[caption id="attachment_331516" align="aligncenter" width="540" caption="Bank Hana merger dengan Korea Exchange Bank (KEB). Dijelaskan oleh Lee Hwa Soo, Wakil Direktur Utama Bank KEB Hana, marger ini dilakukan selain sebagai strategi global, juga untuk memenuhi regulasi Indonesia tentang Single Present Policy. Foto: kontan.co.id"][/caption]
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
Dengan 40 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, Hana Bank sejak awal secara jeli sudah membidik pasar anak muda. Bank terbesar di Korea Selatan ini mengeksekusi strateginya sejak mengawali bisnis di sini, tahun 2007.
Beasiswa untuk 70 Mahasiswa
Secara nama, Hana Bank adalah nama yang indah. Mudah diucapkan oleh lidah orang Indonesia dan familiar di kuping yang mendengarnya. Karena sadar bahwa nama itu bukan sesuatu yang terasa asing bagi masyarakat luas, makanya corporate communication bank ini langsung tancap gas dengan memberikan beasiswa kepada 70 mahasiswa di 6 perguruan tinggi di sini.
Gemanya pastilah terasa, meski mungkin belum terlalu kuat. Yang justru mencengangkan adalah karena beasiswa itu diberikan sejak awal memulai bisnis di sini. Artinya, sebelum meraup laba, Bank Hana sudah berbagi, sudah memberi, dan sudah menunjukkan kepedulian. Bukan asal peduli, tentunya. Justru dengan sangat strategis, bank ini memilih beasiswa untuk mahasiswa sebagai awal langkahnya.
Kenapa disebut strategis? Pertama, sebagaimana disebutkan Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Dr. Wendy Hatanto, Indonesia berada pada kondisi bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif, jauh lebih tinggi dari usia tidak produktif. Kedua, penduduk usia produktif, 15-64 tahun, sebagian berada di kampus dan sebagian lagi di dunia kerja.
Nah, Bank Hana memulai dengan merangkul penduduk usia produktif itu sejak mereka menjadi mahasiswa. Bank ini mulai menanam benih kepercayaan di kalangan mahasiswa. Bukankah salah satu dasar bisnis perbankan adalah trust? Pada saat yang sama, bank ini sekaligus juga menyemai benih kepercayaan kepada masyarakat luas dan government dengan menunjukkan kepedulian pada pendidikan.
Cocern pada Kualitas Manusia
Track pendidikan yang ditempuh Bank Hana, juga menjadi bagian dari strategi corporate communication bank ini untuk menunjukkan kepada publik bahwa mereka concern pada proses peningkatan kualitas manusia. Dan, sebagaimana kita tahu, bertahun-tahun negeri ini keteteran serta terus berjuang untuk itu, agar lahir sumber daya manusia yang handal, yang mampu membawa negeri ini pada kemajuan.
Bank Hana, dengan program beasiswa untuk mahasiswa, turut masuk barisan, menjadi bagian dari perjuangan masyarakat negeri ini. Barangkali, ini yang disebut sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui. Sepertinya, profesional Korea Selatan paham benar dengan kondisi dunia pendidikan Indonesia. Mereka rupanya tak sekadar tahu tapi juga piawai mengeksekusi how to communicate dari ide yang mereka miliki, sebagaimana dikemukakan Lee Jae Hak, CEO KEB Bank Hana, dan Jin Sung Oh, Presiden Direktur KEB Foundation.
Membangun manusia, meningkatkan kualitas manusia, memang bukan perkara membalikkan telapak tangan. Perjalanan seni bela diri Taekwondo, juga dieja Tae Kwon Do atau Taekwon-Do, di Indonesia setidaknya menunjukkan hal tersebut. Tak bisa diingkari, Taekwondo menjadi channel komunikasi yang penting bagi pengenalan Korea kepada masyarakat Indonesia.
Dan, itu sudah dimulai sejak tahun 1972, sekitar 42 tahun yang lalu. Tahun 80-an, ada sekitar 200.000 anggota Taekwondo di Indonesia yang secara aktif berlatih. Saya tidak punya data, berapa total orang Indonesia yang pernah tercatat menjadi anggota Taekwondo. Dalam skala internasional, diperkirakan kini, ada sekitar 60 juta orang di 156 negara yang pernah menekuni seni bela diri Korea tersebut.
Taekwondo untuk Latihan Kehandalan
Pada dasarnya, Taekwondo adalah seni bela diri dengan tangan kosong. Untuk menjadi manusia yang handal dengan tangan kosong, tentulah diperlukan latihan secara teratur dan terus-menerus. Spirit untuk terus berlatih demi menjadi manusia handal, itulah yang sudah tertanam 42 tahun dalam diri sebagian manusia Indonesia, sejak usia muda, di kala mereka berada di rentang usia produktif.
Tak bisa diingkari, di kalangan anak muda Indonesia, Korea pada tahun 70-an itu adalah Taekwondo dan Taekwondo adalah Korea. Dengan kata lain, Taekwondo menjadi brand of nation Korea. Secara budaya, Taekwondo menjalar ke seluruh pelosok negeri ini by nature. Perjalanan spirit itu pulalah yang agaknya tengah disusuri Bank Hana, dengan mengayomi anak muda, sejak mereka menjadi mahasiswa. Ini juga sekaligus menunjukkan strategi global yang positif dari bank asal Korea Selatan tersebut di bidang pendidikan, salah satunya dengan menggalang kerjasama dengan The British Council.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H