit 2015 ini sengaja menetapkan Empowering National Capacity through Strategic Supply Chain Management in Upstream Oil & Gas Industry atau Memberdayakan Kapasitas Nasional melalui Pengelolaan Rantai Suplai secara Strategis dalam Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagai tema utama. Kenapa kapasitas nasional? Kenapa local content? Pertama, untuk mendongkrak pertumbuhan industri dalam negeri, yang relevan dengan industri hulu Migas. Kedua, secara finansial, investasi Kontraktor Migas bisa tetap bertahan dalam negeri, tanpa harus membuang devisa saat mengimpor.

[caption id="attachment_360986" align="aligncenter" width="576" caption="Sejumlah topik penting mereka agendakan untuk dibahas serta dirumuskan bersama-sama. Sejumlah ahli dari berbagai bidang, mereka datangkan untuk memberikan pencerahan. Semua itu mereka lakukan untuk meningkatkan kapasitas nasional, untuk menggerakkan ekonomi nasional, yang kemudian bermuara pada kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Foto: koleksi pribadi"]

1429095426562131203
1429095426562131203
[/caption]


Multiplier Effect, Lapangan Kerja

Dengan terdongkraknya pertumbuhan industri dalam negeri, otomatis ketersediaan lapangan kerja juga turut bertambah. Jumlah tenaga kerja yang terserap akan meningkat. Ini juga otomatis akan mengurangi angka pengangguran. Dalam skala yang lebih luas, ini berarti tenaga kerja yang bersangkutan, dengan penghasilan mereka, akan menghidupi keluarga masing-masing.

Dalam konteks sosial-ekonomi, itulah yang disebut multiplier effect. Amien Sunaryadi sengaja menekankan hal tersebut, agar semua pihak men-support penggunaan local content di industri hulu Migas. Dengan kata lain, intervensi pemerintah pada aspek penggunaan produk dalam negeri ini, hendaklah dijadikan momentum bagi kalangan industri nasional agar terus dan terus membenahi diri serta meningkatkan kualitas produk mereka.

Untuk mempertegas pernyataannya, Amien Sunaryadi mengutip hasil kajian Universitas Indonesia mengenai multiplier effect di kegiatan hulu migas bagi perekonomian nasional. Kepala SKK Migas tersebut menyebutkan, setiap Rp 1 Miliar yang dibelanjakan oleh sektor hulu Migas di dalam negeri, akan berdampak positif terhadap penciptaan lapangan kerja bagi 10 orang, peningkatan produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp 700 Juta, dan menaikkan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 200 Juta.

Paparan Amien Sunaryadi tersebut, memperlihatkan kepada semua pihak, betapa besar dan panjang mata-rantai tercipta dari aktivitas industri hulu Migas dalam negeri. Maka, tak ada jalan lain, industri dalam negeri yang menjadi penunjang operasional hulu Migas, harus melipatgandakan inovasi mereka, agar kualitas produk yang mereka hasilkan mampu bersaing dengan produk sejenis dari luar negeri.

Menteri Koordinator Kemaritiman, Dwisuryo Indroyono Soesilo, yang membuka SCM Summit 2015, menyadari bahwa kemampuan industri lokal untuk memasok barang dan jasa di sektor minyak dan gas, relatif masih kurang. Itu harus terus ditingkatkan. Selain itu, Indroyono juga ingin agar industri jasa, seperti survei seismik di laut ditingkatkan. Menurut Indroyono, saat ini, persentase survei seismik di laut, baru sekitar 15 persen. Di darat sudah mencapai 60 persen. Artinya, masih terbuka peluang untuk dikembangkan.

Jakarta, 15 April 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun