[caption id="attachment_354535" align="aligncenter" width="621" caption="Keberadaan toilet di suatu tempat sesungguhnya merepresentasikan kepribadian masyarakat setempat. Gerakan toilet bersih ini difestivalkan, agar masyarakat bisa menerimanya dengan senang dan gembira, sama seperti saat mereka menikmati festival budaya atau festival musik. Launching Festival Toilet Bersih dilakukan di Taman Blambangan, Banyuwangi, Jumat (30/1/2015), berlangsung setahun penuh. Foto: indopos.co.id dan pelitaonline.com"][/caption]
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Merawat apa yang kita punya, tak semudah mengatakannya. Menyadari kelemahan yang kita miliki, tak banyak yang tergugah untuk membenahi. Warga Banyuwangi memulainya dengan membersihkan toilet, sebagai gerakan introspeksi, karena kebersihan toilet selama ini sering terabaikan.
Maklum, warga Banyuwangi, juga mungkin warga di daerah lain, menempatkan toilet di bagian belakang rumah. Lokasinya di pojokan, dengan kondisi lantai, dinding, serta ventilasi yang kerap serba seadanya. Perawatannya pun seringkali sambil lalu, hingga kebersihannya tidak sebagaimana mestinya. Padahal, tiap penghuni rumah, pasti ke toilet, setidaknya 2-3 kali sehari.
Kesadaran warga untuk membersihkan toilet inilah yang digugah Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, dengan menggelar Festival Toilet Bersih. Barangkali, ini untuk pertama kalinya kebersihan toilet difestivalkan di Indonesia. Sasaran utamanya, bukan mendorong warga untuk membangun toilet secara besar-besaran, yang membuat warga harus merogoh kocek. Tapi, memotivasi warga untuk senantiasa membersihkan toilet, demi kesehatan penggunanya.
Toilet Bersih, Indikator Higienis
Abdullah Azwar Anas terkesan melihat toilet yang bersih serta terawat dengan baik, di tempat-tempat umum di Malaysia. Ia membandingkan dengan kondisi toilet umum di Indonesia, baik di bandara, terminal bis, juga di kawasan wisata, yang sebagian besar tidak terjaga kebersihannya, aromanya menusuk hidung, dan dapat dipastikan tidak higienis. Padahal, Malaysia dan Indonesia kan sama-sama negara berkembang, dengan berbagai kebiasaan yang hampir mirip.
Anas kemudian mengaitkan hal itu dengan data yang dijabarkan dalam World Economic Forum, yang menempatkan Indonesia di posisi bawah, jika dilihat dari kategori higienis atau kebersihan lingkungan. Dari 144 negara, kata Anas, Indonesia berada pada posisi 122. Anas juga mengaitkan hal itu dengan kebiasaan turis mancanegara kalau hendak berkunjung ke salah satu tempat di Indonesia, indikator pertama mereka adalah toilet.
Artinya, kondisi toilet suatu tempat wisata, menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan para turis asing untuk berkunjung. Wisatawan akan merasa nyaman untuk berlama-lama di suatu tempat wisata, karena di sana tersedia toilet yang bersih dan mudah dijangkau. Dan, sebagaimana galibnya para turis, mereka akan bercerita, baik secara langsung maupun melalui media sosial, tentang tempat-tempat yang sudah mereka kunjungi.
Karena itulah, Anas menilai, ada korelasi antara kondisi toilet yang bersih, terutama di lokasi pariwisata, dengan daya tarik kunjungan wisatawan. Anas tak ingin mengecewakan turis yang sudah berkunjung ke Banyuwangi. Ia ingin agar turis yang datang ke Banyuwangi, baik dari mancanegara maupun domestik, bisa dengan leluasa mengakses toilet umum yang terjaga kebersihannya, yang aromanya menyenangkan, dan dapat dipastikan higienis.
Kesadaran akan pentingnya kebersihan toilet itulah yang hendak ditanamkan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, dalam diri tiap warganya. Maka, dengan sengaja, kebersihan toilet difestivalkan, untuk membudayakan warga dalam menjaga kebersihan toilet. Untuk menumbuhkan kesadaran warga secara menyeluruh. Ini bagian dari upaya Anas untuk menggalang partisipasi warga. Bukan dengan aturan dan ancaman. Bukan pula dengan tekanan dan pemaksaan. Tapi, dengan menggugah kesadaran warga, demi kesehatan bersama.