[caption id="attachment_347355" align="aligncenter" width="674" caption="Bob Sadino dengan Kem Chicks, fokus pada bisnis pertanian. Di supermarket premium itu, ia menjual lebih dari 18 ribu item yang didominasi produk makanan dan pertanian yang dihasilkan sejumlah anak perusahaan Kem Chicks. Ribuan petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menjadi bagian dari perjalanan bisnis yang menyasar kalangan ekspatriat tersebut. Foto: metrotvnews.com"][/caption]
Oleh: isson khairul (id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1/ - dailyquest.data@gmail.com)
If you’re a marketing leader, you often need to think like an artist. Dan, Bob Sadino, yang wafat Senin, 19 Januari 2015, lalu, bukan hanya berpikir seperti seorang seniman tapi keseluruhan hidupnya sangat kental dengan seni. Ia selalu memilih untuk berbeda, tak mau ikut arus. Om Bob bukan lagi seorang leader tapi sudah mewujud menjadi inspirator bisnis.
Bob Sadino bukan pula seorang konglomerat yang jaringan bisnisnya menggurita ke seluruh pelosok negeri. Kem Chicks, sejak didirikan tahun 1969, nyaris tak membuka kantor cabang, juga tidak meluaskan wilayah cakupan melalui sistem franchise. Sebagai supermarket yang fokus menyasar ekspatriat, Kem Chicks tetap fokus pada lini bisnisnya, tetap hanya satu di Kemang, Jakarta Selatan.
Hanya Ada Satu Kem Chicks
Kenapa hanya satu? Karena Bob Sadino merasa bahwa satu saja sudah cukup. Bob kemudian menjabarkan bahwa yang ia maksud dengan cukup adalah ketika ia mendapatkan sepiring nasi setelah tidak makan selama beberapa hari. Itu sudah cukup baginya. “Kalau hanya dengan satu Kem Chicks, saya sudah merasa cukup, kenapa harus dua?” begitu selalu ucapan Bob Sadino kepada tiap orang yang mendorong Kem Chicks membangun lini franchise.
Barulah pada tahun 2007, sekitar 38 tahun kemudian, Kem Chicks membuka outlet baru seluas 2.500 meter per segi di Pacific Place, Jakarta Selatan. Bob menyebut ekspansi tersebut bukan franchise tapi merupakan joint venture dengan Susi Darmawan, anak Hari Darmawan. "Aset milik anak saya, tapi pengelola anak buah Bob," ungkap Hari Darmawan, bekas bos Matahari Department Store itu.
Tradisi bisnis yang dikembangkan Bob Sadino, dengan bertahan di satu tempat, tentu pakem yang tak biasa di dunia bisnis. Sebagaimana bisa disaksikan, para pelaku bisnis justru berlomba-lomba meluaskan wilayah cakupan dengan membuka cabang. Ranch Market dan Farmers Market, misalnya. Kedua supermarket premium tersebut, sama-sama menyasar segmen ekspatriat dan kelas atas.
Dalam waktu singkat, jumlah kedua supermarket premium itu telah membiak menjadi 22 gerai, yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Cikarang, Surabaya, dan Balikpapan. Artinya, ada prinsip bisnis yang khas, yang dikembangkan Bob Sadino. Bertahan sekitar 38 tahun dengan hanya satu Kem Chicks, tentulah sebuah pilihan. Sepanjang kurun waktu itu, Bob bukannya tak ada dana untuk meluaskan cakupan bisnisnya. Tapi, ia telah memilih there is only one Kem Chicks.
[caption id="attachment_347356" align="aligncenter" width="640" caption="Bob Sadino adalah sosok yang penuh percaya diri. Di hadapan Presiden Suharto dan Ibu Tien, ia menjelaskan tentang strateginya mengelola bisnis pertanian serta pengalamannya membangun sinergi dengan petani. Om Bob berbagi ilmu bisnis kepada siapa saja. Bukan untuk membangun citra diri, bukan pula demi kedudukan. Ia konsisten dengan keahliannya dan mencintai profesinya. Foto: 1.bp.blogspot.com"]
Tak Tergoda dengan Politik
Bob Sadino memang sangat percaya diri mengelola bisnisnya. Ia yakin pada pilihannya dan tak ragu untuk berbeda dengan yang lain. Sebagaimana layaknya seorang seniman, yang berjuang untuk melahirkan karya yang berbeda, demikian pula halnya Bob. Di awal reformasi 1998, banyak pebisnis yang merapat ke partai politik, untuk menjadi bagian dari kekuasaan. Tapi, Bob tak tergoda.
Demikian pula halnya tatkala para pebisnis rame-rame memasuki sektor agribisnis di masa krisis moneter, Bob pun tak membentengi diri agar tak tersaingi. Ia malah dengan gencar berbagi pengalaman agribisnis, dengan menjadi pembicara utama di berbagai seminar agribisnis. Barangkali, karena bersikap demikianlah, Bob Sadino nyaris tak pernah terdengar menghadapi sengketa bisnis.
Ia pun praktis tak pernah mengadakan konferensi pers, baik untuk menggelar kisah sukses maupun saat meresmikan anak perusahaan terbaru. Tapi, hampir tak ada media massa di negeri ini yang tak pernah mempublikasikannya. Ada saja hal unik yang ia miliki, yang membuat publik terkesima. Bisnisnya melekat dengan kehidupan kesehariannya.
Karena itulah, di hampir setiap acara media, Bob selalu diundang dan selalu menjadi sosok yang unik, dirubung para undangan. Di acara media bisnis dan agribisnis, Bob sudah dapat dipastikan menjadi undangan utama. Di lingkungan media lifestyle, Bob juga menjadi sosok yang senantiasa didengar pendapatnya. Demikian pula halnya di kalangan media kuliner. Dan, yang tak kalah penting, Bob Sadino adalah sosok yang diteladani dalam mendidik anak-anaknya.
[caption id="attachment_347357" align="aligncenter" width="670" caption="Bob Sadino, lengkapnya Bambang Mustari Sadino, meninggalkan dua orang anak dan empat orang cucu. Ia lahir di Tanjung Karang, Lampung, 9 Maret 1933. Istrinya, Soelami Soejoed, wafat pada Juli 2014. Anak pertamanya Myra Andiani Sadino dan anak keduanya, Shanti Dwi Ratih. Foto sebelah kanan, Bob Sadino didampingi keluarga pada 28 Juli 2014. Foto: detik.com dan Facebook Myra Andiani Sadino"]
Dua Putri di Luar Perusahaan
Suatu hari, pada 6 Juni 2007, beberapa pengusaha dari kalangan usaha kecil-menengah, menimba ilmu bisnis di rumah Bob Sadino, di Jalan Cirendeu Raya, Nomor 2121, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Bob sangat piawai dalam membagi pengalaman. Pertanyaan serius kerap ditanggapi dengan jawaban nyeleneh, yang membuat pertemuan itu menyegarkan. Itulah salah satu kekhasan serta keistimewaan Bob Sadino.
Seorang pengusaha yang hadir saat itu bertanya, siapa generasi penerus bisnis Kem Chicks? Ia tahu, Bob memiliki dua putri: Myra dan Shanti. Dengan santai, Bob menjelaskan bahwa ia tidak memperkenankan kedua putrinya duduk dalam perusahaannya. Bahkan, tak ada saudara yang ia libatkan di Kem Chicks. Dalam hal ini, Bob berbeda dengan pebisnis lain, yang justru menghimpun anak-anak serta keluarga dalam bisnis keluarga.
Bob bukannya tak punya perhatian pada anak-anak dan keluarga. Tapi, dalam konteks bisnis, ia tak ingin anak-anak dan keluarga menjadi sumber konflik dalam perusahaan. Ia menyadari, banyak profesional di perusahaan keluarga yang mengalami gesekan dengan keluarga pemilik. Itu jelas tidak kondusif. Bob tak ingin hal itu terjadi. Selain itu, ia pun tak ingin memaksakan kehendak kepada anak.
Beberapa tahun sebelumnya, pada 24 Agustus 1983, dalam Seminar Bisnis Keluarga yang diselenggarakan Lembaga Manajemen FEUI, Lemjemen Hankam, LPPM, dan Institut Manajemen Prasetya Mulya di Jakarta, Soelami Soejoed, istri Bob Sadino, menjelaskan, "Prinsip kami, si penerus usaha, tidak harus dari keluarga sendiri. Yang penting, perlu dicari orang-orang yang memiliki kemampuan dan kepekaan bisnis yang tinggi." Bob Sadino percaya, bila sudah tiba saatnya, pucuk pimpinan Kem Chicks, ”Akan muncul dari seleksi yang alamiah."
Pada Selasa (20/1/2015), sebagaimana dilansir liputan6.com, putri pertama Bob Sadino, Myra Andiani Sadino, mengakusiap meneruskan usaha Kem Chicks. "Beban itu saya tidak ambil beban. Dari dulu, saya tinggal di lingkungan rumah, cuma saya belum diberi kesempatan seperti yang Bapak berikan," kata Myra, yang akan menerapkan sistem yang dipakai sang bapak untuk meneruskan usaha tersebut.
Jakarta, 21-01-2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H